June terdiam mematung menatap tubuh gadis yang tak sadarkan diri diatas brankar Klinik
"Gila lo June! Lo apain dia? Untung dia bisa selamat" Yessica anak PMR menceramahi June habis-habisan, karena kalau telat sedikit penanganan Amma, nyawa Amma pasti melayang.
Yessi tak habis pikir dengan sikap June yang selalu diluar nalar, dan kali ini, untuk pertama kalinya, Yessi melihat June siswa serampangan di sekolahnya hanya diam membisu saat dimarahi. Padahal biasanya cowok itu akan berisik dan melawan.
Entah June merasa bersalah atau bagaimana, tapi Yessi berharap June berhenti membuat onar disekolahnnya.
Amma masih belum sadarkan diri sejak dua puluh menit yang lalu dia pingsan dan dibawa ke klinik. June dan Yessi ketua PMR masih menunggu, sedari tadi Yessi terus bertanya apa yang dia lakukan pada Amma, namun June hanya diam, membuat Yessi kesal karena tidak di gubris oleh June.
Padahal Yessi begitu khawatir dengan keadaan Amma, kalau saja Yessi tidak melihat Amma tak sadarkan diri, Yessi pasti sudah menguliti June. Namun saat itu hanya ada panik, jadi Yessi yang merupakan teman seangkatan mereka akhirnya memutuskan untuk mengurungkan niatnya.
"eungh" Suara lenguhan itu langsungan membuat Yessi dan June terkesiap, Yessi langsung mendekat ke arah Amma yang memegang pelipisnya sambil meringis kesakitan saat merasakan pergelangan tangannya sakit.
"Amma lo nggak apa-apa?" Tanya Yessi.
"Tangan gue sakit" Rintihnya sambil mengumpulkan kesadarannya. Pandangan Amma masih sedikit mengabur, begitu juga kepalanya yang pusing.
June hanya diam, merasa canggung. Sedangkan, Yessi paling heboh sendiri. Sampai Kesadaran Amma berkumpul dan mendapati siluet June yang menatapnya kosong. Amma langsung mengeluarkan sumpah serapah tanpa mempedulikan Yessi disampingnya.
"Cowok brengsek! Ngapain lo disini! Minggir sana! Pergi lo!" Teriak Amma, June hanya diam, sementara Yessi menatap bingung.
"Ma tenang dulu, tangan lo masih sakit jangan banyak gerak" Ujar Yessi, Amma langsung menoleh ke sumber suara dan mendapati Yessi yang kini menepuk bahunya.
"Gue pengen mati aja rasanya Yess! Gue mau mati Yess!" Pekik Amma yang kini sudah menangis, bayangan June saat mencium bibirnya paksa benar-benar membuatnya gila, dia merasa gagal menjadi anak yang baik untuk orang tuannya.
Yessi menenangkan Amma, sambil melotot ke arah June, "Lo apain dia June? Lo gila June! Gue bakal laporin lo ke Polisi sekarang juga!" Ancam Yessi.
June hanya diam mematung, entah kenapa lidahnya kelu, otaknya mendadak tidak bisa berpikir, bayangan saat tubuh Amma luruh dan darah yang mengalir deras ditangannya masih membayangi kepala June. June tidak menyangka bahwa Amma lebih memilih membunuh dirinya sendiri karena June menciumnya. Satu hal yang June tahu, June hampir membunuh orang karena pelecehan seksual yang ia lakukan.
Untuk pertama kalinya dia menemui gadis yang hanya di cium langsung bunuh diri, padahal biasanya cewek lain kalau dicium paksa meskipun diawal menolak tapi lama-lama malah ketagihan, berbeda dengan Amma yang malah ketakutan dan membuang nyawanya. Itu hanya di cium, bagaimana jika sampai menyentuh mungkin Amma sudah mati ditempat.
Kini June tahu, tidak semua cewek mau dilecehkan sekalipun mereka cewek pendiam. Tubuh June bahkan masih gemetar sendiri jika mengingat kejadian tadi. Ia merasa bersalah itu pasti.
"Lo beneran mau bunuh Amma, June? Gila lo June" Tuntut Yessi, Amma menangis sambil menutupi wajahnya.
"G-gue minta maaf, A-amma" Amma langsung mengangkat wajahnya menatap June sinis.
"Lo harus tahu June! Gue lebih baik mati daripada jadi cewek bodoh kayak Anna!" Bentaknya pada June, ingin sekali Amma mengumpat mengingatkan kejadian tadi, namun rasanya berat, apalagi ada Yessi, Amma tidak mau menyebar aib.
