Chereads / Kumpulan cerpen / Chapter 2 - Sist, I'm Sorry by Ermalda Utami

Chapter 2 - Sist, I'm Sorry by Ermalda Utami

"Frieska! Ayo bangun!!!"

Huh. Aku membuka mataku dengan enggan, dan mendapati kakakkudi hadapanku. Di tangannya terdapat spatula, yang kuyakini bahwa ia baruselesai memasak. Aku pun mendudukan diriku dengan malas-malasan, lalumenatapnya sengit.

"aku sudah besar kak! Sudah bisa bangun sendiri!" ucapkudingin.

"kalau bisa bangun sendiri, kenapa jam segini masih belumbangun? Sudah cepat mandi, setelah itu sarapan dibawah" perintah kakakku laluberjalan keluar.

Aku hanya mendengus, lalu melirik jam yang tergantung didinding kamarku. Pukul 7 tepat! Oh god, ini hari minggu! Tidak bisa kah akubangun lebih siang? Hvft. Dengan langkah diseret, aku pun berjalan menuju kamarmandi yang berada di kamarku. 30 menit waktu untukku mandi dan bergantipakaian. Setelah itu aku berjalan turun menuju meja makan. di meja makan,ternyata kakakku sudah menungguku untuk sarapan bersama.

"selamat pagi! Nah, gitukan cantik!" ucap kakakku. Aku takmenjawab ucapannya dan memilih duduk di kursi yang tersedia.

"nah, sini biar kakak am---"

"gk usah. Aku bisa sendiri" ucapku memotong perkataankakakku yang ingin mengambil kan ku sarapan. Huh, jujur saja. Aku tak suka diperlakukan seperti ini. Aku sudah besar, sudah duduk di bangku kuliah. Haruskahaku mendapat perlakuan seperti ini?

Aku merebut centong nasi yang dipegang kakakku, lalumenyendokan nasi goreng ke atas piringku. Setelah itu, aku makan dalam diam.Entahlah. Aku juga tak mengerti kenapa aku jadi menjaga jarak dengan kakakku.Tapi satu hal yang ku ketahui, hal ini terjadi sejak ibu meninggal. Terlebihsejak saat itu, Ayah selalu memperhatikan kakakku dibandingkan aku. Sejak saatitu, aku selalu menjaga jarak dengan kakakku, walaupun aku tau kakakku selaluberusaha menghapus jarak itu.

"kamu hari ini nggak ada kegiatan dek?" Tanya kakakku. Akuhanya diam dan terus menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutku.

"nggak ada jadwal kuliah? Atau hang-out sama temen kampuskamu gitu? Atau----"

TRANGGGG

"kak Melody bisa diam gk sih? Ada atau gk adanya kegiatan,itu urusan aku! Bukan urusan kakak!" ucapku sambil membanting sendok dan garpudi atas piring. Dapat ku tangkap raut terkejut dari wajah kakakku, namun akutak perduli. Aku memilih pergi ke kamarku.

"bi, tolong beresin ini ya. Melody pergi dulu"

Samar-samar, aku mendengar suara kakakku. Suaranyabegiu...lirih! Jujur, dadaku sedikit sesak mendengar nada bicaranya. Namunkembali. Aku tak perduli dengan semua itu. Tak berapa lama, aku mendengar suaramobilnya pergi menjauhi rumah. Aku pun memasuki kamarku, dan mendapati ponselkuberkelap-kelip. Aku pun mengambil ponselku. 'Dhikeyy Calling'. Itulah yangtertera disana. Aku pun segera menekan tombol hijau di ponselku.

"hallo, kenapa Key?"

"hang-out yuk! Mumpunglibur kuliah!"

"okelah. Kemana?"

" Gue sama Kinal di café biasa. Lo cepet kesini. Gue tunggu.Bye!"

Telfon di matikan dari seberang. Aku pun mengganti pakaiansantai ku menjadi baju lengan panjang berwarna biru dan juga celana pendekberwarna putih. Setelah itu, aku mengambil kunci mobilku dan pergi.

Sesampainya di café, aku menemukan kedua sahabatku itusedang melambaikan tangannya ke arahku dari sudut café. Aku pun berjalanmenghampiri mereka.

"masih pagi, udah nangkring aja lo berdua disini"

Mereka hanya cengengesan, "bête oy!"

Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat mereka berdua. Ckckck. Aku pun duduk disalah satu bangkuyang kosong, lalu memanggil pelayan dan memesan makanan. Setelah itu, aku larutakan obrolan ku dengan sahabat-sahabatku ini. Jujur, sebenarnya aku merasarisih saat harus memakai 'topeng' di hadapan kakakku. Tapi entahlah. Aku malahmerasa nyaman dengan 'topeng' tersebut. Kami terus bercengkrama, hingga taksadar jam sudah menunjukan pukul 1 siang.

"oy, cabut yuk! Kemana kek!" ajak Kinal.

"boleh tuh. Gua juga bête banget!" ucapku.

"etapi kita ke rumah sakit bentar ye, jenguk Sendy. Kesiantuh anak Typus gk sembuh-sembuh :v" ucap Dhike.

Aku dan Kinal hanya mengangguk,lalu kami semua pergi menggunakan mobilku karena Dhike dan Kinal tidak membawakendaraan. Sepanjang perjalanan, kami terus bernyanyi-nyanyi gaje mengikutialunan music dari music yang kuputar. Tak jarang, kami sengaja mengeluarkansuara sumbang yang membuat kami tertawa sendiri. Memasuki area rumah sakit, akumematikan music yang menyala. Lalu, setelah memarkirkan mobil, kami pun turun.

