Soici sangat geram dengan sikap Fransis, pria itu bahkan tidak mau menghentikan Sonia, ia pun mencoba kembali mengingatkan saudaranya tersebut.
"Kakak."
"Hn." Fransis terus berjalan menuju tumpukan dokumen yang masih berserakan di atas karpet merah.
Soici memandang pria itu jengkel, di saat sang Istri panik karena mengira sungguh ada kebakaran, dia malah santai mengambil dokumen di karpet.
"Apakah Kakak tidak ingin menghentikan Sonia?"
"Biarkan saja, anggap itu sebagai pelajaran." Fransis bangkit dari posisinya, ia berdiri sambil memegang beberapa dokumen di tangannya. Ia membalikkan tubuh menatap Adiknya, menepuk pelan bahu pria tersebut.
Fransis berjalan melewati tubuh sang Adik yang masih berdiri di atas karpet. Soici membalikkan tubuh menatap punggung rapuh pria bersurai biru gelap tersebut.
Ia tidak tega melihat Sonia diperlakukan seperti itu oleh Kakaknya, apalagi dirinya juga memiliki perasaan terhadap Iparnya tersebut. Setelah itu dia melangkahkan kaki pergi meninggalkan tempat tersebut untuk menyusul Iparnya, mungkin hadis itu masih berada di kamar mandi untuk mengambil air.
***
Sonia mengambil air menggunakan ember, ia bergegas keluar menuju tempat tadi dirinya diajari presentasi, tapi dia menghentikan langkah kakinya di depan kamar mandi ketika sadar bahwa dirinya sudah dikerjai.
"Sialan Iblis itu, dia benar-benar mengerti ku," geramnya. Gadis itu mengepalkan tangannya menahan amarah, giginya bergemelutuk. Dia kembali meneruskan langkah kakinya mencari keberadaan sang Suami.
"Dimana dia?!" Geramnya ketika sampai di depan kamar Milik mereka berdua, ia memindai setiap sudut ruangan berharap akan melihat sosok pria tampan tapi sangat dingin tersebut.
Sementara itu Soici berjalan menuju kamar Fransis dan Sonia, ia berpikir kalau gadis itu mengambil air di kamar mandi yang ada dalam kamar.
"Kemana dia?"
Pria itu membalikkan tubuh dan saat itu Sonia juga ingin kembali masuk ke dalam kamar, tanpa sengaja mereka saling bertabrakan.
Bruk ...
"Aww..." Sonia mengaduh kesakitan saat pantat menyentuh dinginnya lantai.
Soici terkejut karena ternyata dirinya bertabrakan dengan Iparnya, ia merasa sangat bersalah karena menyebabkan gadis itu terjatuh. Dia segera mengulurkan tangan hendak membantu Sonia bangun.
"Maaf, Sonia. Aku tidak sengaja," sesalnya. Gadis itu menyambut uluran tangan sang ipar dengan senyum manis. Kedua mata saling beradu pandang, tidak sadar kalau ada seseorang yang sedang memperhatikan mereka.
" Sepertinya Soici benar-benar menyukai Sonia, baguslah. Setidaknya dia bisa menjaga Sonia dan mencintainya setelah aku pergi," gumamnya.
Sonia dan Soici masih saling beradu pandang, ada perasaan kagum dalam diri gadis itu melihat paras rupawan serta lemah lembut terhadapnya. Namun semua itu tidak berlangsung lama, karena paras itu tergantikan dengan seringai sinis milik sang Suami.
Gadis itu segera bangkit dari posisinya dan memalingkan wajah, tanpa sengaja ia melihat Fransis berdiri tidak jauh dari mereka.
"Maaf Soici, aku harus segera pergi." Sonia segera melepaskan tangan iparnya dan berlari menuju Suaminya.
Soici memandang kecewa telapak tangannya, dia berharap kalau gadis itu tidak akan melepaskan genggaman tangannya tapi nyatanya itu tidak terjadi.
"Kenapa aku memandang Soici terlalu lama? Kak Fransis tadi melihatnya atau tidak ya? Kalau sampai benar-benar Iblis itu melihat, dia pasti akan salah paham," batin Sonia gugup ketika jarak antara dirinya dan sang Suami semakin dekat.
Gadis itu berjalan sambil menundukkan kepala, hingga tidak sadar jarak antara dirinya dan sang Suami telah habis dan tubuhnya tanpa sadar menabrak dada bidang pria tersebut.
