Entah setan apa yang telah hadir di jiwa dan pikiranku , aku mengacak acak isi rumahku , demi mencari satu surat , yang akan ku gunakan untuk membalas dendamku kepada papa , aku benar benar sudah buta mata dan buta jiwa untuk papa , aku tidak mau papa bahagia diatas penderitaanku dan air mata mama .
Kucoba terus untuk mencari cari surat itu , hingga ketemu.
" Anjani , pihak kePolisian tadi menelponku , memberi kabar ayahmu sudah tertangkap !" Tiba tiba Antoni menghampiriku ,
Dengan wajah ketakutan Antoni mengabariku tentang papa .
Sedikitpun tidak ada rasa penyesalan dihatiku , ketika mendengar kabar tentang papa , malahan aku merasa jiwaku plong dan tidak merasa sesak lagi .
" Baguslah..! keinginanku yang pertama sudah selesai , sekarang tinggal keinginan yang kedua ku , yang harus aku selesaikan "
Dengan rasa bangga yang ada di hatiku , ku berkata kepada Antoni . Antoni hanya menatap ku dengan pandangan yang penuh kesedihan .
" Anjani , kenapa lo jadi kayak gini ?" Antoni melihat ku dan bertanya kepadaku dengan nada kecewa .
" Jangan seperti ini Anjani , gue takut lo berubah dan tidak bisa kembali seperti dulu...."
Antoni mendekatiku dan kedua tangannya memegang pundakku , dia sudah merasakan perbedaan yang terjadi didalam diriku , terkadang aku menyadari mengapa aku jadi seperti ini, tetapi kebencian ini telah merubah hidupku dan jalan menuju masa depanku .
ku balikan badanku dari hadapan Antoni , aku berusaha tak mengiraukannya , dan ku coba terus mencari cari lagi surat itu.
" Anjani "
dengan cepat Antoni membalikkan badanku dan dia pun memelukku , dia mendekap ku dengan erat seakan akan tidak mau melepaskan diri ku . Aku merasakan pelukan Antoni begitu menyentuh jiwaku ,
Pelukan ini adalah pelukan yang kucari, pelukan yang membuat air mataku menetes , aku ingin menangis sepuas puasnya di dalam pelukan ini , inilah yang kubutuhkan , inilah saat saat dimana sesungguhnya aku rapuh dan hancur , antara perasaanku yang penuh dengan rasa bersalah , dan perasaan yang penuh dengan dendam .
Antoni terus memelukku , dia membiarkan bahunya basah oleh derasnya airmataku , dia melihatku dalam kebodohanku dan kekuranganku .
" Anjani , menangislah... menangislah sepuas hati lo , lampiaskanlah semua kebencian dan amarah lo "
Antoni berkata pelan di telingaku .dia benar benar memberikan ku tempat dibagian salah satu tubuhnya untuk tempat pelampiasan emosiku yang tidak terkontrol saat ini.
Lama sudah aku menangis dalam pelukan Antoni , hingga aku merasa , biarpun air mata ini berubah menjadi darah , tetap saja jalan hidupku tidak akan berubah.
" Antoni , tolong bantu gue mencari surat rumah ini "
tangisan ku berhenti dan aku berkata kepada Antoni agar dia mau membantuku .
" Untuk apa ? " Antonipun bertanya kepadaku .
Aku pun mengajak Antoni duduk disampingku dan kujelaskan semua keinginanku.
" Antoni , gue pingin jual rumah ini , gue pingin mengambil rumah ini lebih dulu sebelum papa yang mengambilnya "
Antoni melihatku dengan tatapan penuh rasa penasaran .
" Untuk apa Anjani ? apa ini semua karena untuk biaya mama lo ! Kalo masalah biaya pengobatan mama lo , gue sudah menelpon papa untuk membiayai semuanya hingga mama lo sembuh ! "
Antoni berkata kepada ku dengan nada marah dan kata kata yang Antoni ucapkan itu sontak membuat ku berdiri dari hadapan Antoni karena aku tidak pernah menyangka Antoni akan berbuat itu.
" Antoni... kenapa lo mau bantu gue sampe kayak gini.." ku berkata kepada Antoni dengan nada yang lirih , dan akupun bersimpuh lemas di hadapan Antoni.
sungguh sungguh aku tidak pernah menduga jika Antoni akan berbuat seperti ini.