Kami berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Sepanjangkoridor kami hanya diam, karena tidak ingin membuat pasien lain tergangguakibat suara kami. Aku memicingkan mataku saat melihat bayangan kakakkumenghilang di tikungan koridor. Buat apa dia kesini? Apakah dia sakit? Ah,tidak tidak. Tadi pagi dia masih terlihat sehat. Lalu, tujuan apa dia kesini?Eh tunggu. Sejak kapan aku perduli padanya? Ah sudahlah. Tak lama kami sampaidi ruang rawat Sendy. Kami pun berjalan masuk ke ruangan tersebut.

"HAI SENDY!!!!" ucap Kinal dan Dhike heboh.

PLAKK

PLAKK

"hai Sen!" ucapku santai seolah tak terjadi apa-apa. Padahaljelas-jelas aku baru saja memukul kepala mereka berdua.

JEDUKKKK

"AAAAAWWWWWW"

Aku menjerit saat kedua kakiku diinjak dengan sekuat tenagaoleh Kinal dan Dhike. Aku pun terduduk di lantai lalu membuka sepatuku. Aku punmengelus kedua kakiku yang memerah akibat ulah mereka berdua.

"heh lu berdua kira-kira kek! Ini sakit banget!" proteskukepada mereka, namun mereka tak mendengar dan sok asik kepada sepupu Sendy yangada disana. Eh, ada orang lain?

PLETAKKKK

PLETAKKKK

Dengan sadis, aku melempar kedua sepatuku tersebut kea rahKinal dan Dhike, yang langsung mengenai wajah mereka.

"MAMAM TUH SEPATU! HAHAHA!!" aku berkata sangat puas, laludengan menahan rasa nyeri di kakiku, aku berdiri dan berjalan ke arah Sendyyang sedari tadi tertawa melihat kelakuan 'ajaib' kami bertiga.

"ketawa lu seneng amat Sen -_-" keluh Kinal sambil mengusaphidungnya yang memerah terkena sepatuku. Dhike juga sama.

"iyalah. Kapan lagi gue liat seorang Dhike dan Kinal yangnotabenenya 'mahasiswi paling jahil' kena lemparan sepatu! Hahahaha" ucapSendy, membuat Kinal dan Dhike manyun. Aku cekikikan melihat mereka berdua.

"seneng lu seneng! Makan nih sepatu!" ucap mereka lalumelempar sepatuku dengan keras. Beruntung aku dapat menangkapnya.

"udah deh udah. Oh iya, Sen, itu siapa?" tanyaku sambilmenunjuk seorang perempuan yang sedari tadi ada disana.

"oh iya. Kak Rica, kenalin ini Frieska, yang itu Kinal, yangsatunya lagi Dhike. Mereka sahabat Sendy. Nah lu bertiga, kenalin nih. KakRica. Kakak sepupu gue. Dia kuliah di kampus yang sama kayak kita, tapi jurusanhukum"

Hukum? Bukankah itu jurusan kak Melody? apakah kak Ricakenal dengan kak Melody.

"kakak jurusan hukum? Semester berapa?" tanyaku.

"semester akhir"

Tuhkan! Jangan-jangan dia kenal! Apa harus kuberitahu kalauaku adiknya? Ah tidak tidak. Aku tidak ingin mereka tau kalau aku adik seorangMelody Nurramdhani sang putri kampus. Ya, putri kampus. Sedangkan aku? hanyaseorang mahasiswi yang tak popular. Berbanding terbalik bukan? Hahaha.

Aku melanjutkan obrolanku dengan 3 sahabatku ini. Namunentah kenapa, sedari tadi ekor mataku menangkap bahwa kak Rica sedang menatapkudengan pandangan yang tak ku mengerti apa arti pandangan tersebut. Aku sudahberusaha tak memperdulikannya, namun tetap saja tatapan itu mengusikku.

"oy jadi cabut kagak? Udah jam 2" ucapku. Kinal dan Dhikepun melihat jam.

"jadilah. Yaudah deh Sen, kita cabut ye. Besok kita kesinilagi. Yaa kalo gk ada tugas sih. Hehe"

Kami pun pamit dan pergi dari rumah sakit tersebut. kamimemutuskan untuk pergi ke salah satu mall dan melakukan kegitan cewek. Biasa,shopping. 3 jam kami habiskan untuk mutar-mutar mall. Beruntung kami bertigasedikit terkesan 'cuek' terhadap penampilan. Sehingga belanjaan kami takterlalu banyak seperti cewek-cewek kebanyakan. Lagian menurut kami sendiri, halitu boros. Daripada buat belanja gk jelas, lebih baik buat biaya kuliah.

Karena lelah, kami memutuskan untuk makan di salah saturestoran. Setelah memesan makanan, kami bercengkrama. Mulai dari hal pentingsampai hal yang benar-benar tak penting kami bicarakan. Obrolan kami baruterhenti saat makanan datang. Kami makan sambil sesekali bercengkrama. Selesaimakan dan membayar, kami pulang. Namun aku harus mengantar Kinal terlebihdahulu. Sementara Dhike pulang dijemput oleh ayahnya.

Selesai mengantar Kinal, aku pulang. Dirumah, ternyata kakMelody tidak ada dirumah. Namun kembali. Aku tak memperdulikan semua itu. Akupun berjalan memasuki kamarku. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku punmemilih berselancar di dunia maya. Aku baru berhenti memainkan laptopku saatjam menunjukan pukul setengah 12 malam.

BRRRMM..BRRRMM

Aku melihat keluar jendela, dan mendapati mobil kakakku yangmemasuki gerbang. Darimana dia? Mengapa jam segini baru pulang? Namun kembali, fikirankumemerintahkan aku untuk tidak memikirkan kakakku. Aku memilih untuk tidur.

