Now playing : SNSD - Time Machine
***
Tidak ada hal lain yang dapat Lamanda lihat saat terbangun kecuali ruang luas berkabut putih yang sepertinya tidak berbatas. Ia sendiri. Satu hal yang membuat jantungnya berdegup tidak teratur. Ia dapat merasakan betapa dingin tangannya saat ini. Kemudian ia memberanikan diri melangkah mencari jalan keluar agar segera terbebas dari rasa sepi dan ketakutannya.
Walaupun ragu Lamanda terus berjalan entah ke arah mata angin mana yang jelas ia mengikuti intuisinya. Karena mendadak ia buta arah.
Ia berhenti mendadak ketika melihat pemandangan yang tidak begitu asing baginya. Pemandangan yang muncul dengan perlahan. Awalnya buram namun perlahan fokus itu menjadi semakin jelas. Lamanda mengerjap. Itu adalah Restoran Seafood.
Ia mendekat dan masuk sambil menatap satu persatu pengunjung restoran yang seperti mengabaikannya. Kemudian ia sudah berada di dekat gadis dengan seragam biru putih. Lamanda mengerjap beberapa kali lagi. Ia mundur selangkah karena terkejut. Itu dirinya. Gadis didekatnya itu adalah dirinya, beberapa tahun lalu, belum genap seminggu setelah MOS SMP. Ia bahkan melihat Arsya, Kaila, dan.. ayahnya serta perempuan itu.
Ini memori.
Lamanda memasuki memorinya sendiri.
"I hate you!! Why you kiss my father? "
Lamanda menahan nafas ketika diri dalam memorinya berteriak. Lamanda ingat itu semua.
"He's my father. Dont take him. Damn you whore!!"
Terlihat Lamanda yang sedang mencak-mencak sambil terisak dan mencoba menjangkau seorang wanita di depannya. Di belakangnya Arsya dan Kaila mencoba menarik dan menenangkannya. Sedangkan dua orang dewasa dihadapanya mulai gelagapan sekaligus malu menjadi pusat perhatian pengunjung restoran.
"Apa tante ini yang buat ayah nggak pulang ke rumah? Jawab ayah!!" teriak Lamanda histeris. Air matanya mulai mengalir deras.
"Pokoknya ayah pulang!! Ayah deng--"
Belum sempat menyelesaikan perkataannya Rian menyeret Lamanda keluar Restoran bersama perempuan disampingnya.
"Malu-maluin." desis Rian lalu menghempaskan tubuh Lamanda di tempat duduk belakang mobil.
Kemudian semua memori itu melebur. Perlahan menghilang. Lamanda menoleh ke sembarang arah. Tidak ada.
Hingga ia melihat kepingan memori itu lagi. Latarnya berubah. Bukan restoran seafood lagi tapi rumahnya sendiri. Lamanda mendekat dan menarik pagar putih dihadapannya namun tidak bisa. Pagar itu tidak teraih seolah tangannya bisa menembusnya. Kemudian ia mencoba menerobos tanpa membukanya. Dan bisa.
Ia mulai berjalan memasuki rumahnya. Memori itu semakin jelas disana. Saat itu setengah gerimis. Tidak hujan tapi langit begitu gelap.
Dalam memori itu Lamanda melihat dengan jelas ketika Rian mulai memasuki kamar meninggalkan dirinya dan perempuan tadi di ruang tamu. Kemudian Flora yang sepertinya sedang memasak keluar dari dapur dan menatap bingung Lamanda yang menangis sambil sesenggukan. Lalu Flora bergegas menghampiri dan duduk disampingnya.
"Kenapa nangis?" tanyanya sambil menghapus air mata Lamanda. Ia mendongak menatap perempuan yang dibawa Rian tadi.
"Kamu apakan anak saya?!" tanyanya geram.
"Nggak aku apa-apain."
Lamanda menggeleng. " Dia mau ambil ayah dari kita, bunda. Dia.. Dia cium ayah. Aku lihat sendiri." Lamanda semakin kejer. Ia menutup wajahnya dengan telapak tangan.
Kemudian ia merasakan tubuhnya terengkuh. Hangat. Lamanda merasa sedikit tenang dalam pelukan Flora.
Setelah itu terdengar suara dari pintu kamar yang terbuka. Rian terlihat sedang menenteng dua koper dan satu tas dipunggungnya.
