Chereads / Hingga Akhir Waktu / Chapter 21 - Episode 22

Chapter 21 - Episode 22

Hingga Akhir Waktu

Episode 22

"Kau sepertinya cemburu." Wanita itu menatap Sonia jahil.

Sonia mengalihkan perhatiannya pada adik tiri Fransis, sedangkan Fransis menatap sang Istri penasaran.

"A-aku? Untuk apa aku cemburu? Lagipula bukankah tadi kau mengatakan kalau kau itu adalah Adik tirinya bukan?" elak Sonia.

Adik tiri Fransis bernama Erika itu tersenyum tidak percaya dengan ucapan wanita tersebut."Kau benar, tapi bagaimana kalau sekarang aku bilang bahwa aku kekasihnya?"

Sonia membelalakkan matanya."A-apa kau bilang?" ia langsung memeluk sang Suami posesif.

"Itu tidak mungking," sangkal Sonia tidak ingin percaya ucapan Erika.

"Kenapa tidak mungkin? Aku adalah seorang wanita cantik, dewasa dan baik. Selain itu aku juga sangat mencintainya," kata Erika mengompori Sonia.

Sonia mengalihkan perhatiannya pada sang Suami, dilihat dari mana pun pria itu memang sangat rupawan dan tidak menutup kemungkinan banyak kaum Hawa jatuh hati padanya dan Erika juga wanita dewasa tidak sama dengan dirinya yang masih SMA, wajah cantik itu berubah jadi murung.

"Kau tidak perlu mendengarkan ucapannya," kata Fransis ketika melihat ekspresi sedih sang Istri. Gadis itu mengangkat tangan menyentuh wajah sang Suami, tangan itu bergerak ke tengkuk Suaminya sedikit memberi tekanan hingga kepala pria itu tertunduk kemudian mencium seksi pujaan hatinya.

Erika melongo melihat aski Sonia, di depan dirinya gadis itu berani mencium bibir seorang pria meski itu adalah Suami sendiri."Waw, kau sungguh wanita Tangguh. Demi untuk membuat ku tidak menganggu Suamimu kau langsung menciumnya di depan mataku, aku sangat cemburu."

Fransis menarik kepala Sonia pelan untuk mengakhiri ciuman mereka."Gadis kecil, kau semakin berani." Kemudian beralih menatap Erika datar.

"Pergilah!"

"Kakak, kau tahu kan? Aku tidak akan pergi dari ruanganmu ini kalau keinginan ku belum kau penuhi," tolak Erika.

Fransis memandang adik tirinya itu malas, ia menarik laci mejanya lalu mengambil kertas cek dan menuliskan nominal dalam cek tersebut kemudian menyerahkan pada Erika.

Erika menerima cek itu engan senyum merekah."Harusnya dari tadi kau begini, tidak perlu berlama-lama aku di ruanganku. Kau sungguh saudara yang pelit, padahal koleksi mobil mewahmu sangat banyak tapi masih bilang tidak punya uang."

"Cukup, cek itu sudah di tanganmu. Segera keluar dari ruangan sebelum aku berubah pikiran," usir Fransis kesal.

Erika tersenyum sambil bangkit dari tempat duduknya."Baiklah, kau harus tahu gadis kecil. Suami mu itu sangat kaya, kau bisa menguras semua harta kekayaannya sebelum minta cerai."

Fransis mendelik galak membuat Erika segera berlari keluar, sementara itu Sonia masih menatap Erika tidak mengerti kemudian beralih menatap sang Suami dan berkata."Dia bilang kau punya -," kata Sonia terpotong.

"Dirimu," kata Fransis malas kalau harus menjelaskan apapun yang dia miliki. Pria itu melingkarkan tangannya ke pinggang ramping sang Istri dan menatap Istrinya genit.

Sonia merasakan firasat tidak enak melihat tatapan genit pria tersebut.

"Kau sudah menganggu pekerjaan ku," kata Fransis menggoda. Gadis itu merasakan makna yang berbeda dari ucapan pria tersebut, ia merasaka kalau sang Suami akan berbuat sesuatu yang tidak terduga padanya. Jantung berdebar tidak karuan serta wajah memerah sempurna ketika wajah Fransis sangat dekat dengan wajahnya.

"K-Kak Fransis, kau terlalu dekat," kata Sonia gugup.