Esoknya, Aku dibangunkan lagi oleh kak Melody. akumeliriknya sinis, sementara ia hanya tersenyum sambil menatapku. Aku sedikitmengerung melihat wajahnya yang pucat. Namun, aku lebih memilih diam daripadabertanya.

"pagi dek. Hari ini kakak buatin kamu sandwich sama susuhangat. Ada di meja. Maaf kakak gk bisa nemenin kamu sarapan. Kakak kuliahpagi. Sandwichnya jangan lupa di abisin, su---"

"aku tau kak. Akubukan anak kecil, yang setiap saat harus diingatin ini itu. Aku udah kuliah.Umurku udah 18 tahun! Udah bisa ngurus diri sendiri! Kalau kakak mau kuliah, yakuliah aja" ucapku dengan nada dingin dan tajam. Setelah berkata begitu, akulangsung masuk ke kamar mandi. Meninggalkan kakakku dengan ekspresi yang tak kuketahui. Samar-samar, aku mendengar suara pintu ditutup.

Aku menghela nafasberat. Masih dengan memakai pakaianku, aku berjalan menuju shower dan membasuhtubuhku. Menghilangkan semua kegundahan dan kegelisahan hatiku akibat sikapkakakku. Jujur, belakangan aku khawatir dengannya. Akhir-akhir ini, aku seringmelihat ia seperti sedang menahan sakit. Pernah waktu itu saat aku baru sajapulang kuliah, aku menemukan dia sedang mengerang menahan sakit sambilmemegangi dadanya di kamarnya. Ingin aku menghampirinya saat itu, namun rasakesalku mengalahkan segalanya.

Aku menempelkan keningku ke tembok di depanku. Akumemejamkan mataku untuk merasakan guyuran air yang menyentuh kepalaku. Berharapdengan begini semua masalah di otakku menghilang terbawa air. Walaupun aku tauitu takkan terjadi. Karena terlalu penat, aku memutuskan untuk sekalianmembersihkan diri. 30 menit kemudian, aku sudah selesai dan sudah menggantipakaianku yang basah. Sambil mengeringkan rambutku, aku berjalan keluar danmenuju meja makan. dimeja, aku menemukan sepotong sandwich dan segelas susuyang mulai mendingin. Aku hanya melirik semua itu tanpa minat. Entah kenapa,aku sama sekali tak menyentuhnya. Walaupun sandwich itu merupakan salah satumakanan favourit ku.

Aku memutuskan untuk pergi ke gazebo belakang. Sesampainyadisana, fikiranku mulai memutar film lama antara aku dan kakakku. Film yangberusaha aku lupakan, namun selalu terputar di otakku.

"teh Imel!! Bantuinaku ngerjain pr!!!!"

"aduhh Frieska! Kakaklagi ngerjain tugas nih"

"kakk!!!"

"huh iya iya sinikakak bantuin!!!"

Aku menggelengkan kepalaku, mencoba mengusir semua itu darikepalaku. Namun, semakin aku ingin menghilangkan, semua itu malah semakinmelekat di otakku. aku mengepalkan kedua tanganku menahan rasa kesal karenabayangan itu tak juga mau hilang. Semakin aku mengingat itu semua, perasaankumenjadi semakin campur aduk. Antara kesal, kecawa, dan perasaan bersalah. Kesalkarena kakakku selalu menganggapku seperti anak kecil, kecewa karena kakakkuselalu mendapat perlakuan lebih dari ayah, dan bersalah karena menjauhikakakku.

Dering ponsel yang berada di saku celanaku, membuyarkansegala lamunanku. Aku segera merogoh ponselku. 'Kinal calling' tertera disana.Aku mengerutkan keningku. Ada apa Kinal menelepon? Biasanya, ia hanya mengirimpesan. Aku pun menekan tombol hijau, lalu mendekatkan ponselku ke telinga.

"hallo, Fries. Lodimana?"

"gue dirumah lah. Emang kenapa? Tumben lu nelpon"

"ke kampus sekarang.Mau ngambil nilai gk lu? Cepet mumpung pak Anggoro lagi baik nih mau ngasihremedial!!!"

"iye iye gue otw!!"

Aku langsung saja mematikan sambungan dan berlari kekamarku. Dengan terburu-buru, aku mengganti pakaianku dan pergi ke kampusku.Jarang-jarang guru killer itu memberikan remedial. Maka dari itu, aku tak bolehmelewatkan kesempatan ini. Terlebih, nilaiku hanya mendapat C-. aku mengendaraimobilku dengan kecepatan agak kencang. Beruntung, jalan sedang lenggang karenamemang sudah masuk jam kantor. Cukup 20 menit, aku sudah sampai di kampus. Akusegera mengambil tas dan buku-buku lalu berlari menuju fakultasku. Darikejauhan, aku melihat banyak mahasiswa-mahasiswi yang bergerumul di depan ruanganpak Anggoro. Aku menghampiri Kinal dan Dhike yang memang sudah menungguku.

"gimana? Apa tugasnya?" tanyaku.

"belum. Kata pak Anggoro, kita disuruh ngabsen dulu.Katanya, yang dapet remedial Cuma yang dateng hari ini. Makanya gue langsungnelpon lo" ucap Kinal.

"ahh, lu emang temen gue yang baik"

Tak lama, pak Anggoro datang sambil menenteng absensi.Setelah mengabsen siapa saja yang hadir, pak Anggoro member tugas untuk membuatmakalah tentang perekonomian dunia, minimal 50 halaman. Beruntung tugas ini berkelompok.Setidaknya, aku tak perlu memeras otakku sampai kering.

"tugas harus dikumpulkan lusa. Jika tak mengumpulkan. Takdapat nilai. Setelah ini, tak aka nada remedial lagi"

Setelah berkata demikian, pak Anggoro segera pergi.Mahasiswa-mahasiswi yang ada disana pun bubar, termasuk aku dan Kinal jugaDhike.