"Ayo," ucapnya sambil menarik perempuan yang tadi dibawanya tanpa mempedulikan Flora dan Lamanda.
"Mau kemana kamu, Rian?" tanya Flora.
"Aku mau hidup sama kebahagiaan aku. Jangan ganggu hidup aku lagi. Kita selesai."
Kalimat tadi membuat Flora mematung di tempat. Lamanda menggeleng. Saat itu ia merasa bahwa semuanya hanya mimpi buruk. Dan ia yakin, besok pagi setelah ia bangun. Semua akan lebih baik-baik saja.
Lamanda merasakan sakit menjalar di hatinya melihat adegan itu. Ia mencoba mengejar Rian yang sudah di ambang pintu. Namun ia merasakan tubuhnya seperti terhuyung ke depan ketika diri dalam memorinya menerobos tubuhnya. Mengejar Rian lalu memeluk kakinya.
Lagi-lagi Lamamda membeku menyaksikan kejadian tersebut.
"Ayah jangan pergi. Lamanda janji nggak akan nakal lagi, janji nggak akan nyusahin apalagi sakit-sakitan lagi. Lamanda janji akan belajar ekonomi kaya Kalka, mau belajar main futsal terus jadi juara kaya Kalka. Lamanda janji ngelakuin apapun dan nurut sama ayah asal ayah jangan pergi."
Lamanda mengepalkan tangannya. Ia menutup rapat matanya, mencoba menutup segala celah yang membiarkan memori itu kembali nampak ke permukaan.
Ia membuka matanya kembali. Memori itu masih sama. Tidak ada yang berubah sedikitpun.
Flora merengkuh tubuh Lamanda lalu mencoba menarikanya kembali ke dalam rumah. Membiarkan Rian dan perempuan itu masuk ke dalam mobil lalu pergi. Jauh.
Lamanda menangis. Benar-benar menangis. Ia terduduk di lantai sambil menangkup wajahnya. Harusnya memori itu tidak pernah lagi ia ingat dan datangkan kembali bersama luka dan rasa sakit.
Kemudian ia memilih keluar rumah. Meninggalkan memorinya lalu kembali berjalan tidak tentu arah. Semua memudar kembali ketika ia menerobos pagar. Membuat ruangan menjadi berkabut putih kembali.
Tidak lama berjalan potongan-potongan memorinya kembali menyeruak, samar-samar dan tidak beraturan.
Pertemuannya dengan Davino..
Jalan pertama mereka..
Saat pertama bundanya membuka kios bunga..
Lamanda memejamkan mata beberapa kali berharap semua akan hilang ketika ia membuka mata.
"STOP IT. I DON'T WANT TO REMEMBER!!" teriaknya ketika memori itu mengelilinginya. Tubuhnya seolah berputar, ia muak. Kemudian ia terisak.
"Stopp it, please.." lirihnya. Lalu ia membuka mata kembali.
Memori itu masih ada. Tidak ada yang mau kembali ke dasar. Semua muncul ke permukaan.
Lamanda melihat semuanya.
Saat kecelakaan bersama Davino.
Saat dirinya sempat kritis lalu bangun dengan keadaan gelap menyergap dirinya.
Saat dirinya divonis buta.
Saat dirinya histeris dan semua orang menyembunyikan keberadaan Davino.
Hal itu membuat Lamanda menjambak rambutnya sendiri. Sekuat apapun ia mengunci masa lalunya, semuanya tetap menghantuinya kembali.
Lamanda beranjak dari duduknya lalu ia berlari. Lamanda tidak lagi menoleh kebelakang. Ia hanya fokus mencari jalan keluar. Kemudian ia berhenti tepat di depan tiga lorong berbeda. Lorong itu seperti portal yang akan membawanya ke suatu tempat yang berbeda.
Lamanda menoleh ke belakang. Takut memori itu kembali menampakkan diri. Ternyata tidak ada. Ia kembali menghadap depan. Mengusap air matanya lalu berfikir jalan mana yang harus ia pilih.
"Ayah jangan pergi!!"
"Davino awas!!"
"Bunda bilang sama ayah kalau Lamanda sayang ayah."
Lamanda menoleh mendengar suara-suara itu. Sial. Semua memorinya mengelilinginya. Lamanda menutup telinga tidak ingin mendengar apapun.
