๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ
Zeline mematut wajahnya di cermin. Ia baru saja membasuh wajahnya. Menghabiskan waktu hampir 15 jam untuk tidur. Patah hati membuatnya membatalkan segala pekerjaannya. Ia lebih memilih tidur ketimbang bekerja.
Zeline berpikir, kenapa pria hanya memikirkan sex di kepalanya selama menjalin hubungan dengan seseorang. Di usia yang menginjak 25 tahun, Zeline memang sama sekali belum merasakan sex. Meskipun dirinya termasuk wanita bebas yang berteman dengan hiburan malam serta alkohol. Namun untuk sex sendiri, Zeline masih takut karena ucapan beberapa orang.
Pengetahuan Zeline mengenai sex yaitu ketika sex pertama kali itu akan mengakibatkan nyeri yang luar biasa lalu pendarahan dan sulit untuk berjalan. Mendengar hal mengerikan itu saja, membuat Zeline merinding. Meskipun sahabatnya sudah berusaha meyakinkan jika tidak seperti itu kenyataannya.
Sifat paranoid yang dimiliki Zeline membuatnya tetap menjadi perawan. Menonton video sex, membuatnya bergidik ngeri. Banyak pria yang melakukannya dengan kasar. Oh, big no! Zeline masih menyayangi lubang surgawinya dan kulit mulusnya.
Itulah alasannya mengapa para mantan kekasihnya banyak yang berselingkuh darinya. Keengganan Zeline melakukan hubungan badan dengan mereka semua yang membuat para mantan kekasihnya berpaling.
Zeline mencintai para mantannya tersebut. Ia juga bukan wanita yang memandang pria dari materi namun Zeline begitu menyukai wajah yang rupawan. Deretan para mantan kekasih Zeline, merupakan pria yang baik dan mampu membuat Zeline nyaman di awal kedekatan dan hubungan mereka. Namun, lambat laun, mereka meminta pembuktian cinta dengan melakukan sex.
Zeline sepertinya harus segera memeriksakan diri ke psikiater. Apakah sebenarnya Zeline seorang lesbian, tapi jika ia seorang lesbian, Zeline tentu lebih senang melihat wanita cantik atau tomboy. Tapi saat ini, dirinya sama sekali tidak tertarik. Ia menyukai pria tampan seperti yang di majalah pria dewasa itu.
๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ
"Kau benar-benar akan pergi ke psikiater?"
Saat ini, Zeline berada di studio foto milik Vera. Zeline mengangguk mengiyakan.
"Kau bukan lesbian, tapi seorang wanita berpemikiran aneh!"
Vera menyodorkan sekaleng bir dingin rendah alkohol untuk Zeline. Vera prihatin terhadap kehidupan percintaan sahabatnya ini.
"Kau hanya perlu pembuktian. Tidak perlu membayar mahal psikiater untuk mengobati penyakit ketakutanmu itu," Vera menegak minumannya.
Zeline menatap Vera seakan bertanya. "Maksudmu, aku harus melakukan sex?" Dan Vera mengangguk.
Zeline menggeleng. Membayangkan tongkat milik pria itu, merobek selaput daranya yang akan menyebabkan pendarahan. Mengerikan!
"Zeline! Itu hal yang menyenangkan. Come on!"
"Buktinya, aku, Mesya, Fini, tetap hidup bahagia sampai detik ini. Kami tidak terluka bahkan kesakitan seperti bayanganmu," Vera mulai nampak geram
Zeline berpikir, ucapan sahabatnya satu ini lumayan masuk akal. Apalagi, jam terbang seorang Fini begitu mencengangkan, karena beberapa kali Zeline mendapati Fini melakukan itu dengan pria yang berbeda.
"Kau harus mencobanya!" Vera meyakinkan Zeline. Zeline hanya bisa diam sambil menggigit bibir bawahnya dengan kuat.
"Aku tidak punya pacar lagi sekarang." ucap Zeline putus asa
"Kau bisa mencarinya di club Fini. Disana banyak pria bertebaran," Vera memberi saran
Zeline menaikan sebelah alisnya. "Big No! Aku ingin melakukannya dengan kekasihku, bukan dengan pria sembarangan. Bukankah kau tahu, jika aku sulit menemukan pria yang mampu membuatku nyaman,"
Vera memutar bola matanya saat mendengar ucapan Zeline. Sahabatnya satu itu memang begitu Complicated. Sejenak Vera berfikir, bagaimana cara Zeline menemukan pria yang bisa dijadikannya kekasih.
Vera menjentikan jarinya kedepan wajah Zeline.
"Salah satu klienku, bertemu calon suaminya melalui aplikasi online. Kau bisa saja mencobanya. Tidak ada yang tidak mungkin bukan? Kau bahkan bisa menyeleksi terlebih dulu dari wajah mereka, bagaimana?"
๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ
New York
Ricardo merenggangkan dasi yang melilit di lehernya. Pekerjaannya seharian ini cukup banyak. Jadwal bertemu klien-pun begitu padat.
Ricardo F Daniello, merupakan pewaris tahta kekayaan dari Daniello Corp. Perusahaan keluarga Daniello yang paling gagah perkasa di New York dan dikenal di seluruh belahan dunia. Saat ini, Daniello menjabat sebagai CEO Daniello Corp, perusahaan milik keluarganya dan Owner RFD Corp, perusahaan yang didirikan secara pribadi oleh Ricardo.
Wajah tampan yang dipenuhi dengan brewok, menutupi ketegasan rahang, memiliki sepasang bola mata abu-abu terang, serta tubuh yang begitu proposional menjadi magnet kuat untuk menjadi incaran para wanita. Belum lagi ditambah kekayaan yang berlimpah ruah. Ricardo F Daniello merupakan paket sempurna untuk seorang wanita.