"kita mau ngerjain dimana?" tanyaku.

"dirumah lu aja dah Fries, rumah lu paling memungkinkan. Lu tau kan, gimanakeadaan rumah gue?" ucap Dhike.

"iya, rumah gue juga."

Aku hanya mengangguk, lalu kami bertiga masuk ke mobilkukarena lagi-lagi mereka berdua tidak membawa kendaraan. Sebelum pergi kerumahku, kami mampir sebentar ke mini market untuk membeli cemilan karenacemilan di kulkas ku sudah habis. Selesai membeli banyak cemilan, kami segera pergike rumahku dan mengerjakan tugas.

Pukul 11.30 malam, kami masih terjaga. Aku sedang duduk didepan laptop sambil mencari bahan untuk membuat makalah. Di sampingku, Dhikedan Kinal sedang membuka berbagai buku ekonomi juga majalah-majalah ekonomiuntuk melihat bahan yang akan aku cari di internet.

"nah, ini nih Fries! Cari tentang masalah perekonomian diTimur Tengah!" ucap Kinal.

"ah iya!! Kan Negara-negara disana gk semuanya makmur!!"timpal Dhike.

Aku hanya mengangguk lalu mulai mencari di kolom search.Setelah ku klik enter, munculah berbagai page yang berisi tentang perekonomianTimur Tengah. Setelah berdiskusi ini itu dengan Dhike dan Kinal, akhirnya kamimenentukan pilihan untuk mengambil berita dari salah satu sumber. Setelahmemindahkannya ke word document, kami memutuskan untuk tidur karena hari memangsudah larut. Setelah mematikan computer, aku beranjak menuju dapur karenatenggorokanku serasa kering setelah berjam-jam duduk di depan computer.

Setelah mendapatkan sekaleng minuman, aku duduk di sofaruang tamu. Entah kenapa, mataku tak mau untuk dipejamkan. Dalam diam, akumeminum minuman tersebut. pandanganku terus mengarah ke televise yang hanyamemantulkan bayanganku. Dalam diam, aku memikirkan alasan kenapa kak Melodybelum juga pulang. Apa ini ada hubungannya dengan wajahnya yang pucat pagitadi? Atau..ia sedang berada di rumah temannya untuk mengerjakan tugas? Hahentahlah.

Aku meletakan kaleng tersebut di atas meja lalu beranjakmenuju kamar. Langkahku terhenti saat melewati pintu kamar kak Melody. entahkenapa, kedua kakiku menuntunku untuk masuk ke kamar kak Melody. perlahan, akumembuka pintu. Setelah itu, aku masuk dan memperhatikan sekeliling. Kamarnyasungguh rapih. Perabotan-perabotan di letakkan di tempat yang sesuai, sehinggamenjadi nyaman.

Ini kali pertama aku masuk ke kamar kak Melody dalam 5 tahunterakhir. Aku tak tau apakah letak barang-barang disana sudah dirubah, ataumasih tetap seperti 5 tahun lalu. Aku berjalan menuju meja belajar kak Melodyyang terdapat foto-foto saat aku masih SMP sedangkan ia SMA. Aku tersenyumtipis mengingat itu semua. Tak ingin mengingat masa lalu yang membuatku sakit,aku keluar dari kamar kak Melody dan berjalan menuju kamarku untuk tidur.

***

Pukul 8 pagi, Aku, Dhike dan Kinal sudah bangun dan kembalimengerjakan tugas kami dan melupakan tentang hal-hal yang biasa dilakukan dipagi hari seperti mandi, sarapan, membereskan kamar, dll. Kali ini Dhike yangmengambil alih laptop, sementara aku dan Kinal bertugas mencari buku-bukuEkonomidi ruang belajar keluargaku.

Di ruang belajar, aku dan Kinal melangkah mendekatibuku-buku milik Ayahku, dimana buku-buku tersebut merupakan buku-buku tentangEkonomi di Indonesia, Asia, Amerika, bahkan Eropa.

"Nal, lo cari di sebelah sana ya! Gue cari di sebelah sini"ucapku.

"oke"

Kinal pun mulai menyusuri rak sebelah kiri, sementara akumencari di sebelah kanan. Berbagai judul buku-buku Ekonomi terdapat disana. Akupun mengambil salah satu buku dan membukanya untuk melihat isinya, lalumeletakannya kembali. Begitu seterusnya hingga 30 menit kemudian.

"Nal, udah dapet belum?" Tanya ku.

"Belum Fries! Gila, buku-buku bapak lo banyak, tapi isinyaudah kita dapet semua!"

"cari aja lagi. Kalo belum ketemu juga, yaudah lah pasrahgue!" ucapku.

Kami pun mulai mencari buku lagi. Beruntung, pencarianku taksia-sia. Dari sampul bukunya saja, aku sudah bisa menebak apa isinya. Aku punmulai membuka buku tersebut dan membaca daftar isinya. Aku tersenyum sumringahsaat mengetahui kalau isi buku ini sesuai dengan tugas kami. Aku pun segeramembereskan buku-buku yang berserakan.

Aku membawa buku yang kutemukan tadi. Setelah membantu Kinalmembereskan buku, kami berdua kembali ke kamarku untuk segera menyelesaikantugas kami. Setelah 3 jam berkutat dengan buku yang super duper tebal dan jugalaptop, tugas kami akhirnya selesai. Aku melirik jam yang menggantung dikamarku. Pukul 12 siang!

"gila, udah jam 12 aja!" ceplosku.

"iya, dan kita juga belum mandi!" timpal Dhike.