Saat pikirannya kacau, Lamanda memilih memasuki random lorong di hadapnnya. Ia berlari sekuat tenaga melewati lorong panjang yang ternyata gelap itu. Lamanda dapat merasakan tubuhnya bergetar, ia takut gelap. Namun ia memaksakan berlari karena memori itu mulai terpampang di dinding-dinding lorong.
"Anyone. Help me!!" teriak Lamanda. Dirinya sangat kacau saat ini. Rambutnya bahkan setengah basah karena keringat.
Lamanda berlari sambil menutup mata ketika kelebatan memorinya bahkan mencoba menghalangi jalannya. Ia menerobos semuanya.
"Go away!!" pekik Lamanda.
Lamanda berbalik lalu berjalan mundur, tanganya memukul-mukul memori itu berharap mereka hancur dan menghilang namun gagal. Mereka seperti banyangan.
"DONT BOTHER ME!! AAAAAKKH"
Itu kalimat terakhir Lamanda yang diucapkan sebelum dirinya terjun ke dalam jurang tepat di ujung lorong.
Lamanda memejamkan matanya. Merasakan angin meniup rambutnya ke atas sambil menunggu moment dimana ia akan mendarat dengan tubuh yang hancur.
Sedikit lagi. Semuanya pasti akan berakhir.
Lamanda dapat merasakan benturan keras di punggungnya. Tidak ada rasa sakit. Perlahan ia mencoba membuka matanya. Sangat sulit. Terasa sangat berat. Ia mencoba membuka matanya sekali lagi dengan sedikit paksaan. Berhasil.
Lampu di atas langit-langit menyambut penglihatannya. Kemudian ia mengedarkan pandangan ke sebelah dan melihat bundanya sedang menggenggam tangannya sambil menangis. Lamanda ingin mengatakan sesuatu namun tidak bisa, ia tidak bisa berbicara. Napasnya pun sesak.
Lamanda kemudian melihat Kalka yang duduk di sofa sambil menangkup kepalanya. Lalu ia kembali memandang bundanya yang masih menangis. Genggaman pada tangannya semakin erat membuat darah naik ke atas selang infus.
Tunggu dulu. Infus?
Lamanda mengamati kembali ruangan tempatnya sekarang. Ruangan ini didominasi warna biru pucat dengan beberapa polesan putih di beberapa sudut dinding. Ia melihat korden, nakas, kursi, lalu ia sadar bahwa dirinya saat ini terbaring di atas brankar rumah sakit.
Lamanda ingin bangun. Tapi tidak bisa seakan ada sesuatu menindihnya membuat ia kembali merasakann sesak.
Kemudian ia merasakan bahwa dirinya masih tertidur, sedetik kemudian ia merasa seperti terbangun. Ia tidak bisa bergerak bahkan berbicara seakan sendi-sendinya lumpuh. Lamanda ingin bebas dari semua ini. Ia memejamkan mata kembali. Lalu ia menghitung mundur untuk membuka mata. Setelah ini ia akan benar-benar terbangun dan kembali ke dunianya.
Tiga..
Dua..
Lamanda menahan nafas. Ia merapalkan doa-doa yang dulu bundanya ajarkan. Semuanya akan baik-baik saja.
Satu..
Lamanda mulai membuka mata kemudian..
Gelap.
Ia kembali ke lorong tadi. Tubuh Lamanda kembali bergetar hebat. Harusnya tidak begini. Apakah ia salah menghitung?
Lamanda mulai meringkuk. Menenggelamkan wajahnya dalam lekukan kakinya. Ia menangis sepuasnya. Ia sudah lelah mencari jalan keluar lalu setelah hampir berhasil ia harus kembali kesini.
Kemudian, tidak sampai lima detik samar-samar ia mendengar teriakan.
"Ka, cepet panggil dokter!!"
Lalu Lamanda mendengar suara tangis, tidak begitu jelas karena kemudian Lamanda tidak sadarkan diri. Jatuh di atas dinginnya lantai lorong gelap itu.
***
Gimana perasaan kalian setelah baca ini?
Grup WA chat di 082329534750, jadi ini grup buat info update dan lain2 soal Grey dan ceritaaaa akuuuu lainnya oke. Buat ngerumpi juga hahahaha. Buat curhat, sharing, dan apapun ituuu.