"hmmm"
Kurasa ini memang rumah nya.
Namun tentu saja pintu nya pasti terkunci. Lalu aku mencoba bertanya kepada kakak ku lewat FINE.
[Kak, tampak nya pintu rumah nya terkunci] (Rina)
Tidak perlu menunggu lama dia sudah membalas pesan ku secepat kilat.
[Ah benar juga] (Yuuka)
[hmmmm] (Yuuka)
[''(>_<)/] (Yuuka)
Apa kau perlu mengirim emot itu? Cepat lah bagaimana bisa aku menemui nya kalau dia tidak mau membukakan pintu nya? Aku sudah mencoba mengetuk dan menekan bel nya namun tidak ada respon dari pemilik rumah ini.
"hah..."
[Aku akan mendobrak nya] (Rina)
[Eh?] (Yuuka)
[Tunggu! Aku akan mencoba menelpon nya!] (Yuuka)
Nah yah aku hanya bercanda sebenar nya, namun agus lah kalau kakka ku mau membantu ku dengan mencoba menelpon nya. Namun waktu akan terus berjalan dan sebentar lagi matahari senja akan di gantikan oleh rembullan.
"Hah... aku ingin pulang."
Aku ingin pulang dan secepat nya bermain game online yang saat ini sedang ku mainkan, yah game survival RPG tepat nya, dan itu cukup mengasyikkan jika di mainkan bersama teman.
Yah meski sebagian besar teman yang bermain bersama ku ini adalah teman yang ku kenal secara online sih namun itu lebih baik dari pada bermain sendiri.
"...."
Aku merasakan sebuah tatapan yang mengarah pada ku, dan setelah ku balikkan badan ku, seorang gadis dengan one piece putih polos berdiri di depan pagar rumah terui makoto.
Dia memiliki senyuman manis yang indah, dan mellihat dari penampilan nya, seperti nya dia lebih muda dari ku.
"Apa kamu ingin bertemu dengan terui maoto?"
Dia bertanya pada ku dengan senang nya.
"Ah yah, itu rencana nya, namun pintu rumah nya terkunci dan aku tidak mendapati respon dari pemilik nya yang ada di dalam sana, atau mungkin dia pergi?"
"Ahaha, itu tidak mungkin kan? Untuk apa seseorang seperti nya pergi keluar?"
Ah yah dia seorang hikkikomori. Aku tidak bisa memikirkan alasan yang membuat nya untuk pergi keluar dari kamar nya dan apalagi keluar dari rumah nya.
"Umm, apa kakak memiliki sesuatu untuk di bicarakan pada nya?"
Gadis itu seperti nya penasaran kenapa aku ingin menemui terui, yah kurasa tidak masalah kan untuk memberi tahu nya?
"Ah yah orang ini sudah jarang menghadiri kelas, dan akhir akhir ini kebiasaan bolos nya ini semakin menjadi dan aku datang kesini untuk membujuk nya agar dia mau kembali sekolah."
"Apa kakak tidak mendengar rumor itu?"
Rumor?
"tentang pembawa sial?"
Gadis itu mengangguk.
"yah aku baru saja mengetahui nya tadi pagi."
"Eh? kakak kelas dua juga kan?"
"Yah itu memang benar."
"Dan dari yang kulihat kakak cukup memiliki banyak teman dan posisi kakak di kelas juga tidak buruk kan? Bukan kah mereka sering membicarakan rumor itu?"
"Ah yah memang seperti itu mungkin, namun di tempat pertama aku tidak begitu peduli dengan pembicaraan mereka jadi yah mungkin saja ketika mereka membicarakan nya aku sudah melupakan nya juga setelah nya."
"Hahaha apa apaan itu?"
"Yah seperti itu lah, aku hanya menjalani kehidupan sekolah hanya sekedar nya saja, teman yang ada di sekitar ku kau bisa menyebut nya untuk memenuhi syarat saja, manusia itu mahluk sosial karena itu aku membutuhkan orang lain dan sebalik nya namun di waktu yang sama aku juga tidak membutuhkan mereka. Ini merepotkan namun demi mencapai kehidupan bermasyarakat yang baik aku membutuhkan mereka semua, mengumpulkan banyak koneksi itu penting kan?"
"....."
"Yah, jadi itu lah kenapa aku sedikit penasaran dengan terui makoto, karena entah kenapa aku merasakan kesamaan dan ketidak samaan di antara kami meski kami belum pernah bertemu dan belum saling mengenal"
"ku rasa kalian memang sama di beberapa titik."
"eh?"
"kakak dan terui makoto, kalian sama sama seorang penyendiri lebih menyukai waktu pribadi kalian dengan menghabiskan waktu seorang diri, namun letak perbedaan nya adalah kakak memaksa berjalan dengan mengandalkan orang lain, sedangkan terui makoto juga memaksa diri nya berjalan dengan kekuatan nya sendiri, namun kalian juga memiliki kesamaan lain, kalian sama sama lari dari ketakutan kalian, kalian takut untuk menghadapi apa yang kalian ingin kan. Pada inti ya kalian memiliki topeng yang cukup tebal."
Aku tidak bisa marah atau pun kesal, aku hanya bisa menerimma nya, menerima apa yang di katakan gadis ini.
Menyadari akan diri ku yang sedang jatuh, gadis itu dengan senyuman nya berkata.
"Namun itu bukan lah masalah kan? Kalian saat ini memang lari dari ketakutan kalian dan semua orang juga melakukan nya, lari dari ketakutan itu wajar, namun akan lebih baik kalau kalian menghadapi nya. Karena kalian tidak bisa menjadi diri kalian sendiri jika terus menerus berlari dari itu, iya kan?"
Itu benar, apa aku akan terus memalingkan wajah ku dari kenyataan? Aku mencoba untuk menjadi anak yang di banggakan oleh ayah dan ibu, aku menutupi hobi ku dari mereka, menyembunyikan apa yang ku suka dari mereka dan membuat beban yang mereka berikan pada ku semakin bertambah.
Di tengah renungan ku, aku menyadari kalau pintu yang terkunci tadi akhir nya terbuka dan aku juga menyadari kalau gadis tadi sudah menghilang.
Dan setelah pintu itu terbuka sepenuh nya aku bertemu dengan nya. Terui Makoto.