Hari terus berganti, Kirana yang seorang diri di Jakarta, benar benar menghabiskan Waktu nya dengan bekerja. Saat pulang ke apartemen tempat nya tinggal selama di Jakarta dia mengahabiskan waktu nya untuk berkomunikasi dengan Raka , orang tuanya dan juga sahabat nya Resty. Benar benar tak ada waktu untuk memikirkan diri nya.
Namun tak dipungkiri, kehampaan dan kekosongan hati nya masih terus menyeruak, membuat nya terus menangis seorang diri.
Seperti malam ini jam sudah menunjukkan pukul 3 dini hari, tapi matanya belum juga bisa terpejam.
"Farhann" gumam nya lirih dia menampilkan Senyum yang merekah saat menyebut kan nama itu namun di balik nya hati nya menangis, matanya mengeluarkan air mata, "aku merindukan mu, aku merindukan mu sayang" ucap nya dengan suara gemetar, karena menahan suara tangisannya.
"aku,, aku menepati janji ku untuk kembali menjadi diri ku ceria dan selalu tersenyum, aku tak akan membeku kan hati ku lagi Farhan, tapi , tapii kamu tahu ,, cinta ku sudah habis Farhan di ambil oleh mu" gumam nya dengan air mata yang tak henti mengalir, hatinya begitu perih, begitu kosong, dan begitu hampa.
"dimana pun kamu, semoga kamu selalu bahagia Farhan" lanjutnya dan memegang dadanya yang begitu sesak dan terasa sakit dengan tangis yang sudah tak tertahan.
Lagi lagi Kirana menangis dalam kesendirian nya. Dia kembali menghukum diri nya meski dengan cara berbeda, namun kali ini sebenarnya lebih buruk, karena dia mengorbankan kehidupan nya demi Cinta nya terhadap Farhan, dia yang tak pernah membayangkan hidup tanpa Raka, akhirnya melepaskan Raka untuk sesaat , dia tak bisa bersama Raihan selamanya , namun dia tak bisa mengorbankan nyawa dan masa depan Raka. Akhirnya dia lah yang mengorbankan kehidupan nya demi Raka dan Farhan. Lagi dan lagi takdir mempermainkan dan menguji Hati dan Cinta nya. Baginya, Cintanya sudah habis , dan tak akan pernah ada lagi untuk orang lain.
~~~~~~~~~~~~~~``~~~~~~~~~~~~
Hari sudah Pagi, mata Kirana sembab dan sedikit bengakak. Jadi dia memoles wajah nya dengan make up agar menutupi wajah nya yang pucat. Namun tetap saja tidak dapat tertutupi sepenuh nya.
Kirana sudah berada diruangan nya yang diikuti oleh Tasya sekretaris.
"apa ibu Kurang sehat hari ini?" tanya Tasya melihat Kirana yang terlihat pucat. "tidak Sya, saya hanya kurang tidur". sahut Kirana.
"Bu, hari ini anda di minta untuk menggantikan Pak Irham rapat dengan pihak klien yang akan ikut investasi untuk pembangunan Hotel kita di Ancol , karena Pak Irham harus ke Singapura malam tadi, dan rapat ini tak bisa di tunda, karena mereka sudah mengaturnya jauh jauh hari," jelas Tasya.
"baik , jam berapa rapat nya?" tanya Kirana.
"Jam 2 nanti Bu" sahut Tasya. "baik, siapkan semua dokumen nya, dan kamu ikut saya" Sahut Kirana.
"baik bu" sahut Tasya. "apa anda butuh yang lain Bu?" tanya Tasya. ",tolong buatkan saya hot chocolate yaa, dan saya tidak ingin di ganggu" perintah Kirana. "baik Bu" ucap Tasya.
Saat di Pantry Tasya bertemu dengan Rosa.
"haii, sya," sapa Rosa
"Haii" balas Tasya.
"gimana Pak Rio?" tanya Tasya lagi.
"prediksi loe benar sya" sahut Rosa. "ibu Kirana bahkan menutup jalan sebelum Pak Rio melewati nya" lanjut Rosa. "hahahahah, gue kan udah ingetin" sahut Tasya, "yaa udah gue duluan" lanjut Tasya dan kembali ke ruangan Kirana.