Chereads / Menikah tapi benci / Chapter 11 - Gelisah

Chapter 11 - Gelisah

"Pergilah…"

Hati Dimas sangat terluka, ia menahan air matanya agar tidak menetes begitu melewati tubuh ayahnya yang telah mengusirnya meskipun tangisannya akhirnya tidak dapat ia bendung saat ia hanya bisa berdiri di balik dinding Lorong rumah sakit sambil menyesal karena tidak bisa melakukan apapun untuk ibunya.

***

"Masih belum di angkat?" Tanya Ratna yang masih menemani Wendy bersama dengan Suzy di penthouse yang dibelikan oleh Dimas untuk Wendy sebulan yang lalu sebagai bujukan karena ia tidak dapat menepati janjinya untuk mendapatkan cincin idamannya yang sekarang cincin itu berada di jari Laura. Hal yang membuat Wendy selalu merasa marah sekaligus gelisah jika memikirkan kemungkinan jika Dimas dan Laura memiliki hubungan dibelakangnya belum lagi dengan sikap Dita yang terlihat lebih memihak kepada Laura.

Jelas-jelas jika Dita menentang hubungannya dengan Dimas selama ini tapi wanita tua itu malah menyebut Laura sebagai calon menantunya dan yang paling membuat Wendy gelisah karena Dimas juga ikut pergi bersama dengan Laura dan Dita dan sampai detik ini Dimas masih tidak juga mengangkat ponselnya.

Dimas mengabaikannya sepanjang waktu seolah-olah ia baru saja mencampakannya begitu saja.

"Aaaaa….." Wendy berteriak frustasi sambil melemparkan ponselnya hingga hancur.

"Bagaimana bisa Laura melakukan itu kepadaku? Bagaimana bisa si pesuruh itu lebih baik di mata ibunya Dimas dibandingkan dengan ku?" Sambil memeluk kedua lututnya yang terlipat, Wendy menangis sesegukan.

"Aku sungguh tidak mengerti, Dimas terlihat membencinya selama ini. Laura jelas selalu terlihat dekat dengan ayahnya Dimas jadi bagaimana mungkin ada hubungan antara Laura dan Dimas?"

"Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan, sejak awal Laura tidak menyukai hubungan kalian kan, mungkin ia sengaja membuatmu merasa jika mereka memiliki hubungan gelap agar hubungan mu dan Dimas hancur sehingga ia memiliki kesempatan untuk mendapatkan Dimas." Ucap Ratna berpendapat dan membuat Wendy sedikit menghentikan tangisannya karena apa yang Ratna ucapkan ada benarnya.

"Dimas memang selalu mengatakan jika ia sangat membenci Laura." Gumam Wendy pelan saat mengingat Dimas selalu meluapkan kekesalannya terhadap Laura saat mereka sedang bersama.

Ratna kembali mengangguk tanda jika dia yakin jika ucapannya tidak akan salah.

"Tapi bisa saja Dimas sengaja mengucapkan hal seperti itu agar kamu tidak mencurigainya. Buktinya kamu bilang semalam ia berada di apartemen Laura dan Dimas bahkan memberikan cincin impianmu kepada Laura. Dia juga tidak menghentikan ibunya yang menamparmu karena Laura. Dia malah ikut bersama ibunya pergi dengan Laura. Mungkin dia hanya mempermainkan mu, Wendy…"

Wendy langsung menoleh menatap Suzy karena ucapannya kembali membuat hatinya hancur.

"Menurutmu begitu?"

"Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di balik tembok perusahaannya, mereka bertemu setiap hari disana kan."

"Memangnya apa yang bisa mereka lakukan di kantor?" Ratna terdengar tidak setuju dengan apa yang Suzy curigai.

"Mandala Grup itu perusahaan besar, mereka tidak akan bisa bermesraan di sana." Lanjut Ratna membuat hati Wendy yang semula menciut kembali membesar.

Tapi Suzy malah tertawa setelah mendengar ucapan Ratna. "Itulah menegapa kamu harus bekerja di perusahaan bonafit alih-alih menjadi seorang dosen."

"Apa maksud mu? Apa kamu menghina pekerjaan ku?" Tanya ratna menggebrak meja karena tidak terima dengan ucapan Suzy. "Setidaknya aku bekerja untuk diriku sendiri dan tidak merepotkan orangtua ku seperti kamu yang hanya bisa mempercantik diri dan melakukan kencan buta dengan pria-pria yang akan di jodohkan dengan mu."

"Itu memang hal yang harus dilakukan oleh anak orang kaya sepertiku, Ratna… Oh, ayolah jangan memancing keributan dengan ku, hidup mu bisa menjadi sulit."

