"Ibu udah denger kejadian di sekolah dari staf yayasan." Ibu membuka suara setelah kami selesai mengatur napas. Sepertinya Ibu tahu bahwa Astro sudah memberitahuku tentang yayasan karena tak repot-repot menginformasikan bahwa sekolah kami ada di bawah naungan yayasan miliknya. "Gimana perasaan Faza?"
"Faza baik kok, Bu. Ga ngerasa lagi dibully juga sebenernya karena Faza emang ga ngerasa bikin salah."
Ibu mengelus puncak kepalaku, "Ibu seneng Faza bisa mikir jernih. Biasanya perempuan gampang kebakar emosi kalau disebut begitu."
Sepertinya wajahku memerah. Aku membayangkan bundaku yang mengatakannya padaku.
"Ibu kasih saran ke pak Sugeng lewat staf kalau Angel sebaiknya dikasih skorsing dua minggu, tapi Ibu ga tau apa blueprint robot yang kalian kerjain akan aman kalau liat gimana sikap impulsifnya Angel. Ibu ga yakin juga apa Angel akan tetap sekolah di sana nanti."
"Nanti Astro kasih saran ke pembimbing buat ubah beberapa spesifikasinya. Mungkin masih sempet soalnya masih ada sebulan." ujar Astro.
"Yang jadi masalah lain adalah keluarga Kusumohardjo. Keluarganya Angel." Ayah membuka suara.
Beni sudah memberitahukan padaku bahwa keluarga Angel memang memiliki pengaruh. Walau aku tak tahu seberapa besar pengaruh keluarga mereka dan apa hubungannya umpatan Angel dengan tindakan keluarganya. Dilihat bagaimanapun, Angel tetap terlihat salah di mataku.
"Mulai besok Faza dianter jemput pakai mobil aja ya." ujar Ayah.
"Kenapa, Yah?" aku bertanya.
"Pakai sepeda agak rawan. Kalau pakai mobil kan ada Astro, lebih aman buat Faza. Nanti kalau emang Astro lagi ga bisa anter jemput, Faza bisa minta tolong pak Said atau pak Deri."
Aku berpikir lama sekali untuk mencerna kalimat Ayah. Apakah ada yang akan mencelakaiku jika aku bersepeda? Ah, atau memang itu maksudnya?
Aku mengangguk pada akhirnya. Kurasa tak ada salahnya berjaga-jaga.
"Astro ga usah mikir macem-macem. Itu urusan Ayah sama Ibu. Kakek juga ga komentar banyak soal itu." ujar Ayah.
Melihat reaksi Ayah dan Ibu, sepertinya keluarga Angel mungkin saja akan membuat masalah. Apakah keluarganya akan menuntut sekolah atas keputusan yang dibuat oleh Pak Sugeng? Bagaimana pula dengan Opa? Dengan berita yang sampai pada Ayah dan Ibu, bukankah Opa mungkin sudah tahu?
"Opa belum tau karena Ibu ga cerita. Sebaiknya Faza juga jaga kejadian tadi jadi rahasia." ujar Ibu seolah memahami isi kepalaku.
Aku mengangguk sebagai tanda setuju. Andai Opa tahu, aku bisa membayangkan bagaimana suasana hatinya mempengaruhi kesehatannya. Mungkin memang lebih baik Opa tak mengetahui hal itu sama sekali.
"Ada yang mau kalian tanya?" Ibu bertanya. Aku dan Astro sama-sama menggeleng dalam diam.
"Kalau gitu Ayah sama Ibu berangkat ya. Ada meeting yang ketunda. Nanti kayaknya pulang agak malem. No more physical contact for both of you (Ga ada lagi kontak fisik buat kalian berdua). Tunggu sampai waktunya kalian diperbolehkan." ujar Ayah yang membuatku terkejut.
Apakah Ayah tahu tentang kejadian di tebing? Aku menoleh pada Astro yang sepertinya mengerti apa sedang yang kupikirkan.
"Aku yang ngasih tau." ujar Astro.
"Ayah sama Ibu ga keberatan kok kalian punya hubungan, tapi tolong jaga batasan. Ayah tau itu mungkin susah, tapi tolong diusahain." ujar Ayah.
