Lizzy mengeluarkan ponselnya yang sedari tadi memotret wajah si wanita secara diam-diam. Wanita itu jelas mengenal Lisa dan berarti dia sudah beberapa kali datang ke rumah ini. Dasar pria brengsek! Saga pasti sengaja membawa beberapa wanita untuk tidur bersamanya karena ingin menyakiti perasaan Lisa.
Dia lalu mengirim beberapa foto kepada seseorang dan menghubungi orang tersebut yang tak lain adalah sekertarisnya sendiri, Eka. "Halo Eka, kau sudah dapat foto yang aku kirim?" tanya Lizzy datar.
"Ya aku dapat, tapi kenapa kau mengirimnya?" Eka balik bertanya. Tak biasanya dia mengirim sebuah foto seorang gadis karena Lizzy adalah seorang yang gila kerja. Dia tak akan mengirim sesuatu yang tak penting jika tak menyangkut pekerjaannya.
"Cari informasi tentang dia, aku butuh siang ini." perintahnya dengan nada penegasan. Eka merasa tak enak mendengar ucapan Lizzy, apa terjadi sesuatu padanya? Tapi Lizzy mempunyai sifat keras kepala jika dia bertanya apa ada masalah biasanya Lizzy akan bungkam, tak ingin mengatakannya maka percuma saja.
"Baiklah. Kau akan mendapat informasinya nanti." Setelah pamit, Eka memutuskan panggilan telepon. Lizzy lalu termenung lama, dia mengingat kembali pelecehan yang dilakukan oleh Saga kepadanya lebih lagi dia mencuri ciuman pertama Lizzy.
Sensasi yang dirasakannya saat kedua tangan Saga menggerayangi tubuhnya bersamaan dengan ciuman penuh hasrat terus berbekas dalam otaknya. Lizzy menggelengkan kepalanya cepat, astaga kenapa Lizzy bisa memikirkan hal yang tabu baginya.
Dia lalu memperhatikan layar ponselnya mencoba untuk mengalihkan pikiran kotor tersebut. Ketika layarnya menyala Lizzy terpaku melihat tanggal di hari itu yaitu 31 Maret. Lizzy menampilkan seringai, "sudah 31 Maret rupanya, wah itu berarti aku bisa menjadi seorang penggoda."
💟💟💟💟
Keesokan harinya, Saga pulang pagi sekali. Dia hanya mengambil semua keperluan pekerjaan dan pergi secepat mungkin. Saga masih ingat apa yang terjadi kemarin, saat dia kehilangan kendali dan hampir menyetubuhi Lisa.
Beruntung dia sadar secepat mungkin karena tamparan kuat dari Lisa dan perkataannya. Mungkin dia harus berterima kasih pada Lisa karena sudah menyadarkannya, akan tetapi yang menjadi pikiran dibenaknya bukanlah amarah atau kata-kata kasar dari Lisa tetapi sensasi yang dirasakannya saat menyentuh Lisa.
Gila bukan? Saga sendiri tak percaya kenapa dia terus memikirkan hal tersebut dan bagaimana bisa dia kehilangan kendali pada gadis yang tak pernah dia cintai. Karena hal itu, dia menginap di kamar hotel namun gagal tidur semalaman.
Itu sebabnya dia pulang pagi sekali dan tak berlama-lama, dia tak ingin melihat Lisa lagi lalu kembali mengulang kejadian tersebut. Seperti bayangan, Saga masuk dan keluar secepat dia bisa. Tak sadar kalau Lizzy telah melihat gerak-geriknya di balkon kamarnya.
Lizzy menyeringai, Lizzy tahu kalau Saga tak akan menemuinya karena insiden kemarin. Pagi harinya Lizzy sudah bersiap-siap keluar. "Nyonya anda mau kemana?" tanya salah seorang pelayan.
"Ke perusahaan Saga." jawab Lizzy santai.
"Aku ingin membicarakan sesuatu yang penting dengannya." lanjutnya lalu pergi meninggalkan kediaman Saga. Di perusahaan Saga mencoba untuk berkonsentrasi, tapi nyatanya tak sama sekali.
Dia terus saja memikirkan kejadian kemarin, entah bagaimana caranya menghadapi gadis itu. "Batalkan semua pekerjaanku, aku ingin beristirahat sebentar." Beni selaku sekertaris Saga mengerti dan berjalan keluar dari ruangan Saga.
Saga menghela napas berat dan memejamkan matanya sesekali memijit pelipisnya, pusing dengan semua ini. Suara pintu terbuka membuat Saga mendecak kesal, "Beni sudah ku.." Mulut Saga terkatup begitu melihat Lizzy berjalan menghampirinya.
Dia berdehem dan mencoba untuk tenang. "Untuk apa kau ke sini? Bukankah aku sudah melarangmu untuk datang ke perusahaan?" Lizzy tak menggubris dia terus mendekati Saga yang makin berkeringat dingin.
Setelah berada di dekat pria itu, Lizzy mengambil tempat di samping Saga dan menggerakkan kursi kerja Saga yang masih diduduki oleh Saga menghadap ke arahnya. Tubuh Saga mulai menegang saat Lizzy duduk dipangkuannya, matanya melirik manja pada Saga. Pria itu menderita secara batin dan fisik melihat lirikan tersebut. Dia berusah payah untuk membuang semua pikiran kotor walau dia tahu dia sudah ereksi sekarang.
Lizzy menyeringai merasakan dari luar celana Saga ada tonjolan yang semakin lama semakin membesar. Saga sukses tergoda, Lizzy lalu memajukan tubuhnya tanpa mengubah lirikan manja tersebut.
Jantung Saga berdetak dengan kencang karena tingkah Lizzy. Saga berpikir pasti ini semua ulah dari gadis yang berada di pangkuannya sekarang.
Tapi dia tak bisa menolak dengan sikap Lizzy. melihat Lizzy terus memajukan wajahnya kepada wajahnya, Saga otomatis memejamkan matanya apa dia berharap Lizzy akan mencium bibirnya?