Saga kembali dan duduk di tempatnya yang sama. "Apa anda tertarik dengan produk kami?" tanya Lizzy berusaha untuk membuat Saga membeli beberapa produk dari Saga.
"Apa anda tak keberatan jika saya meminta agar anda menunggu. Saya perlu mengamati lebih teliti."
"Baiklah, akan saya siapkan.." Lizzy dan Eka berdiri begitu juga dengan Saga. "Senang berbisnis dengan anda Tuan Saga Pranaja.." katanya sambil mengulurkan tangan dan dibalas oleh jabatan tangan dengan erat.
"Terima kasih Nona Lizzy." Saga merasa aneh ketika tangannya bersinggungan langsung dengan tangan Lizzy dia merasa ada kehadiran sang istri tapi yang di depannya adalah Lizzy, kembaran Lisa.
Lizzy lalu melepaskan jabatan tangan tersebut dengan cepat sambil tersenyum yang dibuat-buat kepada Saga. Pria itu lalu benar-benar pergi dari Lizzy dan Eka. "Fiuhh ... aku pikir dia akan bersikeras terhadapmu ternyata tidak." Kelegaan Eka tak serta merta dirasakan juga oleh Lizzy.
Jika dia menyerah secepat itu, berarti dia punya rencana cadangan lain. Tapi apa? Lizzy pun tak tahu
💟💟💟💟
Tak terasa hari telah sore. Pekerjaan telah usai dan para karyawan M&A Corp pulang ke rumah masing-masing untuk melepas penat. Sama halnya Lizzy yang bergerak cepat untuk pulang takutnya didului dan tertangkap basah di rumah.
"Bye Lizzy," Lizzy memberikan senyum tipis kepada Eka yang berada di dalam mobil. Kenapa dia tak pulang bersama Eka? Karena Lizzy tak mau sahabatnya tahu bahwa dia satu rumah dengan Saga.
Suara klakson dibunyikan dibalas gerutuan oleh Lizzy yang sibuk dengan ponselnya. "Nona Lizzy," Lizzy membeku sebelum memandang ke arah samping berharap orang yang memanggilnya bukanlah Saga.
Kenyataannya, orang itu memang Saga. "Apa kau ingin pulang?" tanya Saga to the point.
"Y-ya."
"Ayo naiklah, aku akan mengantarmu." Lizzy terkesiap. Detik berikutnya Lizzy menggeleng cepat.
"Tidak, tak usah aku bisa jalan sendiri." tolak Lizzy. Gadis itu mengambil langkah cepat agar menjauh dari Saga dan mobilnya akan tetapi langkahnya terhenti saat lengannya ditahan.
Lizzy membalikkan badannya pada Saga yang menggenggam erat lengan Lizzy. "Ayolah, aku memaksa kau adalah saudara iparku tak baik kalau aku tak mengantar kerabat pulang."
Lizzy tak bisa berkata-kata dan memilih bungkam. Menuruti ajakan Saga untuk naik mobil SUV. Lizzy tampak sekali tertekan di dalam mobil bersama Saga. Tanpa identitasnya sebagai Lisa, dia tak ingin membuka suara di hadapan pria yang sebentar lagi akan bergelar duda karena perceraiannya dengan sang saudara kembar.
Satu kesalahan maka Saga akan tahu rencana pembalasan dendam yang dilakukan olehnya. Suasana canggung terasa kental di antara keduanya. "Apa kau mau makan dulu?" Lizzy mengerjapkan mata kepada Saga.
"Aku tahu restoran steak yang paling enak di sini, kau ingin mencoba?" Masih tak ada jawaban dari Lizzy.
"Tenang saja, aku yang bayar." Mata Lizzy berbinar-binar. Makan gratis tentu saja tak ditolak. Mobil Saga berubah haluan masuk ke dalam halaman sebuah restoran bintang lima yang menyajikan steak terbaik di jakarta.
"Selamat sore Tuan dan Nona, anda ingin menu apa?" Sapa seorang pelayan setelah keduanya masuk dan duduk di salah satu meja.
