Deburan ombak terdengar bergemuruh. Suara kanak-kanak yang saling bersaut-sautan. Angin pagi itu menerpa wajahku dan mengkibas-kibaskan rambutku. Aku duduk di bibir pantai. Di atas hamparan pasir putih nan halus. Pagi itu, pantai ramai didatangi pengunjung, baik lokal maupun mancanegara. Aku senang menghabiskan waktu liburku di pantai. Sekedar untuk merefresingkan otak agar tidak tegang.
Aku berdiri. Aku pergi ke kedai untuk membeli es kelapa muda. Kedai itu tidak terlalu ramai. Aku segera memesan satu es kelapa muda. Setelah menunggu, akhirnya pesananku datang dan aku segera membayarnya.
"Cantik," kata seorang yang berdiri di sampingku. Aku melihatnya melalui sudut mataku.
Tanpa berkata apapun aku segera pergi dan kembali ke tempatku semula. Tanpa kusadari dia mengikutiku dan duduk di sampingku.
"Keindahan dunia ini tidak ada artinya tanpa ada bidadari cantik seperti kamu yang mengisinya."
Aku menatapnya kemudian kembali menatap lurus. "Syair yang bagus."
"Kamu suka?" Aku membulatkan mata menatapnya. Lalu, mengerdikkan bahu. "Maksudku pantai ini. Kamu suka?" Aku mengangguk. "Apa kamu pikir aku bilang kamu suka aku? Atau memang kamu benar-benar suka padaku saat pandangan pertama?"
"Omong kosong." Sambungku. "Apa kamu suka berbicara omong kosong seperti itu?"
Dia melepas topinya dan merapikan rambutnya. "Aku memang terlalu tampan untuk bersanding dengan wanita secantik kamu."
"Kamu suka berkata jujur atau hanya mau memuji diri kamu sendiri?"
Dia berdiri kemudian berputar. "Seperti inilah aku. Aku pria jujur dan apa adanya. Tapi, kalau kejujuranku dapat menguntungkanku apa salahnya, bukan?"
Aku berdiri dan menghampirinya. Aku mengangkat dagu cowok itu. "Wooo... cemerlangnya wajah kamu sampai sang surya takut berhadapan langsung dengan dirimu," kataku seraya membandingkan wajahnya dengan cahaya matahari.
Dia tersenyum. Aku bisa merasakan jantungku berdegub sangat kencang. Aliran darahku terasa berhenti seketika. Senyuman itu. Ah, aku tidak bisa melupakannya. Bibir tipisnya. Ingin rasanya aku mencicipi bibir itu. Tidak!!! segera kuhilangkan pikiran kotorku itu.
"Aku Max." Perkataannya membuyarkan lamunanku.
"Aruna."
"Nama yang indah seindah orangnya."
"Apa memuji orang lain dan diri kamu sendiri itu kelebihan kamu?"
"Ya, bisa dibilang begitu."
Hari itu. Perkenalan singkat itu mengenalkan sisi lain dari duniaku yang awalnya terkesan monoton dan membosankan. Setelah bertemu dengannya aku merasa duniaku jadi lebih indah untuk aku jalani. Tanpa beban dan tanpa kemalasan. Seperti aku telah menemukan kehidupan baru setelah tidur panjangku. Kesan pertama saat aku melihatnya. Dia seorang berandalan yang tidak tahu aturan yang suka menggoda gadis. Tapi, setelah berbicara dengannya perlahan kesan burukku padanya hilang seketika. Dia tidak seperti berandalan pada umumnya. Sikapnya yang santun dan cukup menyenangkan berbicara dengannya.