Sudah hampir sore jam menunjukkan pukul 16.00 (4 sore), Kirana belum juga sadar, sudah hampir 4 jam Kirana belum juga sadarkan diri.
"kenapa mama bobo ny lama" tanya Raka memecah keheningan dikamar rawat Kirana, Raihan yang masih berada disana , dengan jelas mendengar suara lembut anak nya dan ada kesedihan diwajah Raka, Raihan merasa kesedihan nya bertambah berkali kali lipat 'pantas saja saat pertama kali melihat wajah nya aku merasa kami ada kemiripan dan matanya, adalah mata Kirana, mata yang dulu penuh kehangatan' batin Raihan. "saya dan Resty akan memanggil dokter untuk memeriksa Kirana" ucap Raihan cepat dan mengajak Resty untuk menemui dokter.
Tak sampai 5 menit Raihan dan Resty kembali bersama seorang dokter spesialis yang menangani Kirana. Dokter tersebut pun langsung memeriksa Kirana.
"jangan khawatir, Ibu Kirana belum sadar karena beban psikis yang dia rasakan sepertinya terlalu berat, sehingga dalam keadaan istirahat seperti ini dia merasa nyaman dan juga pengaruh cairan infus yang kami tambahkan vitamin sedang bekerja agar energi tubuh nya kembali pulih" jelas sang Dokter , yang di respon anggukan oleh orang tua Kirana. "terima kasih Dok" ucap Raihan sebelum dokter tersebut keluar.
Raihan berjalan menuju sofa tempat Raka duduk bersama Yusuf. Raihan mengambil posisi duduk tepat disebelah Raka, memandang wajah polos yang terlihat sedih itu 'tenang yaa nak ada papa disini buat kamu dan juga mama, mama kamu akan baik baik saja sayang' ,,, sayang nya Raihan hanya bisa mengucapkan nya dalam hati . "Raka jangan sedih yaa, sebentar lagi mama bangun kok," ucap Raihan lembut menenangkan Raka, akhirnya hanya itu yang bisa dia katakan. "iyaa om" sahut Raka. Ingin sekali Raihan memeluk Raka, tapi dia menahan nya.
Tak lama akhirnya Kirana pun membuka matanya. Kirana sadar , begitu sadar penglihatannya masih kabur . Ibu nya, ayah, dan Resty yang duduk disamping tempat tidur Kirana, melihat Kirana bergerak dan membuka matanya. "Kii, kamu udah sadar nakk" ucap ibu Kirana pelan dan senang, begitu pun Resty, "beb", ucap Resty lirih dan berdiri semakin dekat dengan wajah Kirana. Kirana dapat melihat Resty, ibu dan ayahnya yang memang berada disampingnya kemudian tersenyum tipis. Dia belum menyadari kehadiran Raihan. Raihan, Yusuf, dan Raka lantas berdiri dari sofa dan mendekat ke arah Kirana. "mana Raka Bu?" ucap Kirana meski sudah sadar dia masih merasakan kepalanya berat, sehingga belum mau menoleh kebanyak arah. "mamaaa" ucap Raka senang yang melihat mama nya sudah bangun.
Kirana pun mengalihkan pandangannya ke arah suara Raka dengan senyum bahagia, Raka lah sumber kekuatannya selama ini, makanya saat seperti ini dia harus melihat anak nya. Namun betapa kaget nya dia melihat Raka digendong oleh seseorang yang bisa dikatakan penyebab Kirana bisa seperti ini. Ya Raihan mengambil kesempatan untuk memeluk dan menggendong Raka dimomen tepat seperti ini , Raka ingin melihat mama nya namun karena postur nya yang kecil maka tepat lah Raihan menggendong nya. Melihat Kirana melihatnya Raka pun kembali bersuara, "mama sudah bangun?" ucap Raka yang masih dalam gendongan Raihan dan kini sudah berada tepat disamping Kirana. Tentu Kirana belum mengetahui bahwa Raihan sudah tau semuanya, saat ini perasaan nya bercampur aduk, haru, senang, sedih, dan sakit hati semua bercampur menjadi satu melihat momen ini, dan hanya Resty yang mampu mengetahui perasaan Kirana. Tanpa sadar air mata Kirana kembali mengalir begitu aja, dan saat bersamaan pintu ruangan Kirana di buka oleh seseorang, dan spontan semua mata tertuju pada orang yang baru datang tersebut.