Malam nya Kirana bergegas menuju ke apartemen Evan, sebenarnya dia enggan untuk kesana, tapi Hana mengatakan bahwa Evan meracau dan hanya mau diri nya yang datang, maka dengan berat Kirana mengikuti nya, toh baru jam 7 malam, dan Hana ada disana pikir Kirana.
Kirana tiba di apartemen Evan , memencet bel, namun ternyata pintunya tak tertutup rapat, Kirana masuk dan melihat suasana sangat gelap. 'Kok gelap banget' pikir nya. "assalamualaikum, Hana, Evan" ucap nya sedikit berteriak sebanyak 2x. Beberapa lama tak mendapatkan jawaban "Evan,, Hana, jangan bercanda yaa aku pulang kalau gitu" ucap Kirana dengan perasaan campur aduk, bingung, marah, khawatir. Tak lama Lampu menyala betapa kaget nya dia melihat ruangan tv Evan penuh dengan berbagai macam bunga dan begitu cantik, dan dia melihat bentuk hati dihiasi lampu dan di tengah nya terdapat bunga Lili putih kesukaan nya. Dia dapat mengetahui apa yang akan terjadi, bukannya senang , keterkejutan nya malah berubah menjadi rasa marah bahkan sebuah kebencian, dia benci hal seperti ini, 'pernyataan cinta'. Ditambah cara Evan dan Hana benar benar membuat nya marah saat ini. Perubahan Ekspresi Kirana terlihat jelas di wajah nya, kini tatapannya tajam, gelap, dan sangat dingin.
Tak lama Evan keluar dari balik bentuk hati dan kini sudah berhadapan dengan Kirana.
"kamu sudah datang" ucap Evan.
"to the point" sahut Kirana menahan amarahnya.
Evan tentu mengetahui nya.
"apa kamu tak menyukai nya?" tanya Evan ragu.
"kamu mau mendengarkan aku" sahut Kirana cepat.
"tentu" sahut Evan penuh harap
"pertama, kamu bahkan belum mengenal ku lebih dari setahun, ke dua, kamu pernah mengetahui betapa aku benci hal seperti ini tapi kamu tetap melakukan nya, dan ke tiga kamu tahu kan hati ku bahkan sudah mati , atau kamu sudah melupakan nya" ucap Kirana panjang dan dengan ekspresi sangat dingin.
Evan sudah siap dengan semua konsekuensi nya, tapi dia tetap tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
"Kirana, ti..." Evan belum selesai bicara, sudah di potong oleh Kirana.
"tidak bisa Evan, sudah tidak ada pertimbangan, dan tidak ada kesempatan," ucap Kirana, "daann, ini bukanlah kesalahan mu Evan, aku bukan wanita yang berhati lembut, kamu akan mendapatkan wanita yang baik dan pantas untuk mu" lanjut nya dingin, namun yang dia katakan adalah kenyataan nya saat ini. Kirana memang terlihat seperti wanita cantik, anggun, dan bersinar, namun memiliki ekspresi yang dingin dan tatapan mata yang tak memiliki kehangatan sedikit pun. Tepat nya hanya kemarahan yang ada di sana.
Setelah menyelesaikan ucapannya dia berniat melihat ekspresi Evan, bagaiamana pun , hati nya tak sekejam itu, dia tahu Evan tulus tapi dia tak ingin melukai Evan dan menerima cinta sepihak, karena itu lah awal dia dan Farhan. Namun keluluhan hatinya, berubah menjadi keras kembali dalam waktu seketika, melihat sosok pria yang berada di belakang Evan.
"kamu" ucap Kirana terkejut dan tak percaya.
Evan mendengar itu dan melihat ke arah belakang nya. "Han," ucap Evan lirih. "kee, kenapa dia bisa disini?" tanya Kirana ragu. "dia sahabat ku, dan dia yang memberi ku keberanian untuk melakukan ini" ucap Evan mengingat simpati Raihan, tanpa mengetahui apapun. "tapii, maaf kan aku, kalau ini, kembali menyakitimu" sahut Evan lirih dan menunduk.
'dia melakukan ini, sebenci ini kah dia terhadap ku, dia benar benar melupakan ku, ohh, bunga Lili itu, yaa dia, aku benci pada mu Raihan, aku benci' batin Kirana menangis, matanya.merah dan penuh amarah. ekspresi wajah nya dingin dan pucat , tangan nya mengepal sangat kuat.
"kalian laki laki hanya bisa memikirkan perasaan kalian sendiri,,.. tidak kah kalian berpikir bahwa cinta yang berlebihan bisa berubah menjadi benci yang bahkan tak akan bisa terobati,,!!!" ucap Kirana penuh makna , tatapan nya tajam sepeti pisau, Evan yang mendengar nya tak mengerti, tapi Raihan dalam diam nya melihat jelas dan tahu betul kata kata itu untuk dirinya.
"saya permisi" ucap Kirana tanpa basa basi dan langsung meninggalkan apartemen Evan.
Sepeninggal Kirana, Raihan menghampiri sahabat nya itu. "are you Oky?" ucap Raihan. Evan hanya membalas dengan mengagguk dan tersenyum tipis. "aku tau kamu kecewa, tapi ini sudah konsekuensi yang harus kamu terima" ucap Raihan lagi. "aku memang kecewa tapi setidaknya aku sudah merasa lega, karena telah mengungkapkan semua padanya , jujur pada nya, dan jujur pada diri ku, jadi tidak akan ada penyesalan" ucap Evan sendu namun dengan kemantapan hati. "good" sahut Raihan.
"kamu istirahat lah, aku akan kembali ke apartemen ku" ucap Raihan lagi dan meninggalkan Evan, karena dia sudah memastikan sahabat nya itu baik baik saja.
Justru sekarang dia lah yang tidak baik baik saja.