Sudah berjalan hampir setengah tahun semenjak dia mengetahui identitasnya dan sejarah kedua orang tuanya. Sejak Cathy meminta bantuan kakaknya untuk mencari Vincent, Kinsey bersikap dingin dan memberhentikannya dari pekerjaannya.
Sesekali Kinsey akan mengunjunginya dan mengajaknya makan bersama namun bersikap dingin sedetik kemudian tiap kali Cathy menyebut nama Vincent. Pada akhirnya Cathy menyerah dan memutuskan untuk tidak membuat kakaknya kesal. Biar bagaimanapun Kinsey adalah kakak kandungnya, Cathy tidak ingin tiap pertemuan mereka diwarnai dengan suasana tidak enak atau bertengkar.
Tentu saja dia tidak menyerah begitu saja. Cathy mencoba meminta bantuan pada Paul yang rupanya tidak jauh berbeda karena semua anggota tim S termasuk Paul lebih menurut pada Kinsey dan tidak mengabulkan permintaannya. Cathy memutuskan untuk mencari Lest serta Welly, ketua dari tim inti lainnya. Sayangnya dia tidak tahu dimana dia bisa menemukan mereka.
Pada akhirnya Cathy kembali ke aktifitasnya saat sebelum dia bekerja di Alvianc group. Dia mengajar privat dari rumah ke rumah dan menghabiskan waktu bersama ketiga adiknya seperti biasa. Hanya saja... Cathy tidak bisa tersenyum lebar ataupun merasa bahagia seperti sebelumnya.
Bukan karena dia merindukan Vincent, tapi juga karena dia tidak bisa menyingkirkan kebenaran masa lalu keluarganya. Dia ingin bertemu dengan Vincent disaat bersamaan dia tidak tahu harus bagaimana bersikap saat mereka bertemu nanti.
'Vincent akan menderita jika bersamamu. Dia akan hidup dalam bayangan masa lalu. Apa kau ingin Vincent hidup menderita di sisimu?'
Kalimat pamannya terngiang-ngiang di pikirannya. Apakah Vincent akan menderita bila bersamanya? Apakah Vincent tidak ingin tinggal disisinya karena dia adalah putri dari orang yang sudah merusak masa depan dan menjerumusnya ke dalam dunia kekerasan?
Menyadari hal ini membuatnya semakin takut... dihari keduanya bertemu dihari itu pula akan menjadi perpisahan mereka.
Cathy merindukan Vincent dengan amat sangat, bahkan kata 'sangat' tidak bisa melukiskan seberapa besar kerinduannya. Cathy ingin bertemu dengan Vincent disaat bersamaan dia tidak ingin bertemu dengannya.
Lebih baik Cathy tidak bertemu dan merindukannya tapi hubungan mereka masih berstatus kekasih daripada bertemu dan kemudian mereka berpisah untuk seterusnya.
"Cathy..Cathy.."
Sebuah suara memanggil namanya membuyarkan lamunannya.
"Ah, maaf. Tadi kau bicara apa?"
"Tadi aku tanya, apakah kau mau naik ke atas atau tidak. Begitu kau masuk kesini, pikiranmu berada di tempat lain. Para pengunjung akan mengira aku baru saja membuatmu patah hati." jelas Frank dengan maksud humor.
Cathy hanya tersenyum tipis mengerti maksud Frank yang berusaha menghiburnya. Selama enam bulan terakhir ini Cathy sering menyempatkan diri datang ke galeri dengan harapan bisa mengetahui kabar keberadaan Vincent. Dan tiap kali dia ingin menyendiri dia akan naik ke lantai dua dan masuk ke ruang pribadi V. Terkadang dia malah tertidur di meja V selama berjam-jam. Tapi kali ini dia tidak ingin ke atas.
"Tidak. Aku rasa aku sedang tidak ingin naik ke atas. Aku sudah tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan? Frank, jika kau jadi aku.. apa yang akan kau lakukan?"
"Aku akan melupakannya dan mencari yang baru. Aku sering dengar dari para perempuan bahwa hidup akan lebih muda bersama orang yang mencintaimu daripada bersama orang yang kau cintai."
"Vincent mencintaiku... tadinya aku berpikir seperti itu. Sepertinya perasaan orang memang bisa berubah. Apakah perasaanku juga akan berubah? Apakah aku bisa menemukan orang yang benar-benar mencintaiku? Apakah aku bisa mencintai orang itu? Aku sudah tidak tahu lagi."
"Cathy.." desah Frank merasa simpati padanya.