Aku melirik pakaian yang kami kenakan, dan ternyata memangkami masih memakai piyama tidur. Ckckck.

"iya juga! Yodah ah gue mau mandi!" ucap Kinal.

"eh gk! Gue duluan!" protes ku.

"gue duluan!"

"udah yang kece yang duluan!" seloroh Dhike lalu mengambilhanduk dan segera berlari ke kamar mandi.

"eh, ap—"

BRAAKKKK

Uhh, sialan! Dhike memang selalu seperti itu. aku punmemilih pergi ke bawah dan mencari makanan, sementara Kinal memilih berbaringdi kasur. Dibawah, aku melihat nasi goreng yang sudah dingin. Keningkuberkerut. Siapa yang memasak? Apakah Bi Minah? Tapi, beliau jarang membuatsarapan karena memang aku jarang sarapan dirumah. Aku mengambil secarik kertasyang ada disana.

'kakak bikinin nasi goreng buat kamu dan teman-teman mu.Jangan lupa sarapan dek ^_^ - kak Melody'

Kak Melody? jadi.. dia pulang? Jam berapa dia pulang? lalu,jam brapa dia pergi? Aku pun segera pergi ke dapur untuk menemui bi Minah.

"bi Minah!" panggilku pada Bi Minah yang sedang mencucipiring.

"eh non Frieska. Ada apa non?" tanyanya sambil mengelaptangannya di celemek yang ia kenakan.

"kak Melody pergi jam brapa?" tanyaku.

"waduh, saya gk tau non! Jam 5 saya bangun, sudah ada nasigoreng itu di meja. Saya aja gk tau kalo non Melody pulang!"

"yaudah makasih bi!"

Setelah mengucapkan terima kasih, aku segera berlari keluaruntuk menemui pak Asep.

"pak Asep" ucapku.

"eh, non Frieska. Kenapa non? tumben jam segini masih pakaipiyama"

"kak Melody pulang jam brapa semalem? Trus tadi pergi jambrapa?" tanyaku langsung.

"uhm, kalau gk salah non Melody pulang jam 3 an gitu non.trus tadi jam setengah 5, non Melody pergi lagi!"

"jam 3?" tanyaku kaget.

Pak Asep mengangguk, "iya non! saya juga heran, kenapaakhir-akhir ini non Melody sering pulang shubuh! Dan yang anehnya lagi, setiappulang shubuh pasti non Melody kayak orang sakit gitu non! lemes banget! Pernahwaktu itu non Melody pulang jam setengah 4, trus baru turun mobil, non Melodyudah kayak mau pingsan!"

"yaudah pak makasih"

Pulang shubuh? Seperti orang sakit? Kak Melody.. sebenarnyadia kenapa? Apa ini ada hubungannya dengan rumah sakit waktu itu? rumah sakit?Mungkin saja! Dengan segera aku berlari ke kamarku.

"darimana lo?" Tanya Dhike yang ternyata sudah selesaimandi.

"Kinal lagi mandi ya?" tanyaku langsung.

"iya, ada apa sih?" Tanya Dhike lagi. Bukannya menjawabpertanyaan Dhike, aku segera mengambil pakaianku dari lemari dan juga mengambilhandukku, lalu berlari ke bawah dan untuk mandi di kamar mandi bawah.

"non Frieska, mau mandi di situ ya? Wah non, itu airnyamati!"

"HAH?! Kok bisa!?"

"gk tau non. yaudah non bibi permisi dulu ya"

Oh sial! Dengan gontai aku berjalan ke kamarku. Saatmelewati kamar kakakku, sebuah ide langsung terlintas di otakku. kenapa gkmandi di kamar kak Melody?, batinku. Dengan cepat, aku masuk kekamar kak Melodydan mandi di kamar mandi yang ada di kamarnya. 30 menit kemudian, aku sudahselesai. Saat aku melangkah keluar, aku melihat banyak sekali tisu denganbercak darah di tong sampah. Tunggu dulu, darah?

Seketika dadaku serasa berhenti berdetak. Leherku serasatercekik, hingga membuat oksigen yang ada tidak bisa masuk ke paru-paruku.Sebegitu jauhkah jarak yang telah ku bentang, sehingga aku tak mengetahuitentang kondisi kakakku? Saat berjalan keluar, aku kembali di kejutkan saatmelihat tumpukan plastik obat yang sebagian isinya berceceran di atas meja dandi lantai. sementara di tong sampah, lagi-lagi ada tisu dengan bercak darah.

Obat sebanyak ini, untuk apa? Apakah kak Melody memilikipenyakit parah, sehingga membuatnya harus mengkonsumsi obat-obatan sebanyakini? Fikiran-fikiran buruk mulai menghantui kepalaku. Hatiku yang beku kinimulai mencair sehingga kini nuraniku mampu mengalahkan egoku. Dengan asal akumengambil plastic-plastic obat itu lalu segera berlari ke kamarku, lalu meraihjaket dan kunci mobilku.

"eh, mau kemana lo?" tanyanya.

"ada urusan. Kalau kalian masih mau disini, yaudah. Kalaumau pulang,, minta anterin mang Ujang aja. Gue cabut dulu" ucapku lalu segeraberlari keluar dan masuk ke mobilku, lalu pergi.

Tujuan pertamaku adalah menuju apotik untuk memeriksaobat-obat apakah ini. Kuharap, bukan obat untuk penyakit parah. Ya, kuharap.Tak berapa lama, aku sampai di sebuah apotik. Aku pun segera turun denganmembawa plastic-plastic obat tersebut dan segera menghampiri pegawai disana.

"mba, mau nanya. Ini obat-obat untuk apa ya?"

"oh, sebentar ya mba. Biar di cek dulu" penjaga terebutmengambil plastic obat tersebut dan membawanya ke dalam.

