"Gue benci sama lo Ma! ternyata selama ini lo nusuk gue dari belakang? lo bilang nggak sudi sama June, tapi nyatanya apa? lo diam-diam malah nembak June. nggak tahu malu lo!"
"Anna Stop!" Bentak Amma.
Amma sudah tidak tahan lagi dengan tuduhan Anna sedari tadi yang menuduhnya menyukai June. Gila, June benar-benar diluar dugaan, Ternyata June bukan sembarang musuh yang bisa dilenyapkan.
Dan lihatlah sekarang, June mengadu domba Amma dan Anna, mereka berdiri menatap satu sama lain di dekat pembuangan sampah.
"kenapa? malu lo! dasar sok suci lo!"
Amma berdecih, lalu menatap tajam ke arah sahabatnya, "Dan lo percaya? kalau gue nembak dia? Pakai otak lo!" Bentaknya tidak terima karna dituduh menikung Anna.
Padahal jelas saja itu bualan June, tapi Anna membuat Amma kecewa karna sahabatnya tidak percaya padanya, padahal jalinan pertemenan mereka lebih lama dibanding perkenalan June dengan Anna.
"Gue emang nggak punya Otak! Tapi seengaknya gue nggak munafik, kalau suka ya suka, kalau enggak ya enggak! nggak kayak lo, teman tapi nikung. dasar nggak tahu malu!" Bentak Anna, Anna tidak terima disalahkan atas perbuatan Amma.
Amma tersenyum miris, "Bagus! Seluruh Otak lo udah terkontaminasi si badboy itu!" Ledek Amma.
Anna balas mencibir tak terima diledek begitu saja, "Bagus kalau lo tahu! Jadi gue minta lo nggak usah berharap banyak sama June, karna June nggak akan milih cewek culun kayak lo! Dasar Teman Makan Teman!" Cibirnya.
Amma melengos, lagi-lagu Anna membahas tentang teman makan teman, padahal dia tidak pernah melakukanya, kenapa cinta begitu membutakan seluruh diri Anna, bahkan Anna kini menghina fisiknya.
Mungkin benar kata orang, kalau sifat asli orang akan terlihat ketika dia marah. Dan sekarang Amma melihat, diri Anna yang begitu membeci Amma yang culun.
"Dasar Teman Makan Teman! Sana minggir! Nggak sudi gue temenan sama cewek kayak lo. gatel!" Umpat Anna, Amma yang mendengarnya serasa dihantam batu, mendengar Anna yang memutuskan pertemananya hanya karna cowok.
Gila memang. Reaksi cinta begitu separah itu, "Gue nggak mau berhenti temenan sama lo Na! Na ingat, lo udah punya pacar Na! Ingat Kak Juno! Dia pacar lo, dia bahkan seratus persen lebih baik dari June!"
"Ya udah lo ambil aja Juno!" Amma membuang napas, Anna memang keras kepala seperti kebanyakan remaja diumur belasan, hanya memikirkan apa yang ia lihat sekarang.
Bisa-bisanya dia memilih June dibanding Juno kekasihnya yang menjalin hubungan sejak kelas X. Juno mahasiswa semester 3 sekarang, dia baik, sopan, pintar dan tampan tentunya. Amma heran, kenapa Anna memilih laki-laki brengsek ketimbang cowok sebaik Juno.
"Anna! lo keterlaluan! lo ninggalin Juno cuma demi cowok bangsat kayak June!"
"Bukan urusan lo! Berhenti ngurusin hidup gue! gue nggak mau temenan sama lo lagi!"
"Gue nggak peduli! sampai kapanpun gue teman lo!"
"Sinting! Terserah lo dasar penikung!" Umpat Anna, lalu melenggang pergi meninggalkan Amma sendirian, dia benar - benar muak dengan Amma.
Amma memejamkan matanya dan membuang napasnya, biarpun Anna tidak mau berurusan lagi denganya, Amma tidak peduli, yang terpenting adalah dia hanya akan menjaga Anna. Dia tidak peduli jika dibilang tukang ikut campur, karena yang terpenting adalah dia melakukan untuk kebaikan Anna.
