Di luar harapan Raina maupun sistem, keesokan harinya, Ganesha datang ke kamarnya untuk menjemputnya. Dia bahkan datang dengan sarapan lengkap dan sekotak susu stoberi.
"Sistem, apa aku melewatkan sesuatu?"
"Tuan, aku juga ingin menanyakan pertanyaan yang sama~"
"..."
Hari itu, Ganesha tiba-tiba menjadi seseorang yang berbeda. Sebelumnya, dia juga perhatian dan lembut pada Raina. Tetapi, hari ini, dia menjadi lebih perhatian dan berhati-hati hingga bahkan jika Raina menabrak meja secara tidak sengaja, dia akan menjadi panik dan cemas.
Sistem: "Tuan, kamu menyebut itu perhatian? Itu maniak!"
"Bukankah itu hanya beda tipis?"
Sistem: "..."
(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Sistem kecil memutuskan untuk membuka kotak obrolan grup dengan sistem-sistem lainnya sambil menahan air mata.
{ Aliansi Sistem Kecil Baik Hati (9 anggota) }
009: Darurat! Darurat! Tuanku memiliki EQ rendah, apa yang harus aku lakukan?! Menunggu jawaban cepat. QAQ
004: *menyalakan lilin*
008: +1
003: +1
007: +999
001: Sembilan kecil, kamu sudah memiliki tuan?
009: Kakak pertama~ QAQ
009: Ya, aku baru saja mendapatkannya tapi dia memiliki EQ rendah dan kami tidak bisa bekerja sama, apa yang harus aku lakukan?!
009: Kakak pertama, tolong aku!!~
002: Sembilan kecil, bukankah kamu sistem cinta pertama?
009: Ya~
002: Apa misi sistemmu?
009: Um? Menjadi cinta pertama yang tidak bisa dilupakan? Kakak kedua, kenapa kamu menanyakan hal itu?
002: ...
007: ...
001: ...
001: Aku sistem penghancuran kapal.
009: Jadi?
002: Misinya adalah untuk menghancurkan semua pasangan dalam alur cerita, bagaimana kamu bisa meminta nasehatnya? Apa kamu mau misimu gagal?!
009: QAQ
009: Aku tidak tahu~
009: Apa itu berpengaruh?
001: ...
002: ...
007: (ノ`□´)ノ⌒┻━┻
007: Kamu begitu bodoh. Apa kamu benar-benar diciptakan pemilik?!
008: Aku tidak berharap memiliki adik idiot.
003: Dia bukan idiot, dia hanya cacat otak.
009: ( QAQ )
009: Kalian semua jahat~
Sistem 009 semakin terluka saat membaca obrolan dari grup obrolan miliknya.
"Sistem?"
"Tuan?~" Sistem menjadi bersemangat saat mendengar panggilan dari tuannya.
"Kamu tidak menjawab panggilanku berkali-kali. Aku pikir kamu sudah mati."
Sistem: ( QAQ )
"Amelia?" Ganesha menatap Amelia yang sedang melamun dengan ragu.
"Ya?"
"Tidak apa-apa." Ganesha memberikan senyum cerah.
"Ganes, apa yang terjadi padamu?" Raina bertanya dengan serius.
"Apa kamu demam?" Raina menyentuh dahi Ganesha. "Tidak panas...?"
Ganesha menampar tangan Raina dengan lembut. "Apa yang kamu pikirkan?" tanyanya dengan bibir berkerut.
Raina menatap pria yang sedang bertingkah imut dengan wajah datar: "..." Nak, kamu menghancurkan citra dewamu tepat di depan orang yang menyukaimu. Tidakkah kamu akan menyesal?
"Kamu bertingkah aneh hari ini," ucap Raina.
Ganesha memerah.
"..." Ya Tuhan, kenapa dia semakin memerah. "Sistem, bisakah kamu mengecek kondisi kesehatannya? Dia terus memerah tapi suhu tubuhnya normal. Apa dia menderita penyakit aneh yang langka?"
Sistem: "..." Tuan, kamu sakit! Seluruh keluargamu sakit!