Aku pun duduk di bangku yang tersedia. Dalam hati aku terusberdo'a agar obat-obat itu bukanlah obat untuk penyakit yang parah. Sambilmenunggu, aku memainkan jariku, berusaha menutupi kegusaranku. Namun sepertinyatidak berhasil.

"Frieska? Kamu ngapain disini?"

Aku menoleh ke arah orang tersebut, "loh, kak Evan? Kakakngapain disini?"

"kakak tadi abis dari toko sebelah. Pas mau ngambil motor,kakak liat mobil kamu. Yaudah, kakak kesini. Kamu ngapain?" Tanya kak Evan, kakak sepupuku.

"aku.."

"mba, mba!"

Baru saja aku ingin menjawab pertanyaan kak Evan, penjagaapotik tadi memanggilku. Aku pun segera menghampiri penjaga apotik tersebut.

"mba, ini obat punya siapa?"

Aku mengerutkan keningku, "emangnya kenapa?"

"ini obat untuk penderita penyakit lemah jantung mba"

DEGGGG

Dadaku serasadihantam dengan palu seberat 100 ton. Leherku serasa tercekik. Lemah jantung?Kenapa..kenapa kak Melody gk pernah member tau tentang semua ini?

"le..lemah jantung mba?" tanyaku memastikan.

"iya, lemah jantung. Itu obat Melody kan, Fries? Kalau mautau semuanya, lo ikut gue sekarang"

*

Dan disinilah aku sekarang. Di rumah sakit, dimana akupernah melihat sosok kak Melody. jadi, waktu itu dia disini untuk check up?Jadi ini alasan kenapa ayah lebih memperhatikan kak Melody? Oh Tuhan, apa yangtelah ku perbuat selama ini? Menjauhinya tanpa sebab, membentang jarak yangsangat jauh, hanya karena kecemburuanku. Ah, Frieska kau bodoh sekali! Bodohbodoh bodoh!!!!!!!!

Aku menatap tubuh kak Melody yang ditempeli kabeldisana-sini dari kaca yang menunjukan tempatnya dirawat. Wajahnya pun di tutupidengan masker oksigen. Kulitnya pucat, seperti tak ada darah yang mengalir.Kalau saja aku bisa, aku ingin sekali memeluknya! Tapi itu tak mungkin.Jangankan untuk memeluk, untuk masuk ke ruang dimana kak Melody dirawat aja akutak diizinkan!

Tanpa sadar, air mataku mengalir keluar. ya, aku menangis.Menangis karena kebodohanku, menangis karena keegoisanku, menangis...….karenaaku tak ada di sampingnya! Aku meremas kedua tanganku untuk menahan agarisakanku tidak keluar. tapi usahaku gagal. Aku menangis terisak menyesalisemuanya.

"Fries…" ucap seseorang sambil merangkulku. Namun aku takperduli dan terus menatap wajah kak Melody. aku hanya bisa pasrah saat orangitu menuntunku untuk duduk di kursi ruang tunggu.

"hey, udah. Melody pasti sedih kalo tau kamu sedih gara-garadia"

Aku pun mengalihkan pandanganku ke orang itu, "kak Evan…."

Aku langsung memeluk kak Evan, meluapkan seluruh emosiku.Dengan lembut, kak Evan mengusap punggunku, bermaksud menenangkanku.

"sejak kapan kak? Sejak kapan kak Melody sakit?" tanyaku.

"sejak kecil Melody udah di diagnosis memiliki penyakitlemah jantung. Dokter memprediksi kalau Melody hanya akan bertahan sampai umur15 tahun. Waktu itu dia hampir nyerah gitu aja sama penyakitnya. Tapi, semenjakkelahiran kamu, semangatnya muncul lagi. Melody terus berusaha buat bertahan.Om Andi udah beberapa kali menyarankan ke Melody supaya melakukan pencangkokanjantung, tapi dia selalu bilang 'aku gak mau yah! Kalaupun umur Melody hanyasebentar, Melody harap jantung ini lah yang akan terus ada di tubuh Melody!karena jantung ini yang udah menemani setiap kenangan antara aku dan Frieska!' ituyang selalu dia bilang setiap ada jantung yang cocok, bahkan jantung ibu kamusekalipun! Kamu ingat, saat tante Eva kecelakaan? Saat itu om Andi berniatmencangkokan jantung tante Eva ke Melody, tapi dia menolak dan memberikannya keorang lain"

Aku melepas pelukanku, dan menatap kak Evan, "kak..kakMelody bilang kayak gitu?" ucapku pelan, nyaris seperti sebuah bisikan.

Kak Evan mengangguk, "Melody itu sayang banget sama kamu.Dia sempet down saat kamu menjauhinya begitu aja. Dia hampir menyerah saat itu,tapi dia gk mau nyerah gitu aja! Sebenarnya sejak dulu kakak mau menegur kamu,tapi dia selalu ngelarang dan bilang 'udah biarin aja. Kalau itu yang buat dianyaman, aku gapapa! Buat aku sekarang adalah senyuman Frieska. Meskipunsenyuman itu muncul bukan karena aku, tapi gapapa! Yang penting dia tetaptersenyum!'"

Air mataku semakin menderas mendengar itu semua. Aku memangbodoh! Bodoh sekali! Kak Melody.. maafin aku kak! Aku emang gk berguna! Kenapaaku gk pernah sadar kalau kak Melody sayang sama aku? kenapa aku harusmengikuti egoku? Kenapa Tuhan? Kenapa!!!!!!! Tuhan, ku mohon putar waktu kemasa aku dan kak Melody masih kecil! Ku mohon Tuhan, kumohon!