"Jika aku memang harus berpisah dengannya, alangkah baiknya kami tidak pernah bertemu. Dengan begitu aku tidak perlu jatuh cinta ataupun harus merasakan bagaimana berpisah dengan orang yang dicintai." Cathy menghela napas sebelum melanjutkan, "Aku benar-benar menyedihkan, kan?"
Frank tersenyum tipis menanggapinya. Dia berharap gadis muda dihadapannya bisa segera kembali ceria seperti saat bersama Vincent sebelumnya.
"Apa malam ini kau sibuk?" tanya Frank.
"Malam ini aku tidak ada acara. Ada apa?"
"Mau makan malam bersamaku? Sebenarnya akan ada Felis juga yang akan datang. Jika kau tidak keberatan, kau bisa bergabung dengan kami."
Cathy menatap kosong ke arah gambar-gambar terpajang di seluruh dinding gedung. Saat dia tidak sengaja bertemu dengan Felicia di menara Amour, dia baru tahu bahwa Felicia adalah teman Vincent. Rupanya Frank juga mengenal Felicia?
"Sebenarnya apa hubungan Felicia dengan Vincent? Sepertinya mereka sangat dekat. Kau juga, aku tidak tahu kau juga berteman dengan Felicia Bernz."
"Vincent dan Felis tumbuh besar bersama sejak kecil. Bisa dibilang Felicia adalah adik perempuan Vincent. Sedangkan aku.. aku bertemu dengan mereka berdua di kampus. Sejak itu kami bertiga selalu bersama. Jangan salah paham. Vincent dan Felicia hanya bersahabat, hubungan mereka tidak akan pernah lebih dari itu." lanjut Frank saat melihat ekspresi kecewa pada Cathy.
"Dimana tempatnya?" lagipula dia merasa ada beberapa hal yang ingin ditanyakan pada wanita itu.
Setelah menulis alamatnya, Cathy keluar dan menemui Owen. Keduanya berjalan-jalan melintasi bangunan dalam kesunyian.
Owen senantiasa menemani di belakangnya menjaga jarak. Tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh. Dia tahu saat ini nona keduanya membutuhkan waktu untuk menyendiri.
Cathy berjalan melewati tempat-tempat yang pernah ia kunjungi bersama Vincent. Sudah enam bulan dia rutin melewati jalanan tersebut membuat Owen sudah menghapal rutenya di luar kepala.
Meski sudah ratusan kali melewati jalan yang sama, Cathy tidak pernah bosan dengan kesehariannya. Walau tidak ada Vincent disisinya, dia masih bisa melihat Vincent bila ia mendatangi tempat-tempat kenangannya bersama pria itu.
Terkadang dia melihat Vincent tersenyum padanya; terkadang dia merasakan kepalanya diusap lembut oleh tangan Vincent; terkadang dia merasa tangannya digenggam oleh tangan besar nan hangat pria itu. Apapun yang pernah dilakukan pria itu padanya, terkadang dia bisa melihatnya kembali. Cathy tidak peduli apakah Vincent yang muncul adalah bayangan bekas kenangannya atau hanya ilusi. Selama dia bisa melihat wajah pria itu, dia cukup merasa senang.
Sayangnya, tidak peduli seberapa sering dia melihat Vincent, dia tidak pernah mendengar suaranya. Kini dia ragu apakah dia masih bisa mengenal suara kekasihnya atau tidak. Dia bahkan sudah tidak bisa mengingat lagi seperti apa suara Vincent.
Langkah Cathy terhenti saat merasakan sesuatu membasahi pipinya. Jemarinya menyentuh pipinya dan dia melihat jarinya basah karena air matanya. Mengapa dia menangis di siang hari? Apakah hatinya merasa tidak cukup puas menangis di tiap malam?
Menyadari bahwa dia telah melupakan suara Vincent, hati Cathy merasa sekarat. Apakah Vincent akan menghilang dari kehidupannya secara perlahan? Ataukah... hatinya membangun sistem pertahanan dan berusaha mengusir keberadaan Vincent dari pikirannya?
Cathy berjongkok sambil menatap jalanan dengan kosong. Dia mencoba memunculkan bayangan Vincent yang tersenyum padanya... tidak ada. Dia tidak bisa mengingat seperti apa senyuman Vincent. Satu-satunya yang dia ingat hanyalah ekspresi datar Vincent saat menjemputnya di kafe. Pria itu tidak menggenggam tangannya ataupun memandangnya. Dia merasa fisik mereka sangat dekat tapi juga terasa sangat jauh. Kini... jarak diantara mereka benar-benar jauh dan semakin jauh seiring berjalannya waktu.
