Keesokan Paginya, seperti biasa Kirana melewati hari nya dengan bekerja dan sampai rumah akan sibuk dengan anak nya. Ntah bermain , belajar dan saling bercerita. Dan Kirana dapat melihat anak nya kini semakin percaya diri untuk mengekspresikan segala hal, itu karena dia merasa ada seorang 'Papa' yang mendukung nya , itu lah yang Raka katakan padanya.
Ya , semenjak kembali nya Farhan ke Surabaya, Raka lebih sering di antar jemput Farhan dan Farhan sangat meluangkan waktunya untuk Raka, sehingga setiap hari membuat Kirana bertemu dan bertatap muka dengan Farhan, meski tak pernah mengobrol dengan baik, tapi Kirana dapat merasakan kehangatan dari setiap tatapan Farhan, namun seiring dia merasakan kehangatan itu seiring juga lah luka hatinya kembali terukir. Kirana benci sangat benci keadaan nya sekarang. Ditambah lagi sejak kehadiran Evan dikantornya , hari hari Kirana menjadi semakin rumit baginya. Dasar nya Kirana adalah orang yang cuek, dan tidak suka menjadi perhatian publik, meski dari dulu karena paras nya dia selalu menjadi nomor 1 ,dan sekarang meski status nya telah berubah, dia tetap lah menjadi sorotan.
Dengan langkah berat dia memasuki Kantornya. Berharap hari ini dapat dia lalui seperti biasa.
"Pagi mba Kirana" sapa Lidya begitu Kirana akan memasuki ruangannya."pagi Lidya" sahut Kirana seperti biasa. dan masuk ke dalam ruangannya. Seperti biasa Lidya akan mengikuti nya dan memulai pekerjaannya nya.
"mba ini beberapa laporan untuk konsep yang sudah terapprove , tinggal mba tanda tangan saja dan di serahkan ke Pak Evan" ucap Lidya.
"Pak Evan?" ucap Kirana bingung dan kaget
"sejak kapan pak Evan menangani hal kecil seperti ini" lanjut Kirana. "sejak hari ini mba, Pak Evan sendiri yang minta ke Direktur semua pekerjaan yang berhubungan dengan mba harus melalui dia dan hanya dia yang boleh menerima laporan nya, Pak Evan tak mengijinkan siapa pun menggangu Pekerjaan mba" jelas Lidya.
Mendengar itu rasanya Kirana semakin frustasi,,
'bagaimana bisa menager sepertinya, melakukan laporan langsung ke C.E.O, biasa nya kan hanya sampai ke Direktur' .
Kirana pun memutus kan ke ruangan Evan.
"Permisi pak, ada ibu Kirana mancari anda" seperti biasa Hana Sekretaris Evan. "iyaa, kau boleh keluar" ucap Evan.
"ini laporan yang anda minta Pak" ucap Kirana dingin dan meletakkan laporan itu di meja Evan.
"iya letakkan saja, saya yakin semua pasti tidak ada masalah" jawab Evan Ringan.
"itu lah maksud saya pak, jika memang pekerjaan saya tidak pernah bermasalah kenapa sekarang pekerja saya di buat rumit pak" ucap Kirana mengeluarkan pendapat nya.
"maksud kamu?" tanya Evan Bingung dengan ucapan Kirana. "Pak, tidak ada manager bagian seperti saya yang menyerahkan laporan langsung ke C.E.O , dan saya rasa bapak memiliki setumpuk pekerjaan di banding harus buang buang waktu memeriksa laporan kecil saya kan" ucap Kirana dingin dan menahan emosinya. Ntah mengapa Evan malah memandang Kirana dengan tatapan yang bersinar bukan marah. "kalau begitu kau akan menjadi Direktur agar aku bisa selalu melihat pekerjaan mu" ucap Evan ringan. Kirana benar benar bingung dengan sikap Evan, dia pun tak tahan lagi , "sebenernya apa yang and ingin kan dari saya pak Evan" ucap Kirana yang mulai kehabisan kesabaran.