Ricardo sama halnya dengan pria dewasa yang hidup di negara bebas lainnya. Pria normal yang membutuhkan sex di dalam kehidupannya. Tanpa dicari, wanita akan dengan rela hati melemparkan diri secara sukarela pada Ricardo. Namun, hanya beberapa yang berhasil meluluhkan hati Ricardo dalam suatu ikatan hubungan.
Ricardo begitu selektif memilih wanita untuk dijadikan kekasih. Cukup dua wanita terakhir yang begitu ketahuan belangnya langsung dicampakan begitu saja. Nasip malang untuk Bella dan Sofia. Ricardo menjatuhkan hatinya pada kedua wanita itu.
Bella dan Sofia, keduanya wanita yang ditinggalkan Ricardo akibat perselingkuhan yang dilakukan mereka. Bella yang sengaja mendekati Ricardo untuk mengetahui sisi lemah perusahaan Ricardo, karena pada saat itu Bella juga merupakan kekasih dari Rival bisnis Ricardo. Terbuktinya hal itu akibat campur tangan Steven, sahabat baik Ricardo. Saat itu ia tidak sengaja mendengar percakapan antara Bella dan kekasihnya di suatu Club malam. Tentu saja, Steven bergerak lebih cepat untuk merekam pembicaraan serta beberapa kali memotret keduanya yang sedang bermesraan. Bukti yang diberikan Steven cukup untuk membuat Ricardo marah dan segera memutuskan hubungannya.
Beda lagi dengan Sofia. Wanita cantik dan seksi ini, meupakan salah satu model internasional. Ricard dijodohkan oleh Ibunya yang bersahabat baik dengan Ibu Sofia. Tentu saja, sebagai anak yang berbakti, Ricard menerimanya tanpa penolakan. Lima bulan hubungan mereka berlangsung, apapun permintaan Sofia, Ricard penuhi. Tas limited Edition, pakaian mewah, sepatu mahal dan kebutuhan mewah lainnya. Ricard tidak ambil pusing awalnya, karena bukankah wanita memang senang berbelanja dan dimanjakan dengan hal-hal mewah. Lagipula, Sofia terlihat begitu perhatian padanya. Ricard dibutakan oleh cintanya pada Sofia, sehingga tidak memperdulikan jika uangnya akan terkuras habis oleh Sofia. Sampai pada akhirnya, Ricard memergoki langsung Sofia sedang bercumbu mesra dengan seorang aktor yang sedang naik daun. Tanpa rasa bersalah, Sofia mengakui jika ia hanya mencintai uang Ricard bukan Ricardnya sendiri.
๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ๐ฅ
Ricard dan Steven sekarang berada di private room salah satu club ternama di New York. Keduanya akan menghabiskan malam disitu untuk melepaskan penat. Khusus hari ini, Ricard atau Steven tidak memesan jalang untuk menemani mereka berdua.
"Kau terlihat seperti pria yang tidak terawat, Ri" Steven mengamati penampilan Ricard yang kini wajahnya dipenuhi bulu-bulu cukup tebal.
Ricard tersenyum pasrah. "Bukankah jika aku begini, aku terlihat semakin seksi?" Steven lantas terbahak
"Entahlah. Aku bukan pria homo yang akan bilang kalau kau itu seksi!"
"Carikan aku IT handal, yang bisa menghapus semua data diriku yang telah beredar di Internet!" ucap Ricard tiba-tiba
Steven menoleh dan terkejut. "Untuk apa kau melakukan itu?"
"Aku ingin melakukan sesuatu. Tapi, sebelumnya, aku butuh semua informasiku dihapus, sehingga tidak ada yang bisa melacaknya."
"Aku punya kenalan IT yang bisa membantumu melakukan itu semua. Tapi, apa yang kan kau lakukan, jika datamu yang sudah beredar telah terhapus semua?" tanya Setevn penasaran
Ricard memainkan gelas whisky-nya. "Aku akan mendaftarkan diri di sebuah aplikasi kencan online. Aku ingin mencari kekasih yang entah dimana, yang tidak mengetahui identitas asli diriku,"
Steven tercengang. "Are you seriously? Kau tidak depresi kan, dude?"
Ricaard menegak whisky-nya hingga tandas dan kemudian menuangnya lagi. "Aku pikir, hal itu patut dicoba. Bukankah, itu hal yang menarik sekaligus menantang?"
"Aku bahkan tidak sabar untuk mendaftarkan diri."
Steven menggeleng tak percaya akan pemikiran sahabat baiknya ini. Dari mana sahabatnya itu menemukan ide gila itu demi mendapatkan kekasih. Steven pikir, Ricard masih cukup tampan untuk membuat para wanita bertekuk lutut tanpa harus melakukan hal gila seperti itu.
"Kau yakin, Bro?"
"Sangat! Aku melihat di internet, banyak orang yang berhasil menemukan pasangan hidupnya disana."
"Jika aku ingin wanita matre atau seksi semata. Sungguh, dengan sekali kedipan mata, wanita akan datang dan lansung duduk dipangkuanku. Dengan bonus meneriakan namaku berkali-kali," Ucap Ricard percaya diri
"Lakukan saja apa yang aku mau, Stev. Aku akan membayar berapapun orang itu, lakukan dengan segera, jangan bertele-tele," Perintah Ricard pada Steven
Steven menghela nafas berat. Ia masih tak habis pikir namun berusaha menghargai apa yang menjadi pilihan sahabat serta boss-nya ini.