"Berikan aku steak terbaik kalian dua porsi." Si pelayan mengangguk lalu pergi meninggalkan kedua orang tersebut. "Jadi Nona Lizzy, apa boleh anda ceritakan tentang diri anda?"
Lizzy menoleh kemudian memulas senyum simpul. "Tak ada yang spesial. Aku hanyalah seorang gadis yang awalnya kuliah bisnis manajemen dan lulus lalu mendapat pekerjaan di M&A Corp." jawab Lizzy jujur.
"Kau Direktur Utama di sana, jarang ada wanita yang punya jabatan tinggi di perusahaan terkenal lagi."
"Menurutku biasa saja, aku pun bisa sampai sekarang karena hasil kerja kerasku yang dari awalnya hanya seorang karyawati menjadi aku yang sekarang." Pelayan kembali mendatangi mereka dengan membawa dua steak.
"Silakan nikmati steaknya Tuan." Lizzy menahan ilernya mati-matian. Demi rencananya, Lizzy memakan steak tersebut dengan cara sopan walau sebenarnya tak bisa.
"Bagaimana denganmu, Tuan Saga. Jujur aku heran dari tadi kenapa kau menandatangani kontrak klien sementara kau belum membeli produk kami?" Saga melihat sekilas Lizzy dan menatap lagi pada steak.
"Kau tahu soal penyakit lambung parah Lisa bukan?" Lizzy membulatkan matanya kemudian memusatkan perhatian pada Saga.
"M&A Corp adalah perusahaan di bidang teknologi termasuk kesehatan. Aku ingin mencari sebuah alat di mana Lisa bisa sembuh." Lizzy bungkam. Kenapa Saga sangat perhatian padanya? Apa otaknya terbentur sesuatu?
"Oh benarkah, bukankah kalian sebentar lagi kalian akan bercerai." Mata Saga membelalak.
"Dari mana kau tahu?!" Lizzy menyeringai melihat ekspresi kaget Saga.
"Aku tahu dari Lisa. Dia sudah mengatakannya saat dia pulang ke rumah. Aku heran bukankah kau yang menginginkan perceraian ini? Lalu kenapa kau perhatian kepada Lisa?" tanya Lizzy menyelidik.
Saga terdiam. Tak tahu harus mengatakan apa karena pertanyaan tersebut membuatnya terpojok. "A-aku .... aku juga tak tahu." dahi Lizzy membentuk sebuah lipatan.
Kesal dan bingung tercampur satu dalam perasaan Lizzy. Kesal karena bukan jawaban yang diharapkan oleh Lizzy sementara dia juga bertanya-tanya tentang maksud ucapan Saga.
"Selama beberapa terakhir ini dia punya banyak perubahan besar. Aku tak mengerti kenapa dia sekarang terlihat menarik dan aku suka perubahannya." seringai Lizzy makin lebar. Rencana untuk membuat Saga terpesona cukup sukses.
"Yah itu mungkin saja terjadi.." Lizzy bangkit berdiri dari tempatnya duduk. "Terima kasih atas makanannya. Kapan-kapan, aku yang mentraktirmu."
"Biar aku yang.."
"Tak usah Tuan Saga. aku bisa sendiri! Sampai jumpa." Lizzy berjalan menjauhi Saga dengan langkah pasti dan setelah Saga tak kelihatan oleh mata Lizzy, dia kemudian mengambil langkah seribu.
Karena terburu-buru, dia juga melepaskan sepatu high heels yang dikenakan. Berusaha mencapai terminal bus terdekat sambil cemas jika dia tak akan sampai ke apartement sebelum Saga. Beruntung menunggu bus tak memerlukan waktu yang lama.
Lizzy sampai di terminal dekat apartemen Sun and Moon setelah dua perhentian. Bagai orang yang sedang berlomba, Lizzy tergopoh-gopoh masuk ke dalam apartement. Dia tak punya banyak waktu untuk menunggu lift jadi dia memakai tangga untuk sampai di apartement.
