Chereads / TRUTH (ketika cinta harus memilih) / Chapter 2 - Antara Aku, Kau dan Sebuah Impian

Chapter 2 - Antara Aku, Kau dan Sebuah Impian

Lama, lama sekali ku terdiam. Menyerahkan segala hati dan pikiran ku untuk masuk kedalam Lamunan ku tentang Farah juga Dita. Hingga tak terasa jikalau bel sudah berbunyi.

"Selamat pagi murid-murid" seorang guru tiba-tiba masuk kedalam kelas, menyadarkan ku dari lamunan ku yang begitu dalam.

"Selamat pagi Bu" semua murid menjawabnya serentak.

"Hari ini ada murid pindahan baru, silahkan masuk!!" lanjut bu guru sembari menarik bangku nya keluar dari bawah meja dan kemudian dia segera duduk.

"Perkenalkan dirimu nak" ibu guru mempersilahkan anak itu memperkenalkan dirinya, yang tidak lain adalah Dita yang kemarin menabrakku.

"Selamat pagi semuanya, perkenalkan namaku Dita Ratnandya. kalian bisa panggil aku Dita. Mohon kerjasamanya" ucap Dita memperkenalkan diri.

"Kalau begitu, Dita, silahkan pilih tempat dudukmu. Kamu bisa duduk di sebelah ridho atau di belakang adi."

Dan ternyata, dita memilih untuk duduk di belakangku.

"Ahhhh... sial, kenapa juga dia harus duduk di belakangku." aku sedikit mengumpat dalam hati.

"Hei, adi. Ternyata kita sekelas ya" dia menyapaku dengan senyum terkembang di bibirnya.

"Diamlah!! Kita sedang belajar!!!" ucapku dengan nada berbisik padanya.

"Hmmmmm, jutek amat sih" balas Dita.

Aku hanya terdiam dan memperhatikan bu guru yang tengah mengajar.

....

"Hi, Dita, kamu pindahan darimana??"

"Dita, aku Reni."

"Dita, mau ikut ke kantin gak??"

Semuanya berkerumun ditempat duduk Dita, membuatku menjadi benar-benar risih dengan keramaian ini, dan membuatku menjadi pusing seketika itu juga. Arrggghhhh. ...

Aku pun pergi keluar kelas.

"Hei, nyelonong ajah sih?" Tiba-tiba Dita menggapai lenganku dari belakang.

"Ehhh emmm ada apa??" Ucapku terbata.

Dia pun hanya tersenyum.

"Ahhhh, ehhh gak, maksudku, kenapa?" tanyaku dengan nada  yang masih saja terbata-bata.

"Ngajakin kamu istirahat bareng lah, ngapain lagi??" jawab Dita.

"Ehhh?? Gak usah! Aku dah biasa sendiri."

"Udahlah, ayo!!" Dia menarik tanganku, dan aku tidak bisa menolaknya. Ku biarkan langkah kaki ku mengikuti langkah kakinya.

Dan saat itu terjadi, aku melihat Farah yang sedang berbincang dengan temannya, namun entah mengapa tiba-tiba ia menatapku. Aku jadi teringat, sebenarnya apa yang Dita katakan pada Farah tadi pagi.

Aku bertanya-tanya dalam hatiku. "Ahhhh, sungguh membingungkan, gadis ini." ucapku dalam hati.

"aku menemukan tempat rahasia loh. Kamu mau ikut kan??" tanya Dita padaku.

"Kenapa aku harus ikut??" jawabku sembari melontarkan pertanyaan balik padanya.

"Karena kamu temanku" jawabannya membuatku merasa sedikit tersipu karena aku baru mengenalnya kemarin dan dia adalah satu-satunya wanita yang mau dekat denganku.

"Tadaaaaa.... lihat!! Ada kolam ikan disini"

"Ternyata ini toh" aku bergumam dalam hati. "ini mah tempat biasa ku menghabiskan waktu istirahat sembari membaca buku." Lanjutku dalam hati

"Ohhhh, " ucapku menjawab apa yang Dita ucapkan sebelumnya.

"Ungkapan macam apa itu "ohhh" ????" tanya Dita dengan raut wajah yang sedikit kesal.

"Ehhh, maksudku, benar-benar tenang ya disini." aku mencoba membangkitkan mood nya lagi. Dan tak lama dia pun tersenyum. Kemudian aku pun duduk dipinggiran kolam ikan itu disusul olehnya yang ikut duduk pula disampingku, dekat sekali sampai-sampai aku bisa mencium aroma Parfum yang dia gunakan. Benar-benar wangi yang menenangkan.