Sekali lagi air mata Cathy mengalir membasahi pipinya... hanya saja kali ini tanpa suara. Tidak ada yang menyadari bahwa Cathy sedang menangis disana.
-
Malamnya Cathy, Felicia dan Frank makan bersama di sebuah restoran milik kakak perempuan Frank. Tidak seperti yang dibayangkan Cathy, ternyata Felicia menyambutnya dengan ramah. Sangat berbeda saat mereka bertemu di menara Amour.
"Maafkan aku, waktu itu aku sedang mabuk. Aku selalu tidak bisa berpikir jernih jika mabuk. Aku janji aku akan menebusnya mulai sekarang." ucap Felicia. "Jadi apa saja yang kita bicarakan waktu itu? Aku mencoba menghubungimu tapi kau tidak pernah mengangkatnya ataupun membalas pesanku."
Cathy merasa bingung dengan kalimat terakhirnya. Apakah mungkin nomor tak dikenal yang menghubunginya adalah Felicia?
Paul serta Kinsey sering memperingatkannya untuk tidak mudah menerima panggilan dari nomor yang tak dikenal. Sementara pesan.. dia langsung menghapus pesan dari nomor tak dikenal tanpa membacanya terlebih dahulu.
"Maaf.." hanya itu yang bisa diucapkan Cathy. Kalaupun ingin menjelaskan, dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya.
Untuk menghindari kejadian yang sama, kali ini Cathy memastikan menyimpan nomor Felicia.
"Sekarang ceritakan pada kami, bagaimana kau bisa bertemu dengan Vincent? Sepengetahuanku Vincent akan langsung kabur begitu bertemu dengan seorang gadis. Jadi aku sangat terkejut mendengar dia memiliki seorang kekasih. Mengapa kau mengangguku?" Felis mengatakan kalimat terakhir pada Frank karena sahabatnya menyikut tangannya berulang kali.
"Kita bisa membahas hal lain. Bagaimana kalau..."
"Apa maksudmu membahas hal lain? Aku sangat penasaran pada orang yang berhasil memikat hati Vincent. Lagipula Vincent sudah menetapkannya sebagai nomor ke tujuh. Bagaimana mungkin..."
"Bagaimana kau bisa tahu kalau Vincent menetapkannya nomor tujuh?" kali ini Frank yang memotong kalimat Felis.
"Aku pernah melihatnya di ponselnya. Dia menyimpan nomor Catherine sebagai 'My7'."
"Benarkah? Kau yakin?" Cathy bisa melihat sinar mata pada Frank berubah menjadi ceria.
"Aku yakin."
Mendengar ini Frank tersenyum lebar dan memandang Cathy dengan pandangan aneh yang tidak dimengerti Cathy.
Apa maksudnya dia ditetapkan nomor tujuh oleh Vincent? Kenapa Frank terlihat senang dan tersenyum padanya dengan misterius? Cathy sama sekali tidak bisa mengerti apa yang mereka bicarakan.
"Jadi.. bagaimana kalian bisa bertemu?" tanya Felicia kembali pada pertanyaan awalnya.
"Uhm.." Cathy tidak tahu harus menjawab seperti apa. Perasaannya sedang kacau dan juga sedih. Dia merindukan Vincent disaat bersamaan dia tidak ingin membicarakannya. Dengan mendengar nama Vincent saja sudah membuatnya hancur apalagi jika harus mengingat kembali kenangannya bersama pria itu.
"Maaf, aku sedang tidak ingin membicarakannya." jawab Cathy pada akhirnya sebelum akhirnya larut pada pikirannya sendiri.
"Apa yang terjadi?" bisik Felicia pada Frank.
"Vincent menghilang tanpa kabar. Kau juga sudah tahu itu."
"Aku tahu. Tapi bukankah setidaknya Vincent masih menghubunginya? Tidak mungkin. Vincent juga tidak menghubunginya?"
Frank menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Catherine, bagaimana kalau kita ke galeri?" ajak Felicia membuat Frank mendesah.
"Untuk apa ke galeri, dia sudah sering kesana."
"Memangnya dia punya satu galeri?"
"Maksudmu adalah.."
"Ya, yang itu." ucap Felicia dengan yakin.
"Kalau begitu setelah menghabiskan makanan ini, aku akan mengantar kalian."
Frank merasa dirinya tidak begitu pintar dalam menghibur seorang wanita yang patah hati. Felicia pernah mengalaminya dan kini sudah belajar menerima kenyataannya, karena itu dia akan menyerahkannya pada Felicia. Lebih baik membiarkan kedua wanita itu berbicara empat mata dan saling menghibur.