•••
Tin
Bunyi klakson motor yang ada didepan Amma membuyarkan lamunannya, "Amma, dari tadi mamah panggil kamu nggak noleh" Ujar Ibu Amma, Vivian.
Amma menoleh ke arah Ibunya, "Habis ujian Mah" Ujarnya lalu berjalan mendekati Motor yang ditumpangi Ibunya. Ibunya lalu menyerahkan helm untuk Amma. Amma lalu memakainya.
"Ayo naik, nanti habis maghrib kamu ada les private kan?" Tanya Ibunya, yang dijawab anggukan oleh Amma.
Ibu Amma menjalankan motornya, sementara Amma terdiam dan menatap jalanan, hidupnya benar-benar melelahkan siklus hidupnya setiap hari adalah bangun, sekolah sampai jam 16.00, istirahat 2 jam, lalu habis maghrib dilanjutkan les private sampai jam 8 dengan berbeda pelajaran setiap hari.
Hidupnya membosankan, Amma tahu, dia di didik menjadi gadis yang pintar, tidak ada jam untuk Amma pergi ke kafe dengan teman-temanya, shopping, ke mall, hal itu tidak ada disiklus hidup Amma.
Amma dikekang, Jika anak SMA Pada umumnya pergi ke sekolah naik motor, namun tidak ada ijin untuk Amma, setiap hari sejak SMP kelas 7 sampai SMA, Ibunya selalu mengantar jemput dirinya, karna Ibunya Tidak bekerja.
Amma kadang muak saat dibilang dia anak Mama, karna memang benar kenyataanya, bahkan untuk pergi ke toko, warnet, atau belajar kelompok, Ibunya yang mengantar, bahkan kadang Ibunya sampai menunggu.
Hidup Amma sempit dan tidak ada ruang gerak, dia kesulitan bernapas, namun kenyataanya ia masih hidup, karna Amma tahu Ibunya melakukan semua ini demi kebaikanya, meski banyak orang yang mencibir Ibunya karna seperti orang yang tidak ada kegiatan, yang hanya mengikuti Amma.
Namun, bukankah memang tugas Ibu memang seperti itu, mengurusi anak dan suaminya. Ya, Suami, Ibu Amma masih memilik suami dan tidak menjanda. Hanya saja, meskipun sekarang adalah era emansipasi, namun tak sepenuhnya emansipasi memberikan efek baik untuk hidupnya.
•••
Jam dinding menunjukkan pukul 20.00 tepat, Amma baru saja selesai les, dan kini merebahkan tubuhnya diatas ranjang, semilir angin dari kipas angin yang berada di langit-langit kamarnya cukup meredakan kelelahan.
Amma terkesiap, karena sangking lelahnya dia sampai lupa melakukan rutinitasnya setiap hari setelah les, yaitu mengecek ponselnya, dan segala sosial media. Karna selama les, Ibunya mengambil ponsel Amma. Dan hanya diijinkan untuk dibuka setelah les.
Buru-buru Amma mengecek aplikasi line, whatshapp, dan instagram. Namun tidak ada sesuatu yang penting, maka Amma membuka Youtube, sambil memakai earphone, sebelum jam 21.00.
Karna Ibunya tidak pernah menginjinkan Amma untuk tidur diatas pukul 21.00, bahkan saat tidur Ibunya mengambil ponsel Amma untuk memeriksa dan membawanya sampai pagi datang baru Ibunya akan mengembalikan.
Itu saja saat mau berangkat sekolah Ibunya menyitanya lagi dan dikembalikan setelah pulang sekolah, lalu bagaimana Amma menghubungi Ibunya? Dengan Hp layar monokrom zaman old, Ibunya memberi Amma ponsel semacam itu untuk Amma jika disekolah, dengan dalih agar fokus pada pelajaran.
Menyebalkan bukan? Namun Amma mampu melewatinya selama hampir 5 tahun. Karna Amma selalu berpikir bahwa Ibunya nelakukanya demi kebaikan dirinya.