Chereads / Kebencian Yang Penuh Cinta / Chapter 135 - Hati Yang Ikhlas

Chapter 135 - Hati Yang Ikhlas

Keputusan Farhan untuk melepas Kirana dan Raka, berdampak begitu besar untuk kehidupan Kirana dan Raka. Namun tak bisa dikatakan Negatif maupun Positif sepenuhnya.

Kirana menjadi orang yang lebih dewasa, hatinya tak lagi membeku, namun dia menutup nya rapat rapat.

Setahun berlalu begitu cepat.

Kirana akhirnya mengambil keputusan yang begitu di luar pikiran. Dia memutuskan meninggalkan kota Surabaya saat Raka dinyatakan sembuh. Namun karena usia Raka yang masih dini, Dokter menyarankan agar Raka rutin melakukan pemeriksaan dan harus terus dipantau agar sel kankernya tak tumbuh kembali, atas pertimbangan itu dia mengizinkan Raka untuk tinggal bersama Raihan dan Nyonya Priska. Kirana menetap di London selama beberapa bulan untuk terus mendampingi Raka, memastikan Raka dekat dengan Raihan dan nyonya Priska, baru lah 4 bulan yang lalu dia meninggal kan London. Dan Raka berada di London bersama Papa kandung nya.

Sejujurnya Raihan tetap mencoba untuk kembali kepada Kirana, tapi Kirana menolaknya.

*flash back 4 bulan yang lalu*

"Kii, tinggal lah bersama kami, kamu tau kan bagaimana perasaan ku terhadap mu" ucap Raihan.

"biarkan aku menghormati mu sebagai papa Raka Rai, akan sakit jika hanya kamu yang mencintai ku, cukup aku yang menerima hukuman atas keegoisan ku terhadap mu dulu dan orang yang ku sayang" sahut Kirana tenang ke Raihan.

"aku titip Raka, dan terima kasih sudah menjadi sahabat yang baik untuk ku, aku akan sering kemari dan menelpon Raka,, dan aku akan mengambil Raka, ketika aku sudah berdamai dengan hati ku" lanjut Kirana.

Raihan Ikhlas , dia tak ingin memaksa Kirana lagi, dia tau dulu Kirana begitu tersiksa, dan kini wanita ini harus kembali terluka. Raihan tak ingin menambah beban Kirana.

"ingat yaa Kii, aku dan Mommy selalu ada buat kamu" ucap Raihan hangat.

"makasih Rai" . sahut Kirana

Keduanya pun berpelukan layaknya seorang sahabat.

