sesuatu membangunkan Lucy dari tidurnya, di lihatnya jam weker di sudut tempatnya kini bersandar, sesungguhnya di balik rasa bahagia ada sedikit kecemasan di benaknya kini. Apakah aku layak ?, pertanyaan itu memurungkan sejenak wajah Lucy.
Sam tersadar wanitanya tengah tak sedang menikmati istirahatnya, dengan mata yang setengah terpejam Sam menyentuh tangan Lucy untuk mencari jawaban atas kegundahan hati istrinya.
" ada apa ? "
" tidak, tidurlah kembali Sam , " Lucy mencoba menyembunyikan pemikiran sesungguhnya.
" apa kamu masih tidak mengenaliku sayang ? bagaimana bisa aku tidur di saat melihat raut wajah jelek mu itu ?," Sam mengejek Lucy untuk menghilangkan gundahnya, Sam paham bahwasannya kedatangan Collin membuat sedikit gelisah hati Lucy saat ini.
" baiklah, kita tidur kembali "
" jangan di pikirkan, bukankah tadi sore kamu sangat percaya diri sayang ? bagaimana bisa kamu meragukan dirimu sendiri saat ini ? "
Lucy hanya kembali merebahkan kepalanya dan melengkuh dalam pelukan Sam, Sam memelukanya erat menenangkan hati Lucy.
saat matahari mulai memperlihatkan warnanya menyinari pagi itu, Sam tengah bangun lebih awal. pergi ke dapur dan meminta pelayan membantunya membuat sarapan romantis ala Paris untuk Lucy dengan sepucuk mawar segar yang baru saja dirinya petik dari pekarangan rumah mereka, entah apa tanggapan Lucy.
wajah Sam berseri-seri membayangkan pelukan di pagi hari, hatinya senang.
" tuan putri ? bangunlah ! "
dengan malas Lucy memandang ke arah Sam .
" hemm, apa yang kamu lakukan sayang ? "
" aku membuatkan sesuatu untuk mu, bangun mandi dan sarapan lah ! "
Lucy melirik ke arah nampan sarapan di hadapannya.
" apa kamu yang membuat semua ini sayang ? ," tanya Lucy menunjuk ke hadapannya.
" iya ! kamu suka ? ," senyum Sam merekah.
" lumayan, aku menyukainya ," Lucy memuji usaha Sam.
" hanya lumayan ? apa kamu bercanda sayang ? ," namun sepertinya Sam kurang puas dengan jawaban Lucy.
" hei, ap yang kamu harapkan sayang ? "
Sam menaikan sebelah alisnya memandang Lucy.
" baiklah, kali ini aku memberimu toleransi memujiku "
Lucy tertawa mendengar ucapan Sam barusan, seolah paham apa yang telah dirinya lakukan.
" apa yang lucu ? "
" tidak, tidak aku hanya merasa kamu mulai bertingkah seperti Collin "
Sam hanya tersenyum melihat ada raut bahagia di pagi hari ini dari wajah Lucy, Sam mengusap pipi lembut Lucy dengan pelan.
" sarapan lah, sebentar lagi Collin datang. kamu harus menyambutnya "
" hemm, aku akan cepat menghabiskan sarapan penuh cinta ini dan bersiap ," seraya memainkan kepalanya.
Sam kemudian meninggalkan Lucy dengan nampan sarapannya, kembali menuju kantor pribadinya.
" hallo, sekertaris Jason ? apakah Collin sudah bersiap ? "
" selamat pagi Presdir ! Lima belas menit lagi kami menuju ke sana, Collin tengah menghabiskan sarapannya terlebih dahulu ," Jason memberikan laporannya terkait persiapan Collin.
" baiklah, pastikan perjalanan mereka baik-baik saja sampai kesini "
" siap Presdir sesuai perintah anda ! "
Sam menutup teleponnya dan memikirkan hal apa yang harus dirinya lakukan saat Collin tiba nantinya, jiwa Ayahnya menuntutnya untuk bersikap manis.
lima belas menit kemudian.
Lucy tengah berdiri, harap-harap cemas dan gelisah menunggu kedatangan Collin. Sam melihay ekspresi tak biasa itu tertawa kecil, kemudian meraih tangan Lucy.
" santai lah "
Lucy hanya menatap ke arah Sam .
tak lama sebuah mobil sedan Hitam berhenti tepat di depan teras kediaman mereka, Jason yang menjadi supir sesegera mungkin membukakan pintu mobil untuk Collin dan ibunya.
terlihat kaki mungil melangkah keluar bersama dengan wajah tampan yang sangat lucu, membuat jantung Lucy berdetak cepat. perasaannya saat ini seolah dirinya tengah jatuh cinta untuk yang ke tiga kalinya, dirinya merasakan jiwa keibuannya semakin kuat.
" Collin ," suara lembut Lucy menyapa Colin yang saat itu tengah memegangi dress pendek Hanna.
" tak apa, kemarilah ! bibi juga ibumu, kamu tidak perlu takut sayang ," Lucy mencoba mendapatkan hati Collin.
Collin menatap ke arah ibunya, Hanna meraba rambut Collin dan berlutut di hadapannya.
" apakah kamu anak ibu ? "
" hemmm ," Collin mengangguk.
" kalau begitu bersikap baiklah, bukankah kamu ingin menghabiskan waktu bersama ayah ? "
" tapi ibu ! "
Hanna memotong pembicaraan Collin.
" sayang kamu harus kuat, dan buktikan pada ibu suatu saat nanti kamu bisa membanggakan ibu ," Hanna mencium kening Collin, kemudian memandang sinis ke arah Lucy. sejujurnya ada rasa tidak suka di hati Hanna saat ini, namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Sam kala ini.
" pergilah ke ayah !," Hanna menarik tangan Collin, menuntunnya untuk menemui Sam.
tangan mungil Collin menggandeng tangan Sam, kemudian Sam meraih anaknya kedalam pelukannya.
" apakah kamu tidak takut ?"
" iya "
" mengapa ? apa kamu tidak menyukainya, tinggal bersama ayahmu ?"
" ibu !"
" ibumu akan baik-baik saja, ayah akan akan meminta orang lain untuk menjaganya "
Collin terlihat setuju dengan hal itu.
to be continued