"Aku akan membantumu mendapatkan cintamu" ia berhenti sejenak dan kemudian menatapku. "gadis yang bernama Farah itu." Ucapnya tiba-tiba memecah kebisuan.

"Gak, aku gak butuh bantuan mu." jawabku singkat.

"Hei... aku tidak bertanya padamu apakah kau mau atau tidak, ku bilang aku akan membantumu."

"hhhh" aku menghela nafas."begini, jikalau memang iya aku menyukai Farah, ku pikir itu bukan urusanmu. Lagi pula, asal kamu tahu, Dino sahabatku itu menyukai Farah, dan aku tidak mau merebut gebetan sahabat ku sendiri."

"aku udah tanya ke Dino, dan kau tahu? Dia sudah mengetahui jikalau kamu menyukai Farah, dan dia tidak melarangnya. Dia pun mendukungmu." Dita menjelaskan sesuatu yang menjadi kekhawatiranku selama ini. Dan itu membuatku sedikit lega, jikalau memang Dino tidak merasa marah dan malah mendukung perasaanku kepada Farah. Tapi tunggu, sejak kapan dia mengenal Dino. Aku sedikit berpikir.

"Pertama-tama aku ingin kamu dapat lancar berbicara saat bersamanya." lanjut Dita.

"Tunggu tunggu tunggu, baru kemarin kita kenal, dan hari ini kau bertingkah seolah kamu teman baikku, aku gak mau ngelakuin perintahmu."

Aku mulai meninggalkannya di tempat itu. Namun tiba-tiba saja ia menarik tanganku, dan membuatku terpeleset jatuh sehingga tubuh ku terjatuh diatas tubuhnya dan hampir saja ku mencium bibirnya.

Waktu seakan berhenti saat itu. Membiarkan aku dan dia lebih lama dalam posisi itu.

"Heiii, cepat bangun!! Kau menyakitiku, tau!!!" Teriak Dita kesakitan.

"Ehhh ahhh anu, maaf."

Aku segera bangkit seraya membungkuk sembari mengatakan maaf padanya.

"Kamu gak apa-apa kan??" Tanyaku sambil mencoba melihat keadaannya seinchi demi seinchi.

Dia hanya terdiam, dan entah kenapa, aku melihat mukanya memerah.

Bukkkk!!!!

Dita menendang kakiku.

"Arrggghhhh, apa yang kamu lakukan!?" Aku meringis kesakitan karena tendangannya yang begitu keras.

"Karena kau mesum dan mencoba mencium ku!!" jawab Dita sembari memanyunkan bibirnya.

"Apaaaa??? Aku gak bermaksud seperti itu, maaf"

Dia pun hanya terdiam

"Yaudah. Aku mau balik ke kelas. Bye"

Dia pun berubah jutek, dan meninggalkanku di pinggiran kolam di belakang sekolah. "apa salahku !?!?"

....

Hari berganti, dengan Dita yang berubah menjadi dingin padaku. Setelah kejadian kemarin, saat ku terjatuh dan hampir menciumnya, alhasil dia menjadi diam padaku seharian penuh. Dan hal itu membuatku tak hentinya memikirkannya, memikirkan bagaimana cara untukku meminta maaf padanya. Walau aku pun berpikir, kenapa juga aku harus memikirkan dia. Karena aku pun baru mengenalnya kemarin.

"kenapa pas bareng gua, lu diem mulu, di?." tanya Dino yang sedari tadi duduk disampingku. Pertanyaannya memudarkan lamunanku.

"Banyak pikiran, aku Din" jawabku.

"Mikirin apa sih lu?" Dino kembali bertanya.

"nggak penting juga sih." jawabku mencoba mengakhiri topik pembicaraan.

"Kalo gitu, cepetan! Hari ini jadi kan kita maen game dirumah gua? Jangan bilang lu takut"

"Hei, jaga mulutmu kawan, gue nggak pernah takut maen game ngelawan lu. Tapi kalo hari ini, rasanya gue nggak bisa deh."

"kenapa ? Tumben amat lu nggak mau maen game, gak kangen lu sama joystick nya?." Tanya Dito dengan beribu rasa penasaran yang menggelayuti hatinya.

Tiba-tiba saja Dita menarik tanganku tanpa sempat ku menjawab pertanyaan Dino.

"Pinjem adi dulu ya Din" ucap Dita pada Dino.