Astro terlihat menderita sekali saat mendengar Ayah mengatakannya, "Iya, Ayah."
"Mereka bisa jaga diri kok. Astro sama Faza ga akan lakuin hal-hal yang begitu, Ayah." Ibu menegur Ayah yang justru tersenyum lebar.
Aku sama sekali tak mengerti dengan apa yang terjadi. Kedua orang tua Astro merestui hubunganku dengan anaknya yang bahkan tak mungkin disebut kekasih.
"Udah mepet waktunya. Kita harus berangkat sekarang." ujar Ibu sambil mengulurkan tangan pada Astro agar Astro menyalami dan mencium tangannya.
"Inget janji kamu sama Opa." ujar Ayah saat Astro beralih mencium tangannya. Astro hanya mengangguk.
"Jaga diri ya." ujar Ibu sambil mengelus kepalaku setelah aku menyalami dan mencium tangannya, lalu Ibu menggandeng tangan Ayah menuruni tangga.
Astro menghempaskan tubuh di sofa dan menutup wajah dengan lengan. Aku menyadarinya menghela napas beberapa kali.
Aku mengisi gelas untuknya dengan air dan menyentuh lengannya dengan ujung gelas. Dia melepas lengan dari wajahnya dan menerima gelas dariku, lalu menghabiskan isinya dalam satu tarikan napas.
Aku duduk di sebelahnya, tapi memberi jarak yang cukup karena mengingat nasehat Ayah beberapa saat lalu, "You told them everything (Kamu kasih tau Ayah sama Ibu semuanya)?"
Astro mengangguk sambil menatapku, "I hope you don't mind (Semoga kamu ga keberatan)."
Tiba-tiba saja otakku terasa berhenti berpikir. Memalukan sekali mengingat saat dia memelukku dengan intim. Detakan jantungku bahkan mulai kehilangan iramanya.
"Aku udah janji ga begitu lagi. Percaya sama aku."
Aku mengamit sebuah bantal sofa dan menutup wajah dengannya. Aku tak ingin menatap mata laki-laki di sebelahku ini untuk sementara waktu.
"Hei, jangan nutupin muka begitu." aku mendengar Astro bicara.
Aku akan mengabaikannya. Aku bahkan tak tahu seberapa merah wajahku saat ini.
"Bukannya bagus kalau ayah sama ibu tau tentang kita lebih cepet? Lagian ayah sama ibu sayang sama kamu." ujarnya yang sepertinya sedang berusaha merayuku untuk menyetujui tindakannya.
Aku melepas bantal yang menutupi wajahku dan menghirup napas panjang untuk menenangkan diri. Sepertinya Astro benar. Membiarkan hubungan kami diawasi orang yang jauh lebih dewasa mungkin adalah tindakan yang paling aman.
Aku sudah melihat bagaimana Astro berusaha menahan diri saat memelukku kemarin. Andai saja tak ada janjinya dengan Opa atau kesadarannya tentang nilai-nilai yang ditanamkan keluarganya, bukan tidak mungkin dia sudah melampiaskannya begitu saja.
"Kamu cantik banget." ujarnya tiba-tiba.
Aku menoleh ke arahnya dan mendapatinya sedang menatapku lekat. Aku melempar bantal yang berada di tanganku ke wajahnya hanya untuk mengalihkan tatapannya dariku, "Stop it! Aku udah cukup malu tanpa kamu bilang begitu."
Astro justru tertawa puas sekali. Laki-laki ini benar-benar menyebalkan.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel ini TIDAK DICETAK.
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-" ini EKSKLUSIF & TAMAT di aplikasi WEBNOVE.L. Pertama kali dipublish online di WEBNOVE.L tanggal 2 Juli 2019 dan selesai tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca part berkoin di chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVE.L, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN dan nou ga ikhlas kalian baca di sana. Silakan kembali ke LINK RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung novel ini dengan nulis komentar & review, juga gift karena bikin nou semangat.
Terima kasiiiih buat kalian yang SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya. Luv kalian, readers!
Regards,
-nou-