"Tuan, sistem hanya bisa melihat statistik kesehatan tuan dan baru bisa melihat statistik kesehatan orang lain setelah mencapai level yang ditentukan~" jawab sistem dengan nada manja yang profesional setelah puas mengutuk tuannya.
"Sistem bisa ditingkatkan?" tanya Raina sedikit terkejut.
"Tentu~"
"Bagaimana caranya?"
"Bekerja keraslah dan selesaikan lebih banyak misi~"
"..."
"Amelia," panggilan Ganesha membuat Raina menghentikan percakapannya dengan sistem. "Aku hanya merasa bahwa aku harus membalasmu. Kamu menyukaiku tapi selama ini aku tidak menyadarinya. Aku... Aku ingin memberimu kompensasi."
"Apa kamu menyukaiku?" tanya Raina.
"A-aku tidak tahu." Ganesha menggaruk kepalanya dengan kikuk.
"Jangan melakukan semua ini kalau kamu tidak menyukaiku! Kamu... kamu membuatku bingung..." Raina berkata dengan suara bergetar sebelum berlari pergi.
"Tuan, kenapa kamu berlari? Tidakkah kamu harus menyikat perasaannya sampai habis lalu mematahkan hatinya?" tanya sistem.
"Apa kamu tidak pernah membaca? Menarik ulur perasaan seseorang adalah cara yang terbukti manjur untuk membuat seseorang tertarik padamu," jawab Raina.
"Tapi perasaannya padamu sudah sembilan puluh persen. Kamu hanya perlu merayunya sedikit dan..."
"Cih. Cara semacam itu terlalu mudah."
"..." Jadi, kamu mempersulit dirimu sendiri?
"Amelia! Amelia! Tunggu aku!" Ganesha berusaha mengejar Raina tapi kehilangan jejaknya di tengah jalan.
"Aktingmu cukup bagus. Kenapa kamu tidak menjadi artis?"
Langkah Raina terhenti saat mendengar suara yang tidak asing baginya.
"Begitukah?" Raina menatap pria yang sedang duduk di atas tembok pembatas.
Geni mengangguk. "Aku terkesan."
Sistem yang ada di dalam benak Raina juga ikut mengangguk mendengar komentar ini. Raina tidak bisa melihat wujud sistem tapi dia selalu bisa merasakannya dan itu membuatnya kehabisan kata-kata.
"Kenapa kamu di sini? Aku pikir kamu tidak akan kembali setelah kejadian kemarin," tanya Raina mengalihkan arah pembicaraan.
"Apa kamu tidak merindukanku?" Geni bertanya dengan ekspresi sedih. "Aku pikir kamu merindukanku. Jadi, aku datang kemari."
"Berhenti berbasa-basi." Raina berkata dengan dingin.
"Jangan terus-menerus mengerutkan kening~" ucap Geni dengan nada menggoda. "Kamu akan cepat tua nanti."
"..."
"Apa kamu tidak bosan?" tanya Geni sambil mengamati sekitarnya. "Di sini begitu sepi dan orang-orangnya hanya tahu cara belajar."
"Bagaimana kalau kita berjalan-jalan?" tanyanya sambil meliriknya nakal.
"..."
"Ayolah~"
"..." Terkadang Raina merasa curiga karena Geni seringkali terlihat mirip dengan sistemnya.
Dengan rayuan dan paksaan Geni, Raina akhirnya membolos kelas dan mengikuti pria itu pergi.
Setengah jam kemudian, mereka sampai di lokasi yang mirip dengan pasar di dunia asli Raina. Hanya saja ada beberapa perbedaan mencolok diantara mereka seperti barang-barang aneh yang dijual di dalamnya.
Raina tidak berkedip untuk beberapa saat ketika mengamati berbagai macam kereta yang bercahaya. Apa ini karena sihir?
Geni menahan senyum saat melihat Raina yang mengamati sekelilingnya dengan penuh perhatian. "Apa ini pertama kalinya kamu membolos dan pergi ke sini?"
Raina menyapu ingatan Amelia dan mengangguk.
Geni tertawa pelan. "Kalau begitu kamu telah menyia-nyiakan terlalu banyak waktu di dalam bangunan membosankan itu. Ayo, kamu tidak akan menyesal jika mengikutiku!" ucapnya sambil menarik tangan Raina.
