18 Desember, Landasan udara Bali
Hendrik mendapat telfon dari saudaranya untuk menjemputnya dari bandara.
"Orang ini telah melakukan hal-hal aneh sejak dua minggu lalu. Dia memaksa kami pindah ke Bali lalu meninggalkan kami disini. Sekarang ketika aku bersenang-senang dengan dua gadis Australia itu, saudara laki-lakiku memintaku menjemputnya. Memangnya dia tidak bisa naik taksi atau Grab?"
"Sekarang dimana dia? Dia benar-benar terlambat…"
"Wah, ada wanita pirang yang cantik disana, dia benar-benar tipeku. Wow, wanita di sebelahnya malah lebih cantik. Mereka kelihatan seperti supermodel, pria di tengah, benar-benar pria beruntung"
"Tunggu… pria itu tampak familier"
"…"
"Itu khan saudaraku!"
"Alex! Yo! Disini, Bro!"
Alex mendekat ke arahnya
"Ternyata kamu disini. Oke, ayo berangkat"
"Apa maksudmu ayo berangkat? Kamu belum mengenalkan aku pada dua gadis cantik ini"
"Halo, namaku Hendrik, Saudara Alex yang belum menikah"
Alex memperkenalkan kedua wanita kepadanya. Walaupun Cindy terlihat seperti kutu-buku dengan kacamata dan rambut pendek, dia sebenarnya sangat energik dan ramah. Sementara Aria sebaliknya.
Alasan mengapa Alex memanggil saudaranya adalah karena dia tahu persis bagaimana saudaranya akan bereaksi. Apabila saudaranya memiliki kemampuan, dia akan memindahkan surga dan bumi untuk kedua gadis cantik ini. Jadi, dia meminta saudaranya untuk mengantarkan Cindy dan Aria tur keliling Bali.
Walaupun Alex memiliki banyak hal yang harus dikerjakan untuk persiapan Akhir Jaman, hari ini adalah waktu untuk keluarganya. Aria dan Cindy mengerti, Alex memberitahu mereka untuk bertemu lagi besok di vila Kota Teluk. Sementara itu, Hendrik akan menjadi pemandu mereka hari ini.
Lagipula, apa yang akan dipikirkan istrinya bila melihatnya Bersama dua wanita ini…
Alex langsung kembali ke hotel, keluarganya telah berpindah-pindah berbagai hotel dalam 2 minggu terakhir. Alex sedikit bingung dimana mereka menginap saat ini.
Alex menemukan mereka di hotel Ritz Carlton, satu dari hotel bintang lima terbaik di Bali. Hotel ini memiliki pantai privat dengan pasir putih… Keluarganya sedang menginap disini. Istrinya, Devita, Putri tertuanya Tiffany dan si kecil Tiarra.
Tiffany adalah anak yang energik dan bandel, dia banyak tersenyum dan senang bergurau. Sementara itu, Tiarra sangat keras dan serius seperti ibunya. Dia sangat disiplin namun juga keras kepala. Saat itu, keduanya sedang bermain pasir di pantai pasir putih, ibunya, menikmati jus buah di kabin.
Para anak anak itu melihat ayah mereka …
"Daaadddddyyyyy!!!"
"Halo, girlss"
Mereka berdua memeluknya dari kedua sisi. Ini adalah satu dari sekian banyak hal yang menakjubkan dari memiliki keluarga.
"Daddy, kamu pergi terlalu laaaama"
"i am sorry girls..."
"Daddy, buat kastil pasir yuk"
Alex memiliki gelar arsitek, dia dan kedua anaknya menghabiskan beberapa jam dan membangun kastil hampir seukuran aslinya. Istrinya tersenyum hangat sembari mengawasi mereka. Alex kemudian menarik istrinya dan mereka berempat membuat patung pasir yang terlihat seperti mereka. Istrinya memiliki kamera polaroid klasik, mereka mengambil foto Bersama dengan patung pasir serta kastil pasir dengan matahari terbenam sebagai latar belakang. Mereka saling memeluk sore itu di pantai pasir putih. Merasakan angin hangat bertiup, ombak membentur pelan di pantai, dan memandang matahari terbenam yang indah di horizon..
Alex hanyut dalam pikiran. Hari ini adalah satu dari momen paling berharga dalam hidupnya, Alex berencana untuk menyimpan ingatan ini selamanya.
Dia menutup matanya, memikirkan sosok abu-abu itu. Bahkan apabila dunia ini hanya mimpi, dia berterima kasih untuk momen berharga ini, dia berterima kasih untuk kesempatan kedua saat ini.
