Chereads / Menikah tapi benci / Chapter 5 - Cinta dan Benci

Chapter 5 - Cinta dan Benci

"Dengar ini, semalam aku hanya bermain-main dengan mu..." Ucap Dimas sambil mengikat sapu tangannya di leherku dan menutupi banyak kissmark disana.

Mungkin suara Dimas kali ini terdengar pelan tapi itu yang paling terdengar menyakitkan hingga dadaku terasa sesak.

Dengan mudahnya Dimas menginjak-injak harga diriku dan membuatku merasa seperti wanita murahan.

Tubuhku bergetar, aku ingin menangis namun sekali lagi aku hanya bisa menahannya dan memberanikan diri menatap matanya.

"Bermain-main ya..." Aku bergumam sambil mengambil sesuatu di dalam tas ku sementara ia masih berdiri dihadapan ku dan menunjukkan jika dia masih menjadi pemenangnya.

"Benar sekali, yang kita lakukan semalam sama sekali tidak ada artinya bagiku! Jadi jangan coba-coba untuk pamer karena itu hanya akan membuat kamu terlihat semakin rendah di mataku!"

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya yang lebih tajam daripada pedang tapi terlihat dengan jelas jika ia mulai tegang hanya karena aku menyentuh wajahnya dan sentuhan ku turun sampai ke lehernya.

Aku mendekatkan wajahku, aku tahu jika Dimas berpikir aku akan menciumnya sehingga dia menundukkan wajahnya agar kami sejajar tapi Dimas salah besar kali ini karena aku hanya ingin memoleskan concealer di lehernya untuk menutupi kissmark yang aku buat semalam.

"Aku hanya bersenang-senang semalam jadi jangan berpikir terlalu tinggi karena kamu sama sekali bukan pencium yang hebat. Ciuman yang kamu berikan semalam sangat buruk, Dimas. Sejujurnya aku tidak pernah ingin merasakannya lagi jadi jangan menyelinap masuk ke apartemenku lagi ya, sayang..."

"Buruk katamu? Siapa yang mengalungkan tubuhnya padaku semalam?"

Got it! Sekali lagi aku berhasil mengendalikan kemarahannya karena ia mulai bergerak mendesak ku sehingga aku kembali tersudutkan.

"Siapa yang tertawa saat aku menggendongnya di depan pintu kamarnya semalam?" Ucapnya lagi yang semakin mendesak ku.

"Berhentilah berpura-pura jika kamu tidak menikmatinya karena kamu bahkan mendesah memanggil namaku!"

Oh kenangan yang panas, hanya dengan ucapan yang Dimas katakan aku berhasil memutar ingatanku tentang kejadian semalam dengan sangat jelas sehingga darahku langsung berdesir saat Dimas merengkuh tubuhku.

Tapi aku tidak akan berada disini jika aku tidak pintar karena aku sudah memperkirakan segalanya.

Aku sudah tahu jika lift akan terbuka beberapa detik lagi karena lift ini sudah terkunci selama lima belas menit kami berada di dalam.

"Oh ayolah itu hanya hal yang wajar terjadi."

"Itu karena kamu menikmatinya, Laura!"

"I don't..."

"Yes, you do!"

1 2 3, oh poor you Dimas, you're trapped !!!

Perhitungan ku selalu tepat karena pintu lift sudah terbuka saat Dimas baru akan menciumku.

Tentu saja semua orang yang berada di depan pintu Lift tertegun melihat aku dan Dimas berada di dalam lift dengan posisi yang menantang dan diantara mereka semua yang terkejut ada ayah Dimas disana. Oh, aku tidak tahu kenapa aku menjadi begitu beruntung sekarang!

Kami segera menjauh dan suasana seketika menjadi canggung sekaligus tegang apalagi saat Pratama berdiri di hadapan kami dan sekarang lift telah membawa kami bertiga naik ke lantai tertinggi dimana ruangan kami berada.

Sesekali Dimas melirik ke arahku sementara aku hanya menunduk seakan aku sedang menahan malu padahal aku hanya sedang menahan tawa kemenangan ku sekarang.

"Aku tidak mengerti dengan hubungan kalian sekarang, tapi setidaknya jangan bermesraan di tempat yang bisa di lihat oleh siapapun!" Ucap Pratama, dia selalu tegas tapi dia sama sekali tidak terlihat marah atas kejadian antara aku dan Dimas.

Apa itu artinya aku mendapatkan satu dukungan baru? Oh Tuhan, tolong hentikan waktu sejenak agar mereka tidak tahu jika aku ingin melompat kegirangan sekarang.

"Ini tidak seperti yang papi pikiran."

"Aku tidak akan berpikir macam-macam jika kalian tidak berciuman di lift!" Pratama menoleh sebelum akhirnya melangkah keluar dari dalam lift ketika kami sampai di lantai tujuan kami.

"Kami tidak berciuman..." Ucap ku dengan hati-hati karena bagaimanapun Pratama selama ini selalu memperlakukan ku secara profesional meskipun aku sudah sangat dekat dengan istrinya.

"Itu benar, kami tidak berciuman!" Dimas ikut menambahkan dan ucapannya berhasil membuat pemimpin tertinggi di perusahaan tempat kami bernaung menghentikan langkahnya dan secara otomatis aku dan Dimas juga menghentikan langkah kami.

Pratama kemudian menoleh dan berkata, "Hampir, jika aku tidak menyuruh petugas kemanan untuk membuka lift maka mungkin kalian sudah saling melepaskan pakaian!"

Sekarang ucapan Pratama membuatku bungkam sekaligus malu, ia membuatku merasa seperti wanita yang mudah di ajak bercinta dimanapun.

"Laura ..."

Aku mengangkat pandanganku ketika Pratama memanggilku.

"Ya pak?"

"Putraku memang brengsek, maafkanlah dia. Jika dia memaksamu maka laporkan saja kepadaku, aku yang akan langsung menghajarnya!"

Senyuman Pratama membuat kepercayaan diri ku kembali ke tempatnya apalagi ketika Pratama terlihat kesal dan mengangkat tangannya seakan ingin memukul kepala Dimas dan membuatnya merungkut meskipun akhirnya Pratama langsung melanjutkan langkahnya dan pergi dengan cepat tanpa menghajar Dimas dan hanya mengumpat padanya.

"Dasar anak nakal!" Ucapku berbisik dan mengatakan kalimat yang sama yang Pratama katakan kepadanya sehingga wajah Dimas semakin merah padam.

Aku kemudian melangkah meninggalkan Dimas namun Dimas berhasil menahan langkah ku saat aku baru beberapa meter menjauh darinya.

"Urusan kita belum selesai! Aku akan membalasnya!" Tukas Dimas mengancam ku tapi aku hanya tersenyum.

"Kita lihat saja nanti siapa pemenangnya!" Ucap ku dengan penuh percaya diri dan kepala yang mendongak agar Dimas tahu jika aku bukanlah gadis murahan dan sedetik kemudian aku melepaskan tanganku dengan kasar dari genggaman tangannya.

"Berhentilah mencari alasan untuk menyentuhku, mungkin kamu terobsesi padaku tapi aku tidak!" Tukas ku sebelum akhirnya pergi meninggalkannya yang sudah pasti hanya bisa menahan amarahnya karena di tempat ini ia tidak akan pernah bisa menggangguku.

***