Yessi makin marah saat Amma juga marah, Yessi lalu mendekat ke arah june dan mendorong bahu June, "Lo apain Amma kampret! Gue laporin ke Polisi lo!" Ancam Yessi.
Amma menggelengkan kepalanya, tidak, tidak ada polisi, Ibunya akan tahu jika berurusan dengan Polisi, dan Amma tidak akan membiarkan Ibunya tahu dan kecewa padanya karena tidak bisa menjaga diri.
"Jangan Yes nggak usah!" Jawab Amma datar, June dan Yessi langsung terkejut.
"Kenapa Ma? Dia hampir bunuh lo! dia pantes di jeblosin ke penjara" Amma tahu, Yessi peduli padanya, tapi sekelebat perasaan takut menjadi bahan gosip kini tertanam diotaknya, apalagi Yessi hanya teman saling sapa saja dan tidak terlalu kenal. Amma tidak mau orang luar mencampuri urusanya entah dengan dalih peduli atau apa, yang jelas Amma sungkan berbagi dengan orang yang tidak terlalu dikenalnya.
"Aku nggak apa kok Yess, makasih udah bantu aku. Aku minta tolong ya, jangan kasih tahu ke siapapun, aku nggak mau Anna dan yang lainnya khawatir"
"T-tapi Ma. Dia harus dilaporin ke Polisi. Oh atau kalau lo nggak mau polisi, kita lapor ke BK aja, dia harus dihukum Ma" Yessi tetap memohon, namun Amma tetap menggeleng.
"Nggak usah ya Yes, aku mohon. Aku janji bakal lapor kalau dia mau ngelukain aku lagi" Jelas Amma, June tertegun dengan ucapan Amma.
June tidak tahu apa rencana Amma, tapi yang jelas dia merasa lega karena keputusan Amma. Berbeda dengan Yessi yang terlihat kesal namun akhirnya menyetujui permintaan Amma, karena ia sadar diri, dia tidak berhak ikut campur urusan orang lain lebih jauh.
"Yessi"
"Iya Ma?"
"Jangan kasih tahu ke yang lain ya"
Yessi tercengang dengan permintaan Amma, lalu mengangguk, "Ya enggakkah Ma"
"Gue malu Yes" Ujar Amma lirih namun bisa di dengar Yessi dan June.
Yessi dan June langsung terdiam dengan permintaan Amma. Mereka berdua akhirnya tahu, alasan Amma tidak mau melapor agar orang tidak menjadikannya bahan pembicaraan.
Yessi mengangguk lalu tersenyum, "Gue janji Ma nggak akan bocor" Amma tersenyum tipis.
"Ma, gue mau bicara sama June. Berdua aja"
"Oh, oke. kalau lo diapa-apain, lo teriak aja Ma" Ujar Yessi, Amma mengangguk.
Selepas Yessi pergi, keduanya diam, sampai Amma membuka suara, "Gue akan lupain kejadian ini, tapi gue minta. lo putusin Anna" Ujar Amma.
June tersentak, tak percaya bahwa Amma begitu melindungi Anna mati-matian dari dirinya, seolah dirinya adalah HIV bagi Anna. Bahkan Amma rela menukar nyawanya hanya demi Anna putus darinya. June tak habis pikir dengan pikiran Amma.
June merasa lega sekaligus kesal, "Gue bakal mutusin Anna secepatnya Ma. Tapi gue harap, lo jangan ngelakuin hal itu lagi hanya demi Anna yang bahkan lebih memilih gue ketimbang lo!" Jelas June, Amma tersenyum sinis.
"Gue bakal ngelakuin hal yang sama ke diri gue, kalaupun orang yang melecehkan gue itu bukan lo June. Gue lebih baik mati daripada hidup jadi wanita yang rusak dan nggak punya harga diri"
'Gue lebih baik mati daripada hidup jadi wanita yang rusak dan nggak punya harga diri'
Kalimat itu sukses menohok June hingga tak bisa berkutik, bagaimana anak remaja seusianya yang hanya berpikir tentang kesenangan dan cinta bisa berpikir seperti itu di zaman modern seperti ini. June merasa bersalah sekaligus takjub dengan prinsi hidup Amma.
•••
Hai Anyeong!
Maaf ya jarang update di Webnovel. karna sibuk belajar dan rajin update di wattpad.
kuy check wattpad :@jiyashi_
baca ceritaku lainnya dan baca updatean terbaru.
and big thanks to our reader.
^salam istrinya bangchan^