Laura POV
....
"Aku bisa membersihkannya sendiri."
Aku ingin membangun tembok. Sebuah tembok setinggi mungkin yang tidak dapat dihancurkan oleh apapun. Aku sudah memegangi tangannya dengan kedua tanganku agar dia tidak lagi menyentuh bibirku, agar aku tetap memiliki kewarasanku yang sudah semakin kabur.
"Tapi aku ingin melakukannya." Suaranya yang dalam, senyumannya yang lembut serta tatapan matanya yang hangat, itu semua membuat tembok itu memudar berubah menjadi transparan. Bagaimana ini? Dia tidak menghancurkan tembok yang aku buat seperti yang selalu ia lakukan dengan kebenciannya yang menggebu-gebu tapi dia membuat tembok itu perlahan hilang, seperti udara hampa yang tidak terlihat dan membuat dada ku sesak.
Apa aku sedang menahan nafasku lagi karena dia berhasil melepaskan tangannya dan kembali menyentuh bibir ku dengan leluasa sekarang?