Aku memilih sejumlah buku di toko buku itu dengan santai, dan setelah aku selesai mencari buku-buku yang berguna untuk projek penelitian itu, aku menyelesaikan belanjaku. Kantung plastiknya terasa seakan beratnya ribuan batu. Aku heran apa aku berbelanja sedikit terlalu banyak karena ini liburan dan semacamnya.
Sebelum liburan musim panas dimulai, kamu mendapatkan rencana-rencana besar selama empat bulan penuh di dalam kepalamu seperti membaca semua karya Shiba Ryouta, menamatkan game yang masih setengah jalan, mendapatkan pekerjaan sampingan atau mengadakan sebuah perjalanan sendirian. Tapi segera setelah liburan dimulai, kamu akan berpikir macam tidak apa-apa, masih ada sebulan. Tidak, tidak, dua minggu masih cukup waktunya. Oh, aku masih bisa bersenang-senang dengan waktu seminggu lagi… tunggu. Tinggal tiga hari lagi?Waktu cepat sekali berlalu.
Ketika aku meninggalkan bangunan itu, aku sekali lagi terpapar oleh sinar matahari. Walau matahari sudah mulai terbenam, hari masihlah begitu terik, dan sebuah tiupan yang lembab dan hangat berhembus. Sekarang sedang puncak musim panas, tapi di sekitar sini, dimana tanahnya semua digali dan sekumpulan pencakar langit berjejeran, riuh derikan jangkrik terasa begitu jauh sekali. Selagi aku berjalan ke arah halte bus, aku menyesuaikan genggamanku pada kantung plastiknya karena tanganku bercucuran keringat.
Namun, cuma membeli semua ini saja sudah cukup untuk memastikan aku dapat berbaring membaca buku untuk beberapa lama. Untuk dapat membaca sebuah seri panjang dalam sekali duduk itu adalah salah satu hal-hal hebat mengenai liburan musim panas. Aku merekomendasikan Tenki No Ko, The Twelve Kingdoms dan Seirei no Moribito.
Bermalas-malasan dengan seseorang dan membuat kehebohan besar mengenainya itu bukanlah tujuan utama dari liburan musim panas. Ide cemerlang siapa itu untuk melemparkan ide "Musim panas = Pantai/Kolam Renang/Barbeque/Festival Musim Panas/Kembang Api!" seakan itu tafsiran yang benar?
Membaca di sebuah ruangan yang sejuk sendirian; meneriakkan, "Inilah kehidupan!" ketika kamu barusan selesai mandi dan melahap buah-buahan dan es krim sendirian; menatapi ke atas Segitiga Musim Panas pada saat tengah malam sendirian; menyalakan obat nyamuk bakar dan menatapinya dengan perhatian penuh sendirian; mendengarkan suara genta angin dan ketiduran sendirian – ini semua merupakan kenangan musim panas yang menabjubkan.
Musim panas paling baik dijalani sendirian. Sendirian itu hal yang bagus. Toh, cuacanya panas.
Hari ini adalah hari lain dimana dunia terus berputar tanpa memerdulikanku.
Maksudku, aku memiliki firasat nyata bahwa dunia ini akan tetap berputar dengan semestinya meskipun Kazuto Kirimasu tidak ada. Aku mengingat ketenangan yang tentram dari itu semua.
Suatu sosok yang tak tergantikan itu menakutkan. Maksudku, jika kamu kehilangannya, kamu tidak bisa mendapatkannya kembali. Kegagalan juga tidak diizinkan.. Itu adalah titik tanpa jalan kembali.
Dan jadi, jika dibandingkan, aku cukup menyukai hubungan yang sedang kubangun sekarang ini, yang bahkan tidak bisa disebut hubungan. Jika sesuatu terjadi, aku bisa memutuskannya dengan enteng dan tidak akan ada yang terluka.
Tanpa mengatakan atau melakukan apapun yang membuat orang kesal, aku dapat menangani-
"Ah, Kazuto?"
Suara itu memotong lalu lalang pertengahan musim panas ini. Itu benar-benar hanya sebuah bisikan, tapi itu mencapai telingaku karena aku sedang memikirkan mengenai dia.
Hampir secara otomatis, tubuhku bergeser ke samping, membuat jalan bagi dua orang yang berpapasan denganku, yang salah satunya adalah Rias Zelinne. Diiringi dengan gaya rambut kebawah biasanya, dia memamerkan penampilan musim panas yang paling klasik: sebuah baju kamisol hitam, kemeja kardigan rajutan berwarna pink, celana pendek dan sepasang sandal biasa pada kakinya.
-Bersambung-