" Anjani , ayuuk sini....." .
Antoni menggandeng tangan ku dan mengajak ku kedalam salah satu toko baju yang ada di salah satu Mall terbesar di jakarta .
" Anjani , kita musti beli baju buat musim dingin ini...
ayoo kamu pilih pilih..." .
Aku pun menoleh ke arah Antoni , karena kata kata yang di ucapkan Antoni , membuat diriku bertanya...
" Maksud mu apa , Antoni ? musim dingin ini kita mau kemana ? ".
ku tarik tangan Antoni , aku meminta penjelasan darinya.
" Anjani , Kita akan kuliah di Australia , kamu akan menemaniku disana..." .
Dengan memegang kedua pipiku Antoni menjawab pertanyaan ku , aku hanya bisa terdiam dan tidak bisa membalas perkataannya .
Memang impian setiap remaja adalah bisa kuliah di luar negeri . Tapi , pernyataan Antoni ini sangat , membuat ku terkejut , karena sebelumnya dia tidak pernah membicarakan ini kepadaku , kini Aku hanya bisa terpaku melihat dia begitu bersemangat memilih milih baju yang dia sukai dan berbelanja apa saja yang dia ingini .
Seharian ini , aku hanya bisa terdiam dan berjalan mengikuti semua kemauan yang Antoni ingini .
Aku belum menemukan waktu yang tepat untuk membicarakan masalah ini dengan Antoni , jujur aku tidak mau pergi ke luar negeri jika untuk bersekolah disana , karena bagiku , Indonesia pun punya Universitas yang bagus dan bisa menghasilkan para mahasiswa yang jenius dan smart .
" Antoni , mungkin ini adalah awal kita harus berdebat "
aku bergumam dalam hatiku karena melihat semua tingkahnya di hari ini .
Malam ini aku akan mencoba keberanian ku untuk berbicara kepada Antoni , bagiku tidak semua keputusan Antoni akan aku setujui , aku tidak mau melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginanku .
" Antoni , boleh kah kita berbicara serius "
Akupun menghampiri Antoni yang sedang bermalas malasan di sofa , aku berniat akan pelan pelan berbicara kepadanya . Antoni pun terbangun dan memberikan ku tempat untuk duduk disampingnya .
" Anjani , gue tau lo ga setuju , dengan keputusan kita kuliah di Australia , tapi... lo musti tau , gue bakal nerusin usaha papa , jadi mau ngga mau , yaa gue musti ngikut keputusan papa...."
mendengar ucapan Antoni aku kini tau , Ternyata ini semua adalah rencana papanya Antoni , tapi.... dari mana dia tau kalo aku tidak suka dengan keputusannya ini .
" Dari mana kamu tau aku tidak suka dengan keputusan ini ? " Akupun menjadi penasaran .
" Hahahahahahha.... terlalu mudah untuk menjawab itu zaaayaaaaank , muka lo dari tadi pagi udah kayak kertas lecek gue liat .... hahahahahahah....!"
Dengan iringi tawa ,dia menjawab pertanyaan ku .
Rasanya muka ini menjadi merah karena malu akan pertanyaan ku sendiri . aku pun bertanya kepada diriku sendiri , Sebegitu jelaskah di wajahku jika aku tidak menyukai sesuatu ?
" Dasar sialan....! "
ku cubit pinggang Antoni , dan dia pun merasa kesakitan akibat cubitan ku yang tidak ada rasa iba kepadanya , dan kini dia hanya bisa berteriak ....
" Aduuuch.... aduuuch...! sakiiit zayaaaank..... udaah sakiit ,,, ampuuun... ampuuun...!"
Aku pun melepaskan cubitanku , dan berbicara kepadanya dengan serius .
" Antoni , jika kamu ingin kuliah di Luar Negeri , pergilah... biarkan aku menantimu disini "
Antoni menatap ku dengan pandangan yang tak percaya akan kalimat yang ku ucapkan ini.
" Anjani , kenapa lo begini ..... gue ngga akan pernah mau berpisah dengan lo .... lo kan tau itu..! "
Antoni memeluk tubuhku dengan erat dan dia tidak ingin aku melepasakan nya .
Dia mendekatkan keningku dengan keningnya , dia menatap ku sangat dekat , seakan akan dia mencoba melihat isi hatiku lewat mataku ini .
Akupun membalas tatapan matanya , karena saat ini hanya mata yang bisa berbicara , aku tidak ingin menyakitinya , tapi aku juga tidak mau tersakiti oleh keinginan yang tidak aku ingini .
