Chereads / Fell in LOVE with a CRIMINAL / Chapter 23 - Bab 23. Menggantungkan Lehernya Sendiri

Chapter 23 - Bab 23. Menggantungkan Lehernya Sendiri

-Markas Pusat Distrik A-

Pagi ini, suasana ruang kerja tim mereka seperti baru saja tertimpa musibah besar. Pagi-pagi sekali Finni datang seperti biasa untuk menyiapkan schedule timnya, harus menerima kekacauan karena perilaku Michele.

"Aku sudah katakan padamu, Nona Michele. Schedule tidak bisa diubah karena ini tugas yang diberikan langsung oleh Pak Presiden. Kami menerima tugas ini langsung dari beliau! Kau bisa diskusikan pada beliau jika kau ingin mengubahnya!" Finni berkata sedikit keras.

Michele datang ke meja kerjanya dan memberikan jadwal kerjanya. Bahkan yang lebih menjengkelkan adalah wanita ini juga mengatur semua yang dilakukan oleh rekan timnya yang lain. Micehele dengan ekspresi mengerasnya membanting tangannya di atas tumpukan dokumen Finni dan menatapnya nyalang.

"Jika kalian tidak bisa menyesuaikan kinerjaku, maka semuanya akan sia-sia! Kalian harus mengikuti arahan dariku atau kita tidak bisa menyelesaikan misi kita!" Bentaknya kasar pada Finni.

Braak!

Sebuah ordner berukuran sedang dijatuhkan begitu saja di atas meja oleh Duke. Kantung matanya sudah tidak bisa lagi dikatakan normal mengingat ia sudah menginap di markas selama dua hari bersama Tom. Ia menatap Michele dengan tatapan sangarnya dan menunjuk ordner itu dengan kasar.

"Aku sudah cukup muak dengan perilakumu, Michele. Silahkan kau baca semua file itu dan perhatikan bagaimana strategi yang biasa Arthur pakai selama ini." Ujarnya dan kembali ke meja kerjanya.

"Apa? Kau pikir kau siapa menyuruhku?" Bentaknya masih dengan nada tinggi khas wanita. Duke menaikkan sudut bibirnya dan menghina Michele dengan terang-terangan.

"Persetan dengan statusmu Michele. Kau beban di tim ini. Jadi lebih baik kau diam dan duduk manis saja disana bersama pacarmu." Duke menekan setiap perkataannya.

Sudah beberapa hari ini mereka mencari pergerakan Arthur karena ia mendapat informasi bahwa pria itu mulai melakukan sesuatu di distrik D. Tom bahkan mendapat informasi penting dari intel anak buahnya bahwa ada satu container ganja yang berlabuh di pelabuhan Distrik D.

Mereka semua sudah bisa menebak jika itu adalah ulah Arthur lantaran membawa container itu terlalu mencolok sekali. Ryan yang sejak tadi diam lantas berdiri dan menjauhkan Duke dari Michele.

"Apa maksudmu mengatakan itu?" Tanyanya dengan nada mengancam. Ia tidak terima dikatakan sebagai beban tim oleh Duke.

Tom yang mulai tersulut emosi lantas membanting dokumen yang ia gulung di atas meja.

"Bisakah kalian diam? Aku sedang berusaha membobol sekarang!" Bentaknya juga menambah kehebohan di dalam ruangan.

"Tom, turunkan sedikit emosimu. Aku peringatkan pada kalian." Finni yang melihat suasana sudah mulai memanas lantas memperingatkan anggota timnya. Jangan sampai mereka adu pukul disini dan menyebabkan kesialan bertambah di tim mereka.

Ryan memandang sinis ke arah Tom. Apa urusannya dengan pria itu? Yang mencari gara-gara lebih dulu itu rekannya, bukan Michele. Ia lantas mendekati meja kerja Tom seakan menantangnya.

"Jangn bertingkah seolah kau hebat disini Tom. Kau itu tidak mampu meretas, jangan sombong hanya karena presiden memilihmu untuk masuk ke dalam tim." Ucap Ryan yang langsung mendapat dengusan senang dari Michele.

"Apa? Aku tidak mampu meretas? Apakah matamu buta dari lahir?" Hilang sudah kesabaran Tom. Finni mengusap wajahnya berusaha untuk tetap waras mengingat perkataan Ryan juga membuatnya emosi tingkat akhir.