*Flash back end*.

~~~~~~~~~~~~`~~~~~~~~~~~~~~~

"Ibu Kirana ,,, ibu" ucap wanita berambut pendek.

Kirana yang ternyata melamun di dalam ruangan yang kini lebih besar dari ruangannya dulu.

"iyaa Tasya" sahut Kirana kaget.

"ibu melamun yaa?" tanya wanita yang ternyata bernama Tasya yang merupakan sekretaris baru nya pelan ada ekspresi simpati di wajah nya.

"Hmm, aku hanya kangen dengan putra ku , , sya" sahut Kirana.

"ibu, sudah 4 bulan berada di Jakarta dan saya bekerja mendampingi ibu, maaf bu, saya hanya merasa ibu, perlu refreshing sejenak, karena semenjak ibu memegang posisi Direktur disini, saya lihat ibu selalu bekerja dan bekerja bahkan lembur" sahut Tasya lembut.

"saya tidak apa2 Tasya, terima kasih sudah mengkhawatirkan saya" . ucap Kirana hangat.

"apa jadwal saya" tanya Kirana kembali profesional.

"hari ini ada meeting dengan bagian Humas, dan ini laporan dari bagian promosi bu" jelas Tasya. "dan ibu ada permintaan makan siang bersama Pak Rio , beliau meminta saya untuk mengatur nya, bagaimana Bu apakah bisa?" lanjut Tasya ragu.

Kirana tersenyum kosong mendengar ucapan terakhir Sekretaris nya itu "aturkan saja Tasya" sahut Kirana.

"baik Bu" ,, "kalau begitu saya permisi Bu" ucap Tasya.

Tasya keluar dari ruangan Kirana. "wanita yang sangat cantik, dan misterius, senyum yang hangat tapi membunuh" gumam nya.

"heii, Sya" seseorang menegur Tasya saat bersamaan setelah dia menyelesaikan ucapannya.

"ehhh, Rosa,, kaget gue" ucap Tasya.

"gimana, bos loe mau nggak makan siang sama Pak Rio, cape gue di tanyain mulu nihh" tanya Rosa yang ternyata sekretaris pria yang bernama Rio.

"ibu Kirana setuju, tapi tolong loe, ingatin bos loe buat jangan berharap lebih," ucap Tasya. "masalah itu gue nggak ikut deh,yang penting Ibu Kirana mau makan siang bareng Pak Rio, jadi gue bisa bernafas lega" sahut Rosa, "tapi benar yaa, baru 4 bulan dia disini, dan hampir seluruh bos yang berstatus single disini mendekati nya tapi hasil nya nihil" lanjut Rosa, "itu lahh, dan caranya menolak sangat anggun, dia terlihat mudah di dekati, hangat dan bersahabat, tapi ternyata dibalik senyuman nya dan sikap anggun nya dia 'membunuh', 'membunuh' perasaan laki laki" ucap Tasya, "setuju" sahut Rosa dan mereka pun tertawa dengan mulut di tutup takut kelepasan.

Yaa, kini Kirana berada di Jakarta dia meninggalkan Surabaya, kota kelahiran nya, Kota yang memberikan banyak suka dan duka untuk nya. Dia menjadi seorang Direktur di salah satu Perusahaan Properti terbesar di Jakarta yang berada di bawah naungan Kaviandra Group, Raihan mambantu nya dan Kirana tak menolaknya.

Kirana selalu sibuk dengan pekerjaan nya. Ada banyak perbedaan sikap nya yang dulu dan sekarang, kini dia kembali menjadi diri nya bersahabat dan hangat, namun ternyata di balik itu, sikap nya terhadap seorang pria sama saja, selalu penolakan, tak ada jalan bagi pria untuk mendekati nya, meski kali ini terlihat terbuka namun ternyata hati Kirana benar benar sudah tertutup.

Seperti siang ini, ternyata Tasya dan Rosa langsung menjadwal kan makan siang untuk atasan mereka.

Kirana sudah terlihat duduk anggun di sebuah meja yang telah di reservasi oleh sekretaris Rio.

"maaf, saya sedikit terlambat" ucap Seorang Pria berhidung mancung, dengan senyum manis yang membuat lesung pipi nya terlihat. "anda terlambat 5 menit" sahut Kirana datar. "it's ok pak Rio, kita sama sama tahu Jakarta" lanjut nya mencair kan ketegangan Pria bernama Rio itu. "heheh, ku pikir kamu serius" sahut Rio, Kirana hanya tersenyum dan menaikkan satu alisnya.

Rio memanggil seorang pelayan, dan mereka pun memesan makanan mereka.

"bagaimana 4 bulan di Jakarta?" ucap Rio membuka obrolan. "biasa saja, hampir sama seperti Surabaya" sahut Kirana. "apa aku boleh tahu alasan kamu pindah ke Jakarta,?" tanya Rio lagi. "aku hanya ingin mencari suasana baru" sahut Kirana. "oiaa,, apa benar putra mu tinggal di London?" tanya Rio lagi. "iyaa , dia tinggal di sana, dan aku berencana menyusul nya, aku tak berniat tinggal apalagi mencari jodoh disini" ucap Kirana ringan dan tersenyum lebar.

Rio terdiam mendengar pernyataan Kirana itu.

"oiaa pak Rio, aku dengar anda sedang dekat dengan Santi Manager keuangan, bagaiamana hubungan kalian, aku rasa dia wanita yang cocok untuk mu" sahut Kirana ringan dan dengan nada layaknya sahabat. Mendengar itu wajah Rio berubah ekspresi nya menjadi suram, sedih, malu dan kecewa menjadi satu. Melihat perubahan wajah Rio, Kirana pun tersenyum tipis dan menaikkan satu alisnya. 'jangan main main, mencoba mendekati ku tapi di saat yang sama masih mendekati wanita lain' batinnya.