Badai akan datang dalam 12 hari, sudah saatnya mempersiapkan keluarganya, mereka tidak boleh berada dalam ke tidak tauan lebih lama lagi.
Keluarganya kemudian pergi ke restoran bali mewah untuk makan malam. Setelah menyantap makanan mereka kembali ke hotel. Alex menemani kedua anaknya sebelum tidur, membacakan novel fantasi dan menyelimuti mereka hingga tidur. Dia memeluk dan mencium mereka sebelum meninggalkan mereka
"Good night girls.."
Alex berjalan ke ruangan lain dimana istrinya, rupanya baru saja selesai mandi, rambutnya berantakan di bahunya.
"Terima kasih telah menemani anak-anak malam ini"
"Tentu saja, Aku berharap aku dapat melakukannya lebih sering"
Mereka telah menikah selama 13 tahun, walaupun Alex tersenyum dan tertawa hari ini, dia tahu bahwa sesuatu telah menganggu suaminya sejak beberapa minggu lalu. Kepindahan tiba – tiba ke Bali, jadwal kerja yang gila dan dirinya menghilang selama seminggu.
"Apakah kamu akan menceritakan apa yang terjadi sekarang?"
Alex menatap istrinya, dia seorang yang cerdas, namun dia tidak dapat menceritakannya sekarang. Paling tidak, tidak saat ini..
Alex mendekat pada istrinya dan memeluknya erat, dia terkejut. Tindakan Alex membuatnya terkaget. Alex memeluknya hampir semenit penuh, dan istrinya perlahan melingkarkan lengannya, memeluk balik. Dia bener-benar memerlukan ini, rasa sakit sepanjang 1 tahun tampaknya perlahan menghilang. Alex dapat mencium wangi harum shampoo dari rambut istrinya, dia menciumnya telinganya lembut dan turun ke lehernya. Istrinya tidak sadar mengerang perlahan. Alex menjauh sedikit, dan menatap matanya kemudian perlahan maju mendekat hingga dia dapat merasakan sepasang bibir lembut, mereka terpadu dalam sebuah ciuman. Sebuah malam yang indah.
Satu hari lagi telah berlalu. Pagi harinya ketika Devita masih terlelap, Alex berpikir keras. Mengungkapkan mengenai Akhir Jaman pada istrinya akan lebih sulit dibandingkan dengan siapapun juga. Walaupun mereka baru saja melewati malam yang bermakna, dia tau bahwa kenyataannya, hubungan mereka sedikit lebih rumit dibanding sebelumnya.
Ini adalah problem pernikahan klasik, dua orang jatuh cinta, namun ketika anak-anak hadir dalam kehidupan mereka, tanpa disadari hubungan mereka lebih mendekat pada anak-anak dan menjauh antar satu sama lain.
Pada kehidupan Alex yang lalu, kematian Tiffany akhirnya memutuskan sisa tali terakhir pada hubungan mereka berdua. Itu adalah alasan utama mengapa Alex tidak dapat melindungi mereka berdua. Alex harus menanggani berita mengenai ini dengan hati-hati.
Beberapa menit kemudian, Devita bangun dan mendapati Alex menatapnya dan mengatakan,
"Sekarang waktunya kamu tahu apa yang kulakukan selama beberapa minggu terakhir ini"
Alex berbicara dengan nada suara berat, dan hal ini mengagetkan istrinya.
Alex mengatakan bahwa dia mendapat kabar mengenai wabah yang akan menyebar pada akhir tahun ini. Dia mengatakan padanya bahwa ia dan beberapa orang termasuk militer telah menyiapkan tempat perlindungan untuk bertahan di Bali. Setelah beberapa minggu terkahir dia mendapatkan tambahan bantuan dan bukti tambahan mengenai wabah yang akan terjadi. Bahkan keberadaan makhluk luar angkasa mungkin terlibat.
Devita tercengung, dia tidak tahu bagaimana menjawab. Suaminya senang berkelakar. Namun kali ini, dia pikir ini terlalu berlebihan…
"Aku berencana membawamu melihat tempat perlindungan dan persiapan. Aku akan mengenalkan kamu ke beberapa orang dan aku ingin kamu mengawasi situasi. Aku akan menjawab semua pertanyaanmu kemudian"
Alex meninggalkan kedua putrinya pada kakek nenek mereka dan pergi ke Kota Teluk dengan istrinya.