Tom lantas memutar monitor komputernya untuk menghadap ke arah Ryan. Dengan rahang mengeras, ia mengeluarkan semua pekerjaannya dan kemudian merestart komputernya. Sambil menunjuk layar monitornya, Tom mendelik menatap Ryan.

"Jika kau bisa membuka password komputerku, aku akan bersujud di kakimu dan meminta maaf." Ucap Tom begitu marah. Duke terkekeh saja dan mendapati Michele yang mendelik ke arahnya.

"Tenang saja, Ryan. Tom jauh lebih ahli dariku. Aku bisa ikut bersujud di kakimu jika kau bisa membukanya." Ejeknya yang langsung melukai harga diri Ryan.

Ryan hanya berdiri disana dan menatap deretan kolom yang begitu banyak disana. Demi tuhan! Ia hanya tahu meretas dari hal-hal dasar. Ia hanya bisa membuka komputer milik Earl yang di password sederhana tanpa protect.

Sedangkan yang tertera di layar monitor sungguh berbeda dan sangat rumit. Ryan mengepalkan kedua tangannya dengan erat. Tidak pernah ia merasa direndahkan seperti ini seumur hidupnya. Dan awalnya ia yang menganggap Tom satu-satunya orang yang mudah diserang karena tidak bisa apa-apa.

Nyatanya justru ia seperti mengikatkan tali di lehernya dan bersiap untuk gantung diri. Ryan dibuat tidak berkutik. Tom mendengus kasar dan membalikkan kembali komputernya tanpa mengatakan sepatah kata pun. Dari dengusannya saja Ryan tahu Tom sudah cukup menghinanya.

"Aku akan katakan ini, Ryan, Michele. Kalian memang terlihat hebat dengan seseorang di belakang kalian. Tapi kami dipilih oleh Presiden langsung bukan tanpa alasan. Kami dipilih karena kami adalah yang terbaik dari yang terbaik. Jadi hentikan saja sikap aroganmu itu karena kau tidak punya sesuatu yang patut untuk kalian sombongkan di hadapan kami. Bagi kami, kalian bahkan bukan apa-apa walaupun kau anak dari General AL sekalipun." Ujar Duke berdiri dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Michele dan Ryan sukses dibuat terdiam oleh perkataan Duke. Dengan wajah memerah marah, Michele bersiap untuk menampar Duke. Tapi tangannya ditahan oleh Ryan yang menatapnya dengan tatapan marah sekali.

"Hentikan, Michele. Jangan membuatku bertambah malu." Desisnya tidak suka. Michele lantas berlari keluar dari ruangan. Meninggalkan suasana mencekam itu yang perlahan mereda. Finni kali ini mengambil alih.

"Baiklah, kita kembali pada tugas kita. Aku akan menyimpulkan beberapa informasi sebelum aku menyampaikannya pada Ricard." Ucapnya mulai bisa bernafas lega. Duke pun juga menyandarkan punggungnya di sofa dengan tenang.

"Masih belum ada informasi bahwa transaksi mereka berjalan semalam. Sepertinya Arthur kali ini menunggu sesuatu." Tom tiba-tiba berkata dan langsung membuat Ryan mengungsikan diri ke meja kerja Earl. Duke menoleh dengan senyuman pahit.

"Akan lebih mudah jika Earl yang bergerak saat ini. Menunggu mereka mengumpulkan informasi hanya membuang-buang waktu." Ujarnya dengan nada bterdengar lelah. Finni menganggukkan kepalanya seraya mencatat beberapa informasi yang ada.

"Baiklah, aku akan melaporkan perkembangan kali ini." Tom mengangguk sekali sambil terus berusaha meretas sistem pertahanan yang Arthur buat.

-Ruang Kelas Junior-

Pagi ini, Earl diberitahukan oleh Ricard bahwa ia bisa menjadi guru pembimbing untuk kelas junior. Ia tentunya datang pagi-pagi sekali untuk mendapatkan name tagnya dari kantor. Karena ia sudah mengundurkan diri dari anggota tim, Ricard dengan baik hatinya menarik Earl untuk mengajar.

'Tidak buruk juga.' Batin Earl sudah dengan mood yang baik sekali pagi ini. Belum lagi ketika ia melihat para junior yang berwajah segar duduk manis di kursinya. Earl jadi teringat pada masa ia junior dulu. Pasti ia terlihat seperti mereka dulu. Earl menarik nafasnya dan menghembuskannya perlahan.

"Perkenalkan, saya Earl Camilia. Saya akan menjadi guru pembimbing kalian sekarang."