Bruk ....
"Aw..." Sonia mengadu kesakitan sambil memegangi kening, ia benar-benar kesal. Sudah yang kesekian kalinya dirinya menabrak seseorang atau ditabrak, ia mendongak berniat untuk memaki sosok tersebut tapi bibirnya langsung bungkam saat melihat paras rupawan berekspresi dingin di depannya.
Pria itu memutar tubuhnya beralih memandang lukisan yang ada di dinding depan kamar, orang kaya memang aneh, meletakkan lukisan di depan kamar.
"Sedang apa kau? Kenapa berdiri di sini?" Tanyanya masih belum sadar akan apa yang tadi dia lakukan dengan Soici.
Fransis tidak sedikit pun membuka mulut untuk menjawab pertanyaan sang Istri, pemandangan yang baru saja terjadi itu sudah cukup menjelaskan semua.
Sonia teringat kalau dirinya dan Soici baru saja saling berpandangan, ia yakin pria itu pasti marah dan salah mengira. Tapi itu membuat dirinya senang karena artinya pria itu cemburu.
"Maafkan aku."
Fransis tetap diam dan tidak mengatakan apapun, bahkan mengeluarkan dua huruf kesukaannya pun juga tidak.
Sonia mengulurkan kedua tangannya lalu memeluk sang Suami dari belakang, menempelkan kening di punggung pria tersebut.
"Aku sungguh minta maaf, aku tadi tidak sengaja. Soici hanya sedang membantu ku, aku serius kalau hanya mencintai mu."
Fransis melirik sang Istri, ia menggerakkan tangan menyentuh lengan mungil yang melingkari pinggangnya, sesungguhnya dia tidak tahu harus berbuat apa. Jauh dalam hati sangat tidak rela melihat wanita yang dinikahinya harus menatap pria lain dengan tatapan penuh kekaguman, tapi ia juga tidak ingin melihat kesedihan di wajahnya kalau nanti dirinya pergi dan tidak akan kembali.
"Tentang apa?"
Sonia mengerutkan kening mendengar pertanyaan sang Suami, ia mendongakkan kepalanya menatap punggung tegap tersebut.
"Kak, apakah tadi kak Fransis tidak melihat aku dan Soici?" Tanyanya penasaran.
Ia melepaskan pelukannya lalu berjalan memutar dan berdiri di depan pria tersebut, dia tidak mampu membaca apa yang tersimpan dalam ekspresi datar itu.
"Apa tadi dia tidak melihat aku dan Soici? Tapi perasaan seperti memandang kami?" Batinnya penasaran.
"Apa dari tadi kau di sini?"
"Hn."Fransis melirik sang Istri dengan ekor matanya.
Sonia tersenyum lega, ia mengira kalau sang Suami tidak melihat dirinya dan Soici."Syukurlah," gumamnya tanpa sadar.
Fransis membalikkan tubuh memunggungi sang Istri, ia hendak melangkahkan kakinya ketika sebuah jemari mungil menggenggam tangannya.
"Kau mau kemana?" Tanya Sonia perasan. Suaminya memang sangat dingin, tapi tidak biasanya pria itu diam dan tidak mengerjainya.
" Tidur," jawab Fransis singkat.
"Apa... Kau tidak ingin mengajakku bercinta?" Tanya Sonia dengan wajah merah sempurna, malu dan gugup ketika menanyakan pertanyaan sensitif tersebut.
"Lupakan saja," jawab Fransis, kemudian dia menghempaskan tangan sang Istri. Ia kembali melangkahkan kaki meninggalkan sang Istri, berusaha untuk tidak peduli bagaimana perasaan gadis itu.
Sonia menatap punggung sang Suami bingung, sementara itu...
Soici membalikkan tubuh dan melangkahkan kaki meninggalkan gadis itu, ia tahu bahwa apapun yang dilakukan tidak akan pernah mendapatkan perhatian dari iparnya tersebut.
Pria itu menyentuh dadanya, dimana jantung berdetak tidak karuan."Kenapa aku jadi seperti ini? Jantung ku bahkan berdebar untuk seorang wanita yang menjadi Istri Kakak ku sendiri. Aku ingin selalu bersamanya, aku ingin selalu memandang wajahnya dan terus bersamanya. Apa yang sebenarnya terjadi padaku?" Batinnya penuh tanda tanya.