Chereads / Apa Itu Cinta? / Chapter 4 - Max Ditahan Polisi

Chapter 4 - Max Ditahan Polisi

"Bi, Runa bantu, ya." Bibi membalikkan tubuhnya. Bibi terkejut melihat kehadiranku. Aku tersenyum padanya.

"Eh, Aruna. Kapan datang?" tanyanya kemudian.

"Baru aja, Bi."

"Tadi dijemput Max, kan?" kata Bibi memastikan bahwa Max benar-benar menjemputku.

Aku mengangguk seraya berkata, "Iya."

"Dimana Max?" katanya seraya celingukan mencari keberadaan Max.

"Dia udah pergi. Katanya ada urusan penting."

"Maaf, Bi. Aku bohong. Aku tidak datang dengannya. Aku datang sendiri." Batinku.

Bibi kembali melanjutkan pekerjaannya membatik. Lelehan malam yang keluar dari ujung canting bergerak sesuai pola yang sudah dibuat. Aku tidak menyangka Bibi begitu berbakat dalam membatik. Hingga tidak ada coretan sedikitpun di luar pola yang dibuat Bibi. Aku memperhatikannya dengan seksama. Hingga aku tidak menyadari sedari tadi Bibi memanggilku.

"Kamu mau mencobanya?"

"Apa boleh?" tanyaku.

"Tentu boleh dong."

Bibi memperagakan cara memegang canting yang baik dan mengajarkan cara membatik. Aku mulai mempraktikkan apa yang Bibi ajarkan. Ternyata sulit. Aku tidak bisa membatik serapi dan sebagus Bibi. Aku mengeluh. Bibi memperhatikan tingkahku. "Kamu suka Max? Kamu percaya kalau Max juga suka sama kamu?"

"Kenapa Bibi bicara begitu? Aku bahkan tidak tahu apa itu cinta. Aku senang saat bersama Max. Aku tidak tahu nama perasaan ini apa? Bibi tahu cinta itu apa?"

"Cari tahu definisi cinta itu dalam dirimu sendiri. Tanyakan dalam lubuk hatimu apa itu cinta?" Sambungnya. "Setiap orang punya pengalamannya sendiri dalam menemukan cinta sejati. Begitu pula kamu. Bibi percaya tidak lama lagi kamu akan menemukan jawabannya."

"Seperti batik ini. Seorang pembatik harus bersabar untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Jika kamu tidak sabar hasilnya akan seperti ini." Bibi menunjukkan batik dengan pola yang tidak beraturan karena lelehan malam jatuh di mana-mana. "Jika kamu mau sedikit bersabar hasilnya akan seperti ini." Bibi menunjukkan batik yang sangat indah nan rapi. "Kunci dari segala pertanyaanmu adalah kesabaran. Jadilah seorang yang selalu sabar dalam menghadapi segala persoalan hidupnya. Kamu bisa memahaminya, bukan?" Aku mengangguk.

"Bibi tolong ceritakan padaku tentang Max."

"Max?" Bibi melanjutkan pekerjaannya. "Dia pria yang begitu naif. Dia sulit mengungkapkan isi hatinya secara langsung. Dia lebih senang mengungkapkan isi hatinya lewat gombalan-gombalan dan tingkah lakunya. Berbeda dengan kamu. Kamu pasti bisa dengan mudah mengungkapkan rasa suka dan tidak sukamu secara langsung. Banyak orang yang langsung bilang suka saat pandangan pertama. Tapi, tidak dengan Max. Awalnya mungkin hanya sekedar kagum lama kelamaan akan menjadi suka."

"Entah atas dorongan apa aku mau dekat dengannya."

"Kamu aja bingung apalagi Bibi." Bibi tertawa kemudian diikuti gelak tawaku.

"BIBI..." Seseorang berteriak memanggil nama Bibi. Dengan napas terengah-engah cowok itu sampai di hadapan Bibi. "Max... Bi..."

"Max kenapa?" tanya Bibi kemudian.

"Di... Dia berkelahi dengan anak Estenzo di persimpangan jalan masuk gang," katanya seraya menunjuk ke arah luar.

Sontak Bibi berlari keluar. Aku dan cowok yang kuketahui Ian namanya itu berlari mengikuti Bibi. Aku tidak tahu kenapa perkelahian itu bisa terjadi. Dan siapa geng Estenzo itu. Kenapa mereka berkelahi dengan Max? Apa sebabnya? Setelah kami sampai di lokasi sudah ada polisi yang siap mengamankan mereka. Polisi membawa mereka semua ke kantor polisi, termasuk Max. Sebelum polisi membawa Max, Max menatapku dan tersenyum. Apa maksud senyuman itu? Apa senyuman itu mengisyaratkan agar aku tidak khawatir pada keadaannya sekarang ini.

Setelah mobil polisi itu pergi membawa Max, kami naik ke mobil Ian dan bergegas menuju ke kantor polisi. Kali ini aku tidak akan menceritakan kondisi mobil Ian. Bagus tentunya. Fokus dalam cerita ini hanya aku dan Max. Sesampainya kami di kantor polisi, Max sudah dimasukkan ke sel tahanan. Kata Inspektur polisi, Max akan ditahan selama minimal satu bulan karena ulahnya. Kami bisa memaklumi keputusan polisi. Mungkin dengan cara ini Max bisa jera dengan perbuatannya. Aku berharap Max baik-baik saja di dalam sel tahanan.