Lizzy terkekeh karena tingkah Saga yang menurutnya lucu. Gadis itu lalu menjulurkan tangannya untuk merogoh kantung di celana Saga, mengambil sebuah kunci yang ternyata adalah kunci rumah.
Dia lalu berdiri menjauh dari Saga yang masih memejamkan mata. Begitu merasakan hilangnya beban di kedua kakinya, dia membuka kedua matanya melihat senyuman ejekan dari Lizzy.
"Kenapa kau menutup matamu? Aku hanya mengambil kunci rumah untuk kubuat duplikat." celetuk Lizzy berpura-pura polos. Wajah Saga membeku, dia bisa merasakan kedua pipinya memanas.
Rasa geram dan malu tercampur di dalam hati Saga. Lizzy lalu berjalan meninggalkan Saga beberapa langkah namun kemudian dia kembali memandang Saga. "Oh ya, aku belum mengatakan sesuatu padamu. Selamat hari april mop." Kedua mata Saga membulat dan memerah, dia berdiri lalu menggebrak meja dengan kuat.
"Dasar gadis jalang!" umpatnya berteriak. Lizzy sama sekali tak terpengaruh malah dia tertawa kecil karena sukses mempermainkan Saga. Tawanya terganti dengan senyuman setelah dia keluar dari ruangan Saga dan terus melangkah maju tanpa menggubris beberapa orang yang melihatnya karena menarik perhatian.
Lizzy lalu keluar dari perusahaan di mana Saga bekerja. Melangkahkan kakinya menuju Pak Toni namun langkahnya terhenti begitu mendengar suara familiar dari seorang pria. "Lizzy," Lizzy menoleh pada seorang pria tampan yang berkemeja putih.
"Kau adalah Lizzy bukan?" Lizzy termenung mengingat-ngingat siapa pria ini kemudian menjentikkan jarinya.
"Andi," Pria itu tersenyum cerah begitu terka pada wanita cantik di depannya adalah benar. "Iya ini aku wah kau cantik, apa kabar?" tanya Andi.
"Baik. Kau juga terlihat baik, lebih jadi hidup." Andi-pria yang menyapanya, adalah salah satu temannya satu tim bulutangkis. Andi sama sepertinya bulutangkis tunggal putra.
Dulunya dia dikenal sebagai anak lelaki yang datar. Dia hanya membuka mulut di saat yang paling penting dan itulah sebabnya Lizzy menyebutnya lebih jadi hidup.
"Hahaha.. terima kasih. Apa kau ingin pulang?" Lizzy mengangguk pelan sebagai respon dari pertanyaan Andi.
"Bagaimana kalau aku mengantarmu, kebetulan saat ini aku sedang istirahat makan siang ya sekalian kita mengobrol." Lizzy terlihat berpikir, wajahnya terlihat kurang yakin dengan permintaan Andi.
"Ayolah, sudah lama kita tak bersua." mohon Andi. Lizzy menghela napas dan menuruti perkataan Andi. Sementara itu, Saga masih dipenuhi amarah karena tindakan Lizzy yang jelas mempermainkannya.
Bahkan mengingatkan kalau hari ini adalah hari april mop. Keterlaluan, hanya satu kata itu yang dilukiskan Saga pada Lizzy. Suara telepon menginterupsinya dan dengan kesal, dia mengangkat panggilan tersebut.
"Halo," ucapnya ketus.
"Halo Tuan, Nyonya Lisa sudah pergi.." Bagus, kata itulah yang terletak di otak Saga sekarang. Namun, saat dia mendengar kalimat selanjutnya sontak Saga berdiri.
"Tapi dia pergi bersama dengan seorang pria." jantung Saga berdebar kencang disaat itu juga. "Berapa lama dia pergi?"
"Tuan.."
"Aku tak mau tahu, kau harus mengikuti dia dan lihat apa yang dia lakukan bersama pria itu. Tetap awasi mereka sebelum aku datang, apa kau mengerti?!" Nadanya bersifat amarah dan menciutkan nyali sekertarisnya itu.
"Ba, baik Tuan."