"Kenapa? Kau tidak suka? Baiklah." Fransis menjauhkan wajahnya pura-pura kecewa. Sonia panik dan takut kalau sang Suami marah kemudian kembali mendiamkannya, ia pun mengulurkan tangan menarik tengkuk sang Suami lalu mencium bibir pria tersebut.

"Jangan marah, aku sangat mencintaimu. Aku ingin di sisa akhir hidupku aku -." Ucapan Sonia terpotong saat telunjuk Fransis berada di bibirnya.

"Jangan bicara tentang kematian, kau akan tetap hidup. Aku yakin itu, kau akan mendapatkan donor jantung," sahut Fransis lembut.

Sonia menatap sang Suami lekat, ia senang melihat sikap Fransis yang lembut hanya saja lebih sering pria itu bersikap sangat dingin terhadapnya.

"Aku sudah menghubungi dokter spesialis jantung terbaik, dia yang akan menangani mu. Rencananya pukul dua nanti aku akan membawamu bertemu dengannya," kata Fransis lagi.

Sonia sangat terharu dengan perhatian pria tersebut, terlalu senang ia sampai lupa kemarahannya dan langsung memeluk tubuh sang Suami.

"Terimakasih, aku sangat mencintaimu."

"Hn."

"Sekarang bisakah kau biarkan aku kerja?" Tanya Fransis kembali dengan intonasi datar. Sonia mendengus dan berkata dalam hati," Baru saja dia bersikap sangat lembut padaku, sekarang sudah datar lagi. Dasar iblis."

Ia pun segera melepaskan sang Suami dan turun dari pangkuan pria tersebut.

"Kau tidak akan marah lagi bukan?" Tanya Sonia khawatir kalau pria itu masih marah dan mendiamkannya.

"Kapan aku marah?" Elak Fransis.

Sonia benar-benar harus menahan diri untuk tidak berteriak di depan Suaminya."Lalu kenapa tadi pagi kau mendiamkan ku?"

"Menurut mu." Balas Fransis.

Sonia menautkan kedua alisnya."Jadi dia pikir diamnya tadi hanya perasaanku saja? Dan dia sama sekali tidak mendiamkan ku?" Batin Sonia mulai jengkel.

"Lalu, kalau kau tidak mendiamkan ku, kenapa tadi pagi tidak bicara apapun padaku?" Tanya Sonia kesal.

"Hanya tidak ingin bicara saja," jawab Fransis seenaknya.

"Menyebalkan," gerutu Sonia.

Fransis hanya menarik sudut bibirnya, sama sekali tidak peduli dengan gerutuan gadis itu. Ia membelalakkan matanya saat melihat darah keluar dari hidung mancung sang Istri, dengan sigap mengambil sapu tangan dari saku lalu menutup hidung itu dengan sapu tangan tersebut.

Sonia terkejut dan bingung dengan sikap Suaminya, ia pun berusaha melepaskan tangan pria tersebut.

"Diam! Kalau tidak ingin kehabisan darah," perintah Fransis.

Sonia menuruti perintah sang Suami."Pasti darah sialan itu lagi kan?" Batinnya kesal.

"Aku akan telpon dokter untuk memajukan jadwal pemeriksaan mu," kata Fransis mengambil tangan sang Istri lalu menaruh tangan mungil itu di hidung untuk menggantikan dirinya menutup hidup sang gadis.

Pria itu mengeluarkan ponsel miliknya lalu menghubungi dokter, sementara itu Sonia memperhatikan sang Suami sambil memegangi hidungnya, ia tersenyum sendiri melihat betapa khawatir dan cemas pria tersebut melihat dirinya mimisan.

"Kita pergi ke rumah sakit sekarang," kata Fransis.

Sonia belum sempat merespon ucapan sang Suami, tapi pria itu sudah mengangkat tubuhnya seperti pengantin baru. Ia merasa senang dengan sikap penuh perhatian dari pria tersebut, dia pun mengalungkan tangannya ke leher sang Suami. Tatapan mata itu tidak sedikit pun terlepas dari paras tampan tersebut."Terimakasih."

Fransis menoleh sejenak pada sang Istri kemudian kembali fokus pada jalan di depannya.

**********************************

Universitas Dirgantara

Soici berjalan di koridor panjang, tiba -tiba saja 3 orang pria datang menghadang jalannya. Mereka juga mahasiswa di universitas tersebut dan merupakan musuh bebuyutannya. Soici menatap mereka waspada.