"Bukannya dia itu murid pindahan yang kemarin ya??" Dino membatin. "Oh yaudah bawa aja" teriak Dino membalas ucapan Dita.

"Apa mereka udah jadian kali ya??? Tapi koq adi nggak bilang apa-apa tentang dia ke aku" ucap Dino kembali membatin.

...

Dita membawaku ke suatu tempat, dimana ditempat itu aku bisa melihat danau yang terlihat kemerahan karena gradasi warna yang diakibatkan oleh matahari yang hampir tenggelam. Ya .. indah memang...

"Ku dengar, kau suka membuat puisi. Kenapa tak kau ungkapkan perasaan mu lewat puisi yang kau buat itu??" Seketika Dita memecah keheningan dengan pertanyaannya.

"Mmmm, apakah itu bisa?? Aku malu. Aku tidak ingin dia membaca puisi buatan ku."

"Tidak tidak tidak, kau tau. Semakin kau pesimis seperti itu, semakin kau jauh dari apa yang kamu sebut mimpi itu." Ucap Dita sembari menatap mataku.

"Bukan, bukan seperti itu" jawabku.

"Lalu apa itu?" Dita kembali bertanya dengan sedikit mengernyitkan dahinya tanda ia penasaran.

Aku hanya terdiam. Lagi, aku tak mampu melanjutkan pembicaraan ku.

"Gak mau jawab?? Yaudah." lanjut Dita.

Kemudian dia memasang headset ke telinganya. Dia pun asik mendengarkan lagu yang keluar dari headset itu sembari menikmati suasana. Dia tampak sangat mempesona dengan cahaya matahari kemerahan yang menjadi latar belakangnya. Ya, dia memang cantik meski dengan gayanya yang sedikit tomboy dan acuh tak acuh itu. Tak sadar, aku pun memperhatikannya detik demi detik.

"Ada apa?? Kamu dah mau jawab??" Tiba-tiba Dita menatap ku yang tengah terpesona padanya. Membuatku benar-benar salah tingkah.

"Eehh .. Nggak koq." jawabku sejadinya.

"Terus kenapa kamu lihatin aku kayak begitu?? Tanya Dita sembari melepas headsetnya yang sedari tadi terpasang di telinganya.

"Ehhhhhhhhh... itu lagu apa yang kau dengarkan itu??" Aku menunjuk handphonenya. Kembali, aku menjawab asal-asalan.

"Nih aku kasih dengar" Dia pun memasangkan headset sebelah kanan nya padaku, kita duduk sangat dekat, hingga aku sedikit bisa merasakan hembusan nafasnya.

"Kau tau band ini??apa kau mengidolakannya juga??" tanyanya.

"Ahh, tidak juga." jawabku singkat.

"Jawaban macam apa itu. Asal kau tau, mungkin cuma musik yang dapat mengisi hari-hariku dengan penuh warna." ucapnya sedikit protes.

"Yah, mungkin saja. Kau kan tak mau berteman." jawab ku dengan nada mengejek.

"Siapa yang tak mau berteman???" tanyanya.

"Kamu" jawabku kembali singkat.

"Aku memiliki teman, cuma aku tak suka berkumpul dengan mereka."

"Lalu kenpa kau malah mau berbicara dengan ku?"

"Karena aku ingin membantumu untuk mendapatkan cintanya Farah"

"Aku tak pernah memintamu untuk membantuku, tau!!"

"Anggap saja ini layanan gratis. Ngomong-ngomong kau harus bisa berkencan. Dan mulai besok kau akan latihan denganku"

Aku hanya terdiam, karena ku tau, semakin aku banyak bicara, semakin banyak juga dia bicara. Dia benar-benar merepotkan, namun tanpa kusadari, aku semakin baik dalam berbincang dengan wanita. Mungkin karena aku telah berteman dengannya??? Dan dia lah wanita pertama yang mau berteman dekat denganku.

....

Puisi Cinta Untukmu, Rindu!

Lantunan puisi cinta mengalun bak irama yang merdu,

Melihat dia yang anggun berjalan dihadapanku,

Membuat diriku terdiam dan terpaku.

Dia sangat menawan, senyumnya mampu luluhkan hati dan jiwaku.

Aku cinta dia, oh Tuhan.

Sampaikan rasaku, luluhkan hatinya.

Buat dia jua mampu mencintaiku, meski hanya sesaat dalam hidupku.

Sebait cinta, kutulis bersama rindu yang kian menggema dalam hatiku.

Yang ku ikat erat bersama kasih yang kusebut disetiap lantunan doa di setiap waktuku.

....