Semakin banyak yang Antoni berikan bantuannya untuk ku ,semakin banyak hutang budiku kepadanya , dan membuat ku terjatuh kedalam lingkaran cintanya.
" Antoni.... kenapa lo ga tanya tanya dulu sama gue , gue bisa selesaiin ini semua ... ,gue mau jual rumah ini , bukan hanya untuk membayar pengobatan mama , tetapi juga biar papa tidak ambil dan menguasai ini rumah , uang dari hasil penjualan rumah ini bisa gue gunain buat beli rumah yang kecil dan buat usaha kecil kecilan gue sama mama "
dengan derai air mata aku berkata kepada Antoni , karena aku sudah tidak tahu lagi harus berkata apa dengan dia.
" Anjani , gue sayang sama lo...gue sayang sama lo..."
untuk kesekian kali Antoni memeluk ku lagi, dia berkata dengan menggenggam erat tanganku.
" Lo boleh berpikiran apa aja tentang gue , tapi gue mohon lo jangan pernah anggap cinta gue main main "
Dengan tatapan mata yang seakan akan ikut berbicara kepadaku , Antoni menegaskan kesungguhannya terhadapku. Hanya air mataku yang bisa mengungkapkan semuanya .
Harapanku buyar dan berantakan , seperti isi rumah ku yang sudah tidak tahu lagi bentuknya..
kulihat di sekelilingku , buku buku berserakan dimana mana , baju baju yang keluar dari tempatnya pun berarak kan dimana mana.
meja dan bangku entah dimana letaknya yang pasti rumahku sudah seperti diacak acak oleh maling.
Perasaan ku sudah kacau balau , tidak tahu lagi harus apa aku ini ....
" Anjani , ayok kita kerumah sakit , sudah cukup hari ini kita mencari surat itu ... " Ajakan Antoni menyadarkan jiwaku yang sedang kalut .
" Iya..! lupa mama ! , ayo Antoni.. ayoo !"
Akupun bergegas pergi meninggalkan rumahku yang sudah tidak berbentuk lagi isinya.
Tiba tiba langkah Antoni menghentikan langkahnya dan bertanya kepada ku .
" Anjani , boleh gue bertanya ?" .
" Tidak , gue tidak mau liat papa di kantor POLISI !"
Dengan tegas akupun menjawab pertanyaan dari Antoni. Aku tahu apa yang sedang Antoni pikirkan , dari awal Antoni memberikan kabar kepadaku tentang papa , aku sama sekali tidak berminat menanyakannya. bagiku sudah cukup untuk tahu , bahwa papa sudah mendekam di penjara .
Kulihat Antoni yang mulai pasrah menghadapiku , tidak ada pertanyaan lagi tentang papa yang keluar dari mulutnya.
Laju arah menuju RS sore ini sangat lancar ,nampak lembayung senja mulai hadir didepanku , lampu lampu yang tertata rapi dipinggir jalanpun mulai menampakan sinarnya . ku lihat disampingku ,
Antoni yang terdiam dari tadi , membuatku mencoba untuk merayunya.
" Antoni , jangan marah yaa... senyum donk dikiit ajaa..
kalo lo tersenyum itu manis dan tampan tau..."
dengan nada agak centil aku mencoba merayunya.
Tangan kiri Antoni menyentuh pipiku dan dia berkata ,
" Anjani , gue akan selalu berada disamping lo , apapun masalah lo , berarti itu masalah gue juga "
kata kata yang di ucapkan Antoni selalu membuatku tenang dan merasakan indah disetiap masalah yang ku hadapi ,
Dia membuatku tidak bisa melepaskan diri ini lagi.
Semakin lama aku merasakan cintanya yang begitu besar kepadaku .
Menjadikan ketakutan ku akan kehilangan atau berpisah darinya nanti .
Didalam hati ini , keyakinan ku untuk selalu bersamanya itu sesungguhnya tidak pernah ada .
Karena aku akan pergi membawa mama dari tempat ini . aku akan pergi dimana tidak seorangpun mengenali aku dan mama .
Memulai kehidupanku dan menebus semua kesalahanku kepada mama .
Aku ingin meminta pengampunanku kepada mama.
========== °°° =========