"Kamu bahkan berani mengancamku sekarang? Apa uang orangtua mu akan membuatku di keluarkan dari kampus tempat ku bekerja, begitu?" Nada Suara Ratna terdengar semakin meninggi tapi suzy kembali tersenyum dengan tenang, "Mau mencobanya?"

Sikap dan ucapan Suzy membuat Ratna sangat marah sehingga ia berniat menyiramkan air ke wajah Suzy tapi Wendy telah lebih dulu menahannya.

"Aku sudah cukup pusing dengan masalah ku, apa kalian ingin membuat masalah baru?" Tegur Wendy sambil memijit pelipis matanya yang terasa nyeri.

"Maaf…" Ucap Ratna pelan terdengar tidak tulus tapi Suzy hanya diam dan menatap Ratna tajam sebelum akhirnya duduk tepat diantara Wendy dan Ratna sehingga Ratna harus sedikit terdorong dan nyaris terjatuh.

"Aku bukannya menakut-nakutimu tapi ayahku dua kali terpergok berselingkuh dengan bawahannya. Dimas dan Laura memiliki jabatan tinggi di Mandala Grup, mereka pasti memiliki ruangan mereka masing-masing jadi mereka bisa melakukan apapun dengan bebas disana lagipulan Dimas adalah sang pewaris, tidak akan ada yang berani mengadukan perbuatannya jika ia dan Laura misalnya bercinta di ruangannya mungkin."

"Sebaiknya kamu diam jika kamu hanya ingin membuat Wendy menjadi semakin paranoid!"

"Aku hanya berbicara tentang kenyataan yang mungkin terjadi, Ratna! Lagipula di dunia yang kejam ini, semua itu mungkin saja bisa terjadi!"

"Lalu apa yang harus aku lakukan jika Laura dan Dimas benar-benar berselingkuh selama ini?"

"Mudah saja, kamu hanya perlu hamil agar Dimas menikahi mu sebelum dia menikahi Laura lebih dulu!"

...

"Aku ingin menikahi mu…"

Laura menatap wajah Dimas dengan sorot mata bingung, ia terlihat menahan nafasnya ketika Dimas bergerak mendekat sambil menyematkan cincin berlian di jari manisnya.

"Aku masih belum menjawabnya tapi kamu sudah memakaikan cincin ini di jari ku? Apa ini sebuah paksaan?" Ucapan Laura berhasil membuat Dimas tertawa lalu dengan lembut memeluk tubuh Laura dengan sangat erat dan penuh kasih sayang.

"Aku tidak bisa menikahi wanita lain selain dirimu, Laura…"

"Rayuan mu terdengar manis, tapi bagaimana dengan kekasih mu?"

"Aku tidak lagi mencintainya…"

Perlahan Dimas melepaskan pelukannya tapi tangannya tetap merengkuh pinggang mungil Laura agar tidak ada jarak diantara mereka. "Aku hanya mencintaimu… Sejak awal aku hanya mencintaimu…"

Senyuman mulai terukir di bibir Laura begitu ia mendengar pernyataan cinta dari Dimas.

"Jadi kita akan menikah?"

Dimas menganggukkan kepalanya dan tersenyum dengan sangat manis, dia jelas diliputi oleh perasaan cinta yang meletup-letup dan akan segera meledak saat ia berhasil mendaratkan ciuman mesra di bibir Laura.

"Tidak!!! Kalian tidak boleh menikah! Tidak! Kalian tidak boleh mengkhianati ku seperti ini!!!"

"HENTIKAN!!!" Wendy berteriak dengan sangat kencang membuat ciuman antara Laura dan Dimas akhirnya terlepas.

Mereka berdua kemudian menatap Wendy dan tersenyum tapi itu tidak lama karena Dimas langsung menggendong tubuh Laura dan membawanya keatas ranjang dan kembali mencium Laura lebih intens dan juga menuntut sehingga suara desahan dapat terdengar memenuhi ruangan, mengabaikan Wendy dan semua bentuk protes yang ia lontarkan.

"Pergilah…" Ucap Laura yang melirik kearah Wendy yang masih tertegun ditempatnya melihat kekasihnya bercinta dengan wanita yang sangat ia benci.

"TIDAK!" Teriak Wendy memecah keheningan. Angin yang berhembus dari balik jendela yang terbuka membuat Wendy tersadar jika semua pemandangan menakutkan itu hanyalah bagian dari mimpi buruknya tapi mimpi itu justru membuatnya merasa jika semua itu akan benar-benar terjadi kepadanya sehingga Wendy hanya bisa menangis tanpa bisa menghubungi Dimas karena ponselnya sudah tidak bisa berfungsi.

"Jangan mengkhianati ku, Dimas! Aku mohon…"

...