"Terui Makoto..."
Ku ulangi nama itu sekali lagi setelah kakak ku, wanita yang sedang duduk di atas kursi di depan ku dengan menyilangkan kaki nya, dia megangguk dengan lembut sambil tersenyum senang kepada ku.
"Aku tidak kenal dengan Terui Makoto itu, kau tahu?."
Mendengar kata-kata ku, senyuman di wajah nya menghilang secara perlahan dan seperti nya dia sedikit keheranan.
"Apa kau yakin tidak mengenal nya?"
"Ya" kata ku sambil menganggukkan kepala.
"Ah yah kau bisa kenalan dengan nya kalau sudah bertemu nanti lagi pula." tanggap nya dengan santai.
"Kurasa aku tidak perlu berkenalan karena aku tidak akan bertemu dengan nya."
"nah yah sayang nya kakak mu ini ingin meminta tolong satu hal kepadamu."
Meminta? Bukan kah ini yang kau sebut dengan memerintah?
"Apa aku boleh menolak?"
Jawaban yang ku dapatkan hanya lah senyuman tipis di wajah nya, jujur saja itu menakutkan ketika dia membuat senyuman itu.
"ini sudah tahun ke dua nya dan kebiasaan nya tidak masuk sekolah masih saja tidak hilang, dan ku dengar dia mengurung diri di kamar."
Itu masalah nya? Pikir ku sambil memperhatikan kakak ku yang sedang kesusahan sambil menjelaskan kondisi nya pada ku
"lalu?"
"aku ingin kamu pergi ke rumah nya setelah sekolah usai."
"ehh?"
"kau tahu? Ini tangung jawab ku sebagai wali kelas nya dan karena aku memiliki pekerjaan yang menumpuk, aku jadi tidak bisa mengurusi masalah ini, dan kamu sebagai adik ku yang datang kesini utuk mengurusi kakak mu yang tidak berguna ini bukan kah sudah menjadi kewajiban mu juga untuk menolong pekerjaan nya?"
Uwah ada apa dengan nya? Aku memang baru pindah ke sini setahun yang lalu, dan menemani kakak ku yang tinggal seorang diri, namun bukan berarti aku juga harus menolong pekerjaan nya kan?
"hmmm, kurasa kamu masih tidak tertarik untuk membantu ku yah."
"yap dan tolong tambahkan kata 'sangat'"
"bukan kah jika kamu membantu salah satu pekerjaan ku maka pekerjaan ku akan berkurang dan aku bisa memiliki waktu untuk mengurus diri ku sendiri?"
Yah aku tahu dia tidak mengurus diri nya sendiri karena ingin, namun karena pekerjaan nya yang menumpuk, dan aku pun memikirkan hal itu dan kurasa alasan nya memang cukup logis.
"bukan kah seharus nya kakak menyerahkan nya kepada ketua kelas nya atau seseorang dari kelas nya?"
"ah sayang nya karena sistem di sekolah kita yang tidak mengubah susunan kelas tiap pergantian tahun, itu membuat anak anak di kelas tidak ingin berurusan dengan terui-kun lagi."
Yah mereka tidak salah sih, lagi pula si terui ini sudah dari tahun pertama jarang masuk dan kurasa dia orang yang suka menyendiri dan anti sosial, dan mungkin itu yang membuat anak anak dari kelas nya enggan untuk berurusan dengan nya lagi.
"ah! Rina, ku rasa yang di pikiran mu dia adalah orang yang anti sosial kan?"
Kakak seperti nya menyadari apa yang kupikirkan dan ia pun segera menegur ku.
"Terui-kun itu awal nya anak yang baik kau tahu? dan dia mudah berteman dengan siapa saja, hanya saja karena suatu masalah dia jadi seperti ini."
"ah..."
Yah hal seperti ini juga bisa terjadi sih. untuk alasan tertentu aku tidak bertanya lebih jauh mengenai situasi itu.
"Lalu kakak ingin aku ke rumah nya dan meminta nya untuk pergi ke sekolah?"
"Ah yah inti nya seperti itu, aku akan mengirimkan lokasi rumah nya pada mu lewat FINE nanti."
"Yah bukan berarti aku setuju namun aku tidak memiliki pilihan lain kan?"
"Kau bisa menolak ya kan?"
"Apa aku boleh menolak nya?"
"...A-,Apa kamu tidak kasihan pada kakak mu?"
....
Hentikan air mata buaya itu, pada akhirnya satu satu nya pilihan ku hanya lah melakukan apa yang kau mau kan?
"Apa hanya itu saja? Fujima-sensei?"
"Oho!"
Dia lebih tertarik ketika aku menyebut nama nya dan menambahkan 'sensei'? yah seperti nya dia suka dengan pekerjaan nya sebagai seorang guru, aku senang akan hal itu sebagai adik nya.
"Ah, dan juga tolong jangan terlalu kasar pada nya ok?"
"Kenapa aku harus kasar?"
"Yah... terui-kun mungkin susah untuk di hadapi dan ku pikir itu akan membuat mu kehilangan kesabaran, lagi pula Rina-chan ku ini cepat mudah marah sih hehe."
Mendengar hal itu aku sudah tidak peduli lagi dan langsung pergi dari ruang guru meninggalkan kakak ku dengan senyuman mengejek di wajah nya.