Raina yang memang ingin tahu tidak menolak ajakan Geni dan mengikutinya tanpa memprotes.
Mereka berdua berkeliling sambil melihat-lihat barang yang mereka, atau lebih tepatnya Geni anggap menarik.
Raina merasa bahwa pandangannya tentang dunia goyah saat melihat barang-barang aneh itu. Ada kotak yang bisa digunakan untuk melakukan perjalan ruang dan waktu, tas kecil dengan penyimpanan dimensi hingga tak terbatas, batu energi yang merupakan versi tak terbatas dari batu baterai, dan masih banyak lagi.
"Apa itu?" Raina menatap setumpuk barang di tangan Geni. Tunggu... Kapan dia membeli barang-barang itu? Kenapa aku tidak melihatnya?
"Ini?" Geni melirik barang di tangannya lalu mengalihkan pandangannya ke Raina.
"Ini untukmu. Bawa semua ini bersamamu dan jangan pernah menghilangkannya atau aku akan membunuhmu," tambahnya.
"Ini Jepit Rambut Perlindungan Jiwa," ucap Geni sambil memakaikan jepit rambut perak ke rambut Raina. "Itu akan melindungimu dari serangan mental peringkat enam ke bawah."
"..."
"Ini Sutra Penjernih Air," ucap Geni sambil menyerahkan selendang sutra berwarna putih. "Itu bisa menjernihkan air dan udara dari racun tingkat delapan ke bawah."
"..."
"Apa kamu sudah memiliki tas penyimpanan? Aku memiliki cincin penyimpanan untukmu. Ini memiliki ruang dimensi yang luas dan juga bisa menyimpan makhluk hidup selain manusia," ucap Geni sambil menyerahkan cincin sederhana yang terbuat dari emas putih. "Itu jauh lebih praktis. Kamu hanya perlu membuat kontrak dengan meneteskan satu tetes darahmu di atasnya."
"..."
"Ini Jubah Salju Suci," ucap Geni sambil menyerahkan jubah putih bersih dengan bordir perak yang dilipat rapi. "Itu bisa dibersihkan dengan mantra, tahan terhadap api dan air, sejuk saat dikenakan dan terlihat modis."
"..."
"Ini..."
"Ini..."
"Dan ini adalah barang yang paling penting." Geni menunjukkan sepasang kalung dengan liontin bel perak yang memancarkan cahaya samar."
"Ini adalah Bel Pemanggil Jiwa," ucap Geni sambil meneteskan darah miliknya di atas kedua kalung tersebut. "Kamu juga harus meneteskan darahmu di atasnya juga."
Raina menurut saat matanya bertemu dengan mata berkaca-kaca Geni. Kali ini... Mari kita turuti kemauannya.
Geni tersenyum bahagia saat melihat Raina meneteskan darah di atas liontin. "Ini berfungsi untuk memanggil jiwa dari salah satu orang yang meneteskan darah di atasnya. Kamu bisa memanggil jiwaku dan begitu pula sebaliknya."
"Ini yang paling penting?" Raina skeptis.
"Tentu saja. Aku yang paling penting bagimu~"
"..." Maniak narsistik ini...
"Jika kamu dalam keadaan terdesak, kamu bisa memanggilku~"
"..." Nak, kamu menganggap dirimu terlalu tinggi.
"Ayo, pulang!" ajak Geni dengan ceria. Dia terlihat puas dengan apa yang telah terjadi hari ini.
"Tuan, apa kamu baru saja mendapatkan ayah gula?" Sistem yang baru saja kembali tercengang saat melihat barang-barang di tangan Raina.
Melihat dari wajah datar tuannya, sistem tahu bahwa tuannya pasti buta dengan harga barang-barang ini.
"Tuan, bahkan sebuah kota tidak akan cukup untuk membeli jubah itu. Belum lagi barang-barang yang lainnya..."
"..." Raina menatap jubah itu dengan tatapan menginvestigasi. "Itu terlihat tidak berbeda dengan jubah pada umumnya... jika orang tidak memperhatikan bordir perak samar di atasnya."
Sistem: "..." Aku menyerah.
╮(╯_╰)╭