Ternyata Benar , pria yang dilihat Kirana adalah Raihan. Dan sahabat dari Evan, namun Kirana belum mengetahui tentang persahabatan mereka.
"Mba,,, mba benar nggak apa-apa?" tanya Lidya hati hati, yang sempat melihat Kirana menangis.
"saya tidak apa2 Lidya" sahut Kirana seraya menghapus sisa sisa air matanya.
"mau saya buatkan hot chocolate?" tanya Lidya, "iya boleh" sahut Kirana.
Sepeninggal Lidya, pikiran Kirana kembali Ke Raihan, 'bagaimana bisa, Raihan berada dikantornya?' 'tidak mungkin dia mengetahui ku disini, kalau pun ia mustahil dia mencari ku' , 'mungkin urusan bisnis' , 'atau bisa jadi aku hanya berhalusinasi dan terlalu berlebihan, iyaa, aku saja yang berlebih-lebihan, Sudah lah lupakan Kirana' ,, ya begitu lah batin Kirana dan Dia hanya bisa memendamnya sendiri. "ahhh resty, pulang lah, pikiran ku bisa gila memendam ini sendiri" gumam nya. Ya, hanya Resty tempat Kirana bisa bercerita segalanya. Perhatian nya teralihkan ketika handphone nya berdering.
~~~~~~`~~~~~~
"Jadi apa kau akan disini atau di Jakarta?" ucap Evan yang masih mengobrol dengan Raihan.
"sementara disini dulu, karena, ada beberapa perusahaan yang harus aku tangani sendiri, dan melihat perkembangan investasi dibeberapa perusahaan disini," sahut Raihan "termasuk perusahaan ku dong, secara 30% saham di perusahaan ku juga milik Kaviandra Group" sahut Evan "hmmm, jadi bersiaplah " sahut Raihan "kau ini tidak bisa menghilangkan sikap dingin mu itu" sahut Evan. Raihan hanya menggeleng menanggapi ucapan Evan.
Obrolan mereka terhenti Ketika Hana masuk dan membawakan segelas Hot chocolate dan segelas cappucino panas untuk mereka. "kau masih tak menyukai hot chocolate?" tanya Evan, "hmmm" sahut Raihan singkat, "kau benci sekali sepertinya dengan minuman ini" tanya Evan, "aku hanya tak menyukainya, ada hal yang ingin aku lupakan dari minuman itu" sahut Raihan.
"apa kau masih menunggu Cinta SMA mu itu" tanya Evan , "tidak" sahut Raihan dingin "laluu, kenapa kau masih sendiri hingga saat ini" tanya Evan "aku hanya belum menemukan yang pas" sahut Raihan ringan. "kau jangan mengatai ku, berkaca lah, nasib kita hampir sama" Lanjut Raihan , "setidak nya aku sudah membuka hati ku dan sudah menemukan seseorang yang membuat ku ingin selalu tersenyum" sahut Evan. ",seriously" sahut Raihan tak percaya, "yaaa, dia wanita yang dingin, dan angkuh, tapi aku tahu dia orang yang sangat hangat, aku berusaha mendapatkan nya, walau dia terus mengabaikan ku" cerita Evan. "yaa, semoga kau berhasil" ucap Raihan.
"apa rencana mu setelah ini" tanya Evan, "aku ada janji makan siang , Setelah itu mau pulang untuk beristirahat" sahut Raihan. "aku di lantai 17 apartemen mu, nomor 531" lanjut Raihan memberikan info alamat nya, "perfecto, aku bisa ketempat mu jika aku kesepian" sahut Evan, "tak akan ku buka kan pintu untuk mu" sahut Raihan seraya berdiri meninggalkan ruangan Evan.
~~~~~`~~~~~
"tadi siapa pak?" tanya Hana yang kini sudah berada kembali diruang an Evan "ohhh, dia sahabat ku" sahut Evan, "seperti nya tak asing" sahut Hana "dia pewaris tunggal dari Kaviandra Group Corporation" jelas Evan "Raihan Al Kaviandra pak?" ucap Hana setengah kaget, dan takjub, "hmmmm," sahut Evan "wahhh, bapak, coba tadi memberi tahu ku, aku kan bisa berfoto dengan nya pak" sahut Hana, "jangan kan kamu, media saja tak bisa mengambil gambarnya, dia jauh lebih dingin dari salju" sahut Evan, "ya , pantas kalian cocok, sama soalnya, dingin" celetuk Hana. "kau mengatai ku" sahut Evan "tidak pak, saya permisi ," ucap Hana dan bergegas keluar dari ruangan Evan.