Mendengar ucapan Kirana Evan berdiri dari kursi kebesaran nya dan berjalan mendekat ke arah Kirana. Kini dia berdiri gagah dihadapi wanita itu dengan wajah yang sangat tampan dan tenang kedua tangan di saku celananya. Kirana tak gentar sama sekali, dengan tatapan dingin dia melihat kearah Evan seketika dia sedikit terkesima melihat wajah Evan dan tatapan hangat itu, tapi dengan hati yang sudah membeku Kirana dapat dengan cepat menghilangkan nya.
"aku ingin bisa melihat senyum sesungguhnya dari diri mu Kirana" ucap Evan tiba tiba dengan nada lembut. membuat Kirana kaget dan mundur selangkah. Seketika tangan nya mengepal kuat 'dasar laki laki dia pikir senyum dan hati wanita itu hanya untuk kesenangan mereka' batin Kirana.
"dengar Kirana, kau menjadikan diri mu dingin dan jahat, tapi aku tahu itu bukan kau" lanjut Evan. "saya kemari untuk urusan pekerjaan, saya sudah selesai, permisi" ucap Kirana dingin dan memutar badannya untuk keluar ruangan Evan. Namun dengan cepat Evan meraih tangan Kirana. "lepaskan saya pak Evan, ini bukan pertama kalinya anda bersikap seperti ini" ucap Kirana kesal. "dan kau selalu pergi tanpa mendengar kan penjelasan orang lain Kirana" balas Evan . 'deghhh' seperti itu kah dia, Ya Kirana memang tak suka menerima penjelasan, itu karena luka nya di hari dia menelepon Raihan dan melihat Farhan dengan wanita lain.
"Kau tidak pernah tau tentang apa yang orang lain alami di kehidupan sebelumnya , begitu pun dengan aku , kau tak pernah tau apa yang sudah ku lalui hingga aku masih sanggup berdiri hingga sekarang sebelum kau mengenal ku" ucap Kirana dingin , "kau wanita yang terluka karena masa lalu mu, dan itu kau limpahkan semua ke diri mu kau menghukum diri mu sendiri, kau pikir itu akan menyembuhkan luka mu??? tidak Kirana,, itu semakin menyakiti diri mu dan menyakiti orang di masa lalumu dan sekitar mu," Ucap Evan penuh emosi ,, Kirana terpaku mendengar ucapan Evan, ntah mengapa, setiap kata kata Evan seolah Evan mengetahui semua tentang dirinya.
Tatapan mereka beradu, Evan merasa harus memiliki wanita ini, sedang kan Kirana menatap Evan penuh pertanyaan. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing dalam posisi yang sangat intim, saat bersamaan Hana masuk, dan kaget melihat hal itu, Hana kembali menutup pintu, dan saat pintu tertutup baru lah ke dua nya sadar. Dengan cepat Kirana menarik tubuhnya kebelakang. dia bermaksud ingin segera keluar, namun belum lagi dia melangkah Evan kembali berbicara, "tidak akan ada yang berubah, pekerjaan mu akan langsung berhubungan dengan ku, titik" ucap Evan tegas. Kirana kembali mengepalkan tangannya, dia benar benar kesal di buat Evan. Tanpa menggubris omongan Evan Kirana pun keluar dari ruangan itu.
Hana yang melihat Kirana lewat begitu saja dapat merasakan atmosfer yang sangat dingin. "walau sedingin es tetap saja anggun" gumam Hana yang melihat Kirana hingga menghilang.
Kirana kembali keruangan nya dengan tatapan kesal sangat kesal.
"Lidya minta semua resume permintaan klien untuk bulan ini, dan jangan ganggu saya, jika saya butuh saya akan memanggil mu" perintah Kirana dingin ketika tiba didepan meja Lidya, dan bergegas masuk ke dalam ruangannya. Lidya sangat hafal, Jika seperti ini atasannya itu pasti dalam kondisi tertekan 'batin dan hati nya' . 'Membiarkannya' itu lah yang selama ini di lakukan Lidya.