Wajah Dimas memerah, emosinya meluap-luap di dalam hatinya hanya saja ia tidak tahu caranya untuk mengeluarkannya selain hanya memendamnya.
Ia berjalan kaki keluar dari dalam gedung apartemen tempat Laura tinggal.
Pria itu, pria asing itu seharusnya tidak bersikap seakan ia lebih mengenal Laura, pria yang terang-terangan berada di pihak Laura. Pria yang membela Laura, pria yang berada disisi Laura...
Meskipun benci tapi itu tempatku kan? Sejak kapan posisi itu bergeser dan berubah?
Apa ini cemburu? Apa aku sudah jatuh cinta padanya? Apa dia berhasil mengalahkan ku sekarang?
Dimas hanya bisa mengacak-acak rambutnya, ia tidak berbeda dengan seorang gelandang sekarang. Laura menjadikannya seperti ini tapi wanita itu malah dengan mudahnya juga mengacak-acak perasaannya.
Padahal ada Wendy, tapi wanita itu tidak memberikan efek apapun untuk menawar racun yang sudah Laura sebarkan ke dalam hatinya.