Begitu sampai, Lizzy terengah-engah sambil membuka pintu password. "Nyonya and ...." perkataan Santi berhenti ketika melihat raut wajah lelah dari Lizzy yang tak menggubris ucapannya dan memilih untuk masuk ke dalam kamar.
Hari yang cukup berat dirasakan oleh Lizzy akan tetapi bisa dilewatinya dengan baik. Dia punya cukup waktu untuk mandi untuk melepas kepenatan yang dia rasakan. Tak lama kemudian, Lizzy telah berbaring dengan nyaman di ranjang dengan earphone yang menyumbat di telinganya.
Saga baru pulang setelah 30 menit Lizzy berada di apartement. "Bibi Lisa mana?" di tangan Saga terdapat tas daur ulang.
"Ada di kamarnya Tuan." Dia memberikan tas daur ulang itu pada Santi dan berjalan ke arah kamar Lisa. Di dalam, dia menemukan Lisa santai berbaring.
"Bangun Lisa, kau harus makan." Lizzy membuka sebelah matanya lalu memejamkannya lagi. "Tak usah aku sudah kenyang karena makan di luar." tolak Lizzy.
"Aku membeli steak enak khusus untukmu." sahut Saga memaksa. Lizzy tak peduli. Dia malah menambah volume musik di handphone. Tiba-tiba saja Lizzy sesak napas. Tubuhnya tertindih oleh suatu benda berat di atasnya sekarang.
Lizzy membuka matanya. Dirinya amat terkejut begitu dia temu muka dengan Saga. Tubuh pria itu menindih badan Lizzy yang berada di bawah. Sial. "Kau tahu aku bertemu dengan saudara kembarmu, namanya Lizzy. Dia seorang direktur utama di M&A Corp." kata Saga memberikan senyum menawan.
Lizzy memasang tampang terkejut. "Benarkah? Bagaimana dia? Apa dia lebih cantik dariku?" Saga tanpa malu mengangguk.
"Tapi kau lebih menarik." Tidak tahu harus menampakan bentuk muka apa, tapi dalam hati Lizzy tertawa puas karena bisa membodohi pria di depannya ini.
Lizzy terkesiap sewaktu Saga mendekatkan wajahnya bermaksud akan mencium bibir Lizzy yang menggoda. Dalam waktu singkat Lizzy mengalihkan pandangannya ke kiri mengusahakan agar kemauan Saga tidak tercapai.
Akan tetapi Saga dengan lihai memegang salah satu pipi Lizzy dan ditolehkannya menghadap balik bertatap muka dengannya. "Kali ini aku tak mau ada penolakan." Mata Lizzy terpejam ketika bibir Saga menyentuh bibir Lizzy.
Seluruh badan Lizzy yang kaku dirasakan oleh Saga. Alasan itulah Saga membiarkan posisi mereka selama beberapa menit sampai tubuh Lizzy tidak tegang.
Saga mundur untuk memandang wajah Lizzy yang memerah. Dalam sekejap, Saga meletakkan bibirnya lagi menekan tepi mulut Lizzy kali ini dia melumatnya dengan lembut. Tak kuasa menahan desiran dalam tubuh Lizzy membalas ciuman Saga dengan menggebu-gebu.
Suara decapan yang ditimbulkan, menambah hasrat keduanya untuk memperdalam ciuman mereka. Gejolak mereka semakin berkoar-koar akan tetapi suara bel apartement berbunyi tanda ada seorang tamu yang datang.
Lizzy melepas ciuman dengan Saga. "Ada tamu." ujarnya pelan. "Biarkan saja, kau cukup fokus padaku." Saga kembali mengecup setelah berkata demikian namun hanya singkat sebab Lizzy mendorongnya kasar.
Gadis itu mengubah posisinya menjadi duduk. Membetulkan penampilannya yang sedikit acak lalu melangkah maju ke pintu di mana tamu yang tak sabaran sudah memencet bel berulang-ulang kali.
Pintu terbuka menampakkan seorang wanita yang melipat tangan di dada. Raut mukanya tak bersahat memandang pada Lizzy.