Selesai mengobrol dengan Dimas, Lizzy menuju kamar di mana Lisa dirawat. Begitu dirinya terlihat Lisa tersenyum lebar, dia merentangkan tangannya meminta pelukan dari Lizzy.
Lizzy tentu saja memenuhi permintaan Lisa dengan membawa dirinya ke dalam pelukan Lisa. "Aku bersyukur kau sudah sadar, jangan melakukan hal yang gila lagi ya?" pinta Lizzy. Lisa mengangguk sesekali dia menghapus genangan air mata yang berada di sudut matanya.
Dia menyesal melakukan hal yang begitu bodoh. Lisa melakukannya tanpa berpikir dua kali dan tak memikirkan bagaimana keluarga yang ditinggalkan. Reaksi dan rasa kehilangan, tak pernah terlintas di pikiran Lisa. "Maafkan aku." ucap Lisa sedih.
Lizzy melepaskan pelukan tersebut, dia lalu duduk di tepi sambil menyodorkan buah tangan berupa buah-buahan lokal yang sengaja Lizzy bawa untuk Lisa. Lisa menerima dengan senang hati dan meminta agar saudaranya itu mengupas kulitnya.
Tentunya Lizzy menurut permintaan Lisa dan mulai mengupas. "Lisa, apa aku boleh bertanya serius?" tanya Lizzy tiba-tiba.
"Ya tentu, ada apa?" balas Lisa sambil memakan beberapa potong daging buah mangga yang sudah dikupas.
"Apa kau sudah tak mencintai suamimu?" jantung Lisa berdebar dengan kencang sekaligus dia bingung kenapa Lizzy bertanya hal seperti itu.
"Kenapa?"
"Sebentar lagi kalian akan bercerai. Apa kau mau bercerai dengannya?" Lisa terdiam, suapan buah mangga juga dihentikannya dan lebih memilih untuk menunduk.
"Untuk saat ini aku tak tahu bagaimana perasaanku. Di satu sisi, aku masih mencintai Saga tapi di sisi lain aku ketakutan.. ketakutan saat bersamanya. Jika bercerai adalah satu-satunya solusi aku akan melupakannya. Tak ada lagi yang bisa kulakukan toh dulu sampai sekarang pernikahan ini hanyalah pernikahan sepihak begitu juga cintaku bertepuk sebelah tangan." Lizzy menatap iba pada Lisa yang tersenyum pahit.
Lizzy tahu Lisa sangat mencintai Saga akan tetapi Saga tak pernah mencintai Lisa sehingga menyiksa Lisa secara batin. Akan lebih baik perceraian ini terjadi. "Lisa, aku rasa kau salah." Lisa menoleh dengan tanda tanya besar di raut wajahnya.
"Salah? Tentang apa?"
"Tentang pernikahanmu yang hancur karena dirimu sendiri, kau salah besar. Saga juga ikut terlibat, dia yang membuatmu seperti ini dan aku yakin suatu hari dia pasti akan menyesal karena telah melepasmu." Lisa tersenyum getir. Seandainya perkataan Lizzy tentang Saga menyesal itu benar, tapi itu hanyalah sebuah opini dan apa yang dapat kita harapkan?
"Saga harus membayar apa yang dilakukan olehnya." Lisa tak berpikir bahwa ada makna dari perkataan Lizzy. Tentang pembalasan dendam yang akan dilakukan oleh Lizzy kepada Saga.
Keduanya menghabiskan waktu di kamar lalu berjalan-jalan mengelilingi rumah sakit dan mengobrol dengan orang tua mereka. Akhirnya Lizzy pamit untuk pulang ada urusan yang harus dia kerjakan. Lizzy lantas pulang ke rumah Saga. Sesampainya, dia melihat beberapa orang menatap iba padanya. Lizzy sendiri tak tahu apa yang terjadi. Kenapa mereka melihat seperti itu kepadanya?
Dia lalu naik ke lantai atas menuju kamarnya. Pendengarannya menangkap suara aneh seperti suara desahan dan napas yang tersengal. Semuanya begitu jelas begitu dia melewati kamar Saga, Lizzy melihat di atas ranjang Saga ada dua orang yang bergumul panas. Siapa lagi kalau bukan Saga? Kedua mata pria yang bagai elang memandang Lizzy dengan tatapan merendahkan.