Aku menundukan kepalaku dalam-dalam. Isakanku makin kerasmendengar semua pengorbanan kak Melody. yah, pengorbanannya yang ku balasdengan kekecewaan. Kasih sayangnya yang kubalas dengan pengacuhan. Hah, akumemang tak berguna. Aku pun berdiri dari dudukku dan melangkah pergi.

"Fries, kamu mau kemana?" Tanya kak Evan.

"aku Cuma mau sendiri kak. Tolong jangan ikutin aku ya.Kalau ada apa-apa sama kak Melody, kakak telpon aku aja"

Setelah berkata demikian, aku langsung melangkah menujuparkiran dan masuk ke mobilku. Di dalam mobil, aku menangis dengan keras,menumpahkan seluruh emosiku sendirian.

"GUE EMANG BODOH BANGET! GUE EMANG EGOIS!! KAK MELODY,MAAFIN FRIESKA KAK! MAAFIN!!!"

Aku pun menghidupkan mesin mobilku, lalu melajukannya dengankecepata penuh tanpa memperdulikan umpatan-umpatan dari seluruh pengguna jalan.Aku terus melajukan mobilku dengan kecepatan di atas rata-rata. Hingga sebuahtruk menabrak bagian kiri mobilku, membuat kepalaku terbentur dengan keras, dansemuanya gelap.

****

Aku berdiri di sebuah lading bunga yang sangat indah. Banyakbunga berwarna-warni disana. Dan juga banyak kupu-kupu. Aku mengedarkanpandanganku ke sekeliling. Hey, tempat apa ini? Kenapa aku bisa ada disini?Dan.. kenapa aku memakai pakaian serba putih?

"Frieska"

Aku terkejut dan membalikan badanku. Aku tersenyum saatmengetahui kalau yang memanggilku itu kak Melody yang juga memakai pakaianserba putih.

"teh Imel!!!!" ucapku lalu menghambur ke pelukannya. Ia punmembalas pelukanku.

"teh Imel, maafin Frieska kak! Maafin Frieska udah jauhinkakak! Frieska udah egois! Kakak jangan tinggalin Frieska ya! Frieska janji akanjagain teh Imel! Frieska janji akan jadi adik yang baik buat teh Imel!"

"iya udah kakak maafin. Kakak gak akan ninggalin kamu kok.Kakak akan tinggal di fikiran, hati, dan mata kamu!"

Aku melepas pelukanku, "maksud kakak?"

Kak Melody hanya tersenyum, "waktu kakak udah habis. Kamuharus janji sama kakak akan tetap tersenyum apapun yang terjadi. Mau janji?"

"iya Frieska janji"

Kak Melody tersenyum,lalu perlahan menghilang. meninggalkanku sendiri di tempat ini.

****

Aku membuka mataku perlahan. Uh, dimana aku? kenapa badankuserasa remuk semua? Setelah kedua mataku terbuka sepenuhnya, aku mengedarkan pandangankuke seluruh ruangan dan mendapati Kinal serta Dhike yang tertidur di sofa, lalukak Evan yang tertidur di sebelahku. Aku mencoba menggerakan badanku, namunseluruh badanku malah terasa sakit.

"enghhh" erangku pelan, membuat kak Evan terbangun.

"aduh siapa sih ganggu tidur gu----FRIESKAA!!! LO UDAHSADAR!!"

"hah? Apa? Frieska sadar?" ucap Kinal yang terbangun daritidurnya.

"bentar gue panggilin dokter" ucap kak Evan lalu berlarikeluar ruangan.

"Frieska!!! Akhirnya lo sadar juga!!!!! Gila lo tidur lamaamat sih! Gk tau apa gue kangen banget sama elo!!" cerocos Kinal.

"heh pe'a, orang baru sadar udah lo cerewetin!" ucap Dhikesambil memukul tangan Kinal keras.

"woy, sakit pe'a!" ringis Kinal sambil mengelus tangannya.

"bodo. Masalah buat gue?"

"idih!"

Aku hanya tersenyum tipis melihat perdebatan di antaramereka berdua. Tak berapa lama, kak Evan datang bersama seorang dokter dan 2orang suster. Dhike dan Kinal pun menyingkir dan mempersilahkan mereka untukmemeriksaku.

"keadaannya sudah lebih baik, tapi belum stabil. Jangan ajakdia bicara terlalu banyak, karena sel-sel otot serta sarafnya kaku setelah 6bulan koma. Dan jangan buat dia terlalu berfikir keras, karena itu akanmempengaruhi kondisinya. Kalau begitu saya permisi"

APA? 6 bulan koma? Sebenarnya apa yang telah terjadi? Akupun mengingat-ngingat yang terjadi. Yang terakhir ku ingat adalah, sebuah trukmenabrak mobilku, lalu semua gelap. Oh tidak, apa mungkin karena kecelakaanitu? apa begitu parah keadaanku, hingga aku koma 6 bulan?

"a..ku ke..na..pa?" tanyaku pelan, nyaris tak terdengar.

"kamu kecelakaan. Tubuh kamu terhimpit badan mobil. kepalakamu juga terbentur sangat keras. kaki kiri kamu patah, sementara tangan kirikamu retak, dan benturan itu menyebabkan kamu mengalami gegar otak sedang" ucapkak Evan.

"oh" ucapku pelan. Seburuk itu kah keadaanku?

"kak Melody…. dia apa kabar?"

Semuanya diam. Kinal dan Dhike memilih menatap keluar, sementarakak Evan menunduk. Melihat gelagat mereka semua, aku sudah mengetahuijawabannya.

"kak Melody…pergi?" tanyaku lagi.

Kak Evan mengalihkan pandangannya ke arahku, "Melody pergi 5bulan yang lalu, tepat setelah dia.....mendonorkan mata dan hatinya ke kamu"

DEGGGG

Jadi, ini maksud pertemuanku dengannya di tempat itu?

