"Kenapa kok tiba tiba'' Erika melepas pelukannya.
Disisi lain Shabrina menahan tawanya,
'' Ehemm, Erika cuti dua hari aja kan ?" Shabrina.
''iya cuman dua hari '' jawab erika. Masih agak bingung.
''ooh dasar kakak durhaka, pergi sana Lo'' Evan merajuk, dan memilih duduk.
Erika sepintas melirik Evan lalu kembali ke Shabrina tangannya bercak pinggang.
''kalau enggak gini kalian berdua enggak cepetan akur'' ejek Shabrina .
''oh ya tiketku udah Angus ni, kakak harus ganti'' Erika sembari memberikan selembar tiket ke Shabrina.
''hem, berhubung calon kakak ipar mu ini baik hati aku ganti tiga kita pergi bareng ke Jogja '' Shabrina.
''beneran, yess'' Erika memeluk Shabrina.
''terus aja gue dicuekin'' Evan.
''gitu aja ngambek, ambil Sono pacarmu tapi kasih gue dulu KTP buat beli tiket ni'' Shabrina.
Keduanya mengeluarkan Ktp dari dalam dompet masing-masing dan memberikan ke Shabrina. Shabrina menuju loket, kini tinggal mereka berdua.
''jadi terpaksa baikanya'' ujar Erika yang duduk disampingnya Evan bibirnya mengerucut menghadap kearah Evan.
''capek aku marah terus sama kamu''Dicubit nya kedua pipi Erika,
gemas.
''trus ini, jangan pernah dilepas'' Evan mengeluarkan kalung berbandul cincin dari saku celananya, diserahkan kembali kepada sang pemilik nya.
''iya, cincin ini buat Erika kecil nanti'' ditaruh kepalanya dipundak Evan.
Evan tersenyum damai hatinya, matanya terpejam, tak peduli orang sekitar mengamati mereka berdua, tak peduli Shabrina yang sudah berdiri didepan.
''jadi sudah siap buat anak, nikah dulu baru bikin anak'' Shabrina menoyor kepala adiknya.
''siapa takut, otw ke pelaminan ini'' mereka bertiga cekikikan.
Selepas isya kereta yang merek tumpangi sudah sampai dengan selamat di Jogja, mereka menunggu Maya yang hendak menjemput nya.
''kak haus enggak, aku mau kesana beli pulsa sekalian'' Erika menunjuk kedai minuman diseberang jalan.
''boleh, tapi jangan manis manisan jawab Shabrina.
''kamu apa?" Tanya Erika pada Evan.
''apa aja terserah kamu''Dicubit balasnya.
''tunggu ya'' Erika berjalan perlahan dan melambai kan tangan kearah keduanya.
Ponsel di saku celananya berdering, disaat bersamaan muncul mobil dengan kecepatan tinggi menabrak tubuhnya.
''erika.......!'' seru Evan dari pinggir trotoar berlari dengan kaki yang masih belum sembuh total.
Shabrina menutup mulutnya yang kelu, kaki nya membatu dia berlutut dipinggiran trotoar matanya terus mengeluarkan air mata.
Kepala Erika yang berlumuran darah di taruhnya dipangkuan evan
''tahan sayang, kamu akan baik baik saja'' ucap Evan pada Erika.
Atas bantuan warga sekitar Erika dibawa ke rumah sakit terdekat.