Aku tahu Antoni tidak akan mau berpisah dengan ku , tapi Antoni tau aku tidak mau ikut dengan nya kali ini.
" Antoni , gue harus berbicara dengan papa lo , apapun resiko dan keputusannya , gue siap ...."
Ku pegang kedua pipi Antoni agar aku fokus menatapnya dan berbicara kepadanya . mendengar ucapanku , Dia pun melepaskan tangannya yang sedari tadi memeluk ku dengan erat , kini aku melihat tatapan kosong di mata Antoni . ada kekecewaan yang tersirat dari tatapan matanya , kini dia hanya mampu memegang tanganku dan tertunduk melihat tangan kami , yang terpaut menyatu diatas sofa yang bisu .
Aku senderkan kepalaku di bahunya dan mencoba berkata demi kata kepada Antoni .
" Antoni , gue tahu lo sayang banget sama gue , dan lo juga tahu kan gue pun sayang sama lo , tapi...
masa depan kita ini masih panjang.... jangan biarkan semua itu hancur hanya karena kita tidak mempunyai keinginan yang sama " .
Aku merasa bisa berkata lancar jika aku tidak menatap wajah Antoni .
" Antoni , lo ingin gue percaya sama lo , kenapa lo ga ingin percaya sama gue ? percayalah... walaupun lo pergi sampe ke Antartika sekalipun , jika lo masih sayang sama gue... gue akan menunggu lo disini , karena jiwa lo adalah bagian dari jiwa gue...".
Tanpa sadar air mata ku ini mengalir terjatuh dan menetes membasahi genggaman tangan kami berdua.
Ternyata aku tidak bisa menipu diriku sendiri , setegar apapun aku berusaha berkata dengan Antoni , tapi kenyataannya perasaan ku berkata lain .
Hati dan jiwaku mengakui tidak ingin berpisah dengan Antoni . Air mata ini.... adalah air mata , tidak ingin kembali kehilangan .
Aku sudah kehilangan mama , dan kini aku tidak mau kehilangan orang yang terdekat dalam jiwaku .
Antoni melihat ku dan memeluk ku kembali , dia membelai mesra kepalaku , dia kecup keningku berkali kali , ku rasakan sangat lembut dan penuh kedamaian .
" Anjani , gue ngga akan tinggalin lo , percayalah ...."
Kata kata Antoni tidak membuat ku berhenti menangis , air mata ini makin deras dan semakin menjadi jadi , hati ku bercampur aduk , aku menjadi takut memikirkan jika aku nanti harus berbicara kepada papanya Antoni . Alasan apa yang harus aku uraikan kepada papanya Antoni .
" Sudah jangan menangis lagi , besok kita bicarakan ini dengan papa , sekarang tidurlah..."
Antoni menuntun ku kekasur , dia tetap membelai belai mesra kepalaku , seperti menina bobokan anak umur 5 tahun , dia memperlakukan diriku .
aku pun tidak ingin melepaskan rangkulannya . aku benar benar ingin di manja olehnya . karena aku takut jika dia benar benar pergi meninggalkanku .
Awalnya aku yang ingin berusaha tegar di hadapannya , tapi ternyata , aku malah benar benar seperti anak kecil yang berumur 5 tahun , yang ingin selalu dimanjanya , di peluk nya , dan selalu dekat dengannya . Ternyata Keinginan ku telah menipu bathin ku , aku bersandiwara , tapi air mata ku membuktikannya . Aku tidak mau kehilangan dirinya .
" Antoni , biarkan malam ini gue tidur dalam pelukan lo yaa... " sambil terisak aku mengucapkan permohonan manja kepada Antoni .
" Anjani , gue juga ingin terus memeluk lo dimalam ini "
Antoni pun tidur dengan memeluk ku dimalam ini .
Untuk pertama kalinya kami tertidur dalam 1 ranjang ini , karena setiap malam, biasanya Antoni tidur di sofa empuk kebanggaanya , tapi kali ini Antoni tidur disamping ku dan memeluk tubuhku .
Aku percaya kepada Antoni , seperti Antoni percaya kepadaku . Walaupun kami tidur bersama tapi kami tetap pada prinsip kami .
" Antoni , gue bangga memiliki lo ...."
ke dekap erat tangan Antoni yang memeluk tubuhku , aku benar benar merasa nyaman dalam pelukannya dan berharap akan mimpi indah malam ini.
Antoni mencium kepala ku dengan mesra dan berkata ,
" Selamat malam Anjani sayang ...."
Dan kami pun terlelap dalam keheningan malam , dan berharap esok adalah hari yang indah , indah seperti mimpi kami di malam ini .
=========== °°° ============