"kak Melody…gk mungkin kak Melody pergi.. kalian pastibohong.. aku..mau liat kak Melody!" ucapku lalu berusaha bangkit dari tempattidur.

"Frieska!" Kinal dan Dhike segera menghampiri tempat tidurkudan menahanku agar tidak bangkit.

"minggir, gue..mau lihat..kak Melody!!!" ucapku terusberontak.

"Frieska! Liat kakak!" ucap kak Evan menangkupkan keduatangannya di pipiku, memaksaku untuk menatapnya.

"kamu gk boleh kayak gini! Jangan buat Melody sedih! Kamuharus kuat! Kamu harus sabar! Kamu harus ikhlasin kepergiannya! Jangan kayakgini!"

Aku hanya diam, lalu kembali membaringkan tubuhku. Keduamataku ku tatapan ke langit-langit. Kak Evan benar! Aku harus kuat! Aku harusnepatin janji aku ke kak Melody! ya, harus!

****

Aku berjongkok di samping makam kak Melody. aku menatap batunisan yang bertuliskan namanya. Keadaanku sudah pulih, setelah 3 bulanmenjalani terapi dan harus menginap di rumah sakit. Ya. Aku bisa sembuh karenadia, karena kak Melody.

"hay kak" ucapku sambil terus menatap batu nisannya. Airmataku hampir saja menetes jika aku tak menguap mataku.

"hehe, aku cengeng ya kak? Masa kayak gini doang nangis.Hehe. Aku nepatin janji aku ke kakak kan ya? Aku selalu tersenyum loh kak, sepertisaat ini. Hehe" ucapku sambil tersenyum tipis.

"kakak apakabar? Pasti kakak seneng ya disana? Kan gk adayang jutekkin kakak lagi, gk ada yang ngacuhin kakak lagi, hehe"

"maafin aku ya kak. Maafin aku karena gk pernah ada di saatkakak butuh aku. maafin aku karena gk pernah bisa jadi adik yang baik, maafinaku Karena aku selalu ngacuhin kakak, selalu ngecewain kakak. Aku..aku gktau..aku egois ya kak! Hehe. Cemburu Cuma karena hal sepele, childish ya kak?"

Tanpa sadar air mataku menetes, namun aku segeramenghapusnya.

"aduh, kok jadi nangis ya? Yaudah kak aku pulang dulu ya.Daripada aku nangis lagi. Hehe. Assalamuallaikum kak"

Aku pun melangkah menjauhi makam kak Melody, dan berjalanmenuju mobilku. Di mobil, aku membuka kotak dari kak Melody yang dititipkan kekak Evan. Saat terbuka, ternyata di dalamnya terdapat sebuah surat, taperecorder, dan sebuah kalung yang di dalam liontinnya terdapat foto kak Melody.aku pun membaca surat itu lebih dulu.

To: adikku, Frieska.

HAII!!!!!!!!!!!!!!!!

Cieee yang udah sembuh:p

Huuuuuuuu gk seru ahkamu dek, masa kakak bangun, malah kamu yang tidur? Huu apalah :p

Eh, tapi kan kakakjuga ya? Hehehe

Mungkin saat kamu bacaini, kakak udah gk bisa nemenin kamu. Udah gk bisa bangunin kamu tiap pagi, gkbisa bikini kamu sarapan.

Maafin kakak ya dek,gk pernah ngasih tau kamu soal ini. Tapi, semua ini kakak lakuin, supaya kamugk bersedih dengan keadaan kakak! Karena kakak Cuma mau tersenyum, apapun yangterjadi!

Oh ya, itu ada taperecorder, isinya lagu dari kakak buat kamu! Kamu dengerin ya!

Udah ya dek, jangansedih ya J

Kak Melo sayang dekFrieska!

-Melody Nurramdhani-

Aku menghapus air mataku dan mengambil kalung tersebut, danmemakainya. Setelah itu, aku mengambil tape recorder tersebut dan mendengarnya.

Haii dek!!!!

Hehehe. Dengerin lagukakak ya J

Ini yang main gitarkak Evan hehe

Enjoy

Di pagi buta sejukhawa mulai sgalanya

Terdengar sunyi jejakpenuh cerita

Perlahan berbunyigaungan mimpi menghanyutkanku

Tanyaku delusi dimanakau kan bangunkan aku

Ku ingin tau darimanadia berada

Sebatas delusi sebutapapun itu

Dibait puisi pun tanparagu menulis kemu

Yang selalu mengisiharapku untuk memanggil namamu

(ingin menyapa)seseorang di paruh waktu

(coba menyapa)menyapanya.. menyapa kamu

Separuh delusi terlalujauh memikirkanmu

Menaruh emosi dandunia pun tertuju padamu

Ku ingin tau darimanadia berada

Entah delusi atauapapun itu

Mengalun puisi yangtanpa ragu menulis kamu

Yang terus beryanyialunan ini tertuju

(ingin menyapa)seseorang di paruh waktu

(coba menyapa)menyapanya.. memeluk waktu

Mengalih delusiterlalu jauh memikirkan itu

Terbalut emositerhanyut mimpi dunia

-oak theory = inginmenyapa-

Hehe, gimana dek?Bagus kan?

Tetap tersenyum ya dekJ

Kamu harus raihcita-cita kamu J

Rekaman itu berakhir. Sebuah senyum terlukis di wajahku.

"aku janji kak, akan selalu tersenyum. Aku janji"

Setelah itu, aku melajukan mobilku menuju kampus. Ya, akuakan meraih impianku, dan akan selalu tersenyum. Apapun yang terjadi

FIN.