Catherine telah mendengar semua kisah mengenai orangtua kandungnya dari Paul, ketua tim inti S sebelumnya. Sang 'Alpha' sebelumnya bernama Kinsey Paxton, turut bergabung dengan mereka. Beliau sudah sangat tua dan kini duduk di kursi roda.
"Saya seringkali bertanya-tanya apakah saya sempat bertemu dengan nona kedua." ucap generasi kedua 'Alpha' dengan suara yang lemah. "Sekarang setelah melihat anda, saya bisa pergi dengan tenang."
"Ayah.. bukankah ayah janji tidak akan mengatakan hal buruk itu lagi?"
Cathy bisa mendengar kakaknya mengucapkannya dengan nada sedih. Menilai dari sikap kakaknya, Cathy tahu Kinsey sangat menyayangi dan menghormati 'ayah angkat'nya.
Semula Cathy tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini pamannya dan Kinsey mulai memperketat pergerakannya. Dia tidak bisa bebas keluar tanpa seseorang menemaninya. Belum lagi kejadian aneh disekitarnya yang nyaris membuatnya celaka. Kini dia mengerti. Rupanya... menjadi seorang anggota keluarga Paxton jauh lebih buruk dari yang dibayangkannya. Rumor tentang Paxton bahkan tidak ada apa-apanya dibandingkan sebenarnya.
Namun dia masih belum mendapatkan jawaban apa yang diinginkannya. Dia masih tidak mengerti mengapa keluarga Paxton dan Regnz saling bermusuhan. Mengapa mereka saling menyalahkan satu sama lain?
"Uhm.. bisakah anda menceritakan padaku mengenai..hubungan antara ibu kandungku dengan Vincent?"
Kali ini yang menjawab pertanyaannya dan bercerita adalah Paul.
Delapan belas tahun yang lalu, Paul baru saja pulang mengurus rapat dewan direksi mewakili Chloe. Saat itu dia baru tiba di Eastern Wallace pukul sembilan malam. Paul menuju ke ruang kerja Chloe untuk melapor hasil rapatnya. Saat itulah dia mendengar suara Vincent yang sedang marah-marah pada Chloe.
Paul tidak begitu mengingat pembicaraan mereka karena suara mereka cukup teredam dan kalimat mereka tidak bisa didengarnya dengan jelas. Tiba-tiba pintu ruang kerja Chloe terbuka dan Vincent berlari dengan emosi yang tidak pernah ditunjukkan sebelumnya.
"Paul! Kejar dia! Pastikan dia tidak bertindak gegabah!"
Tanpa bertanya, Paul segera menyusul Vincent yang kini mengayunkan sepedanya dan menghilang dari pandangannya dengan cepat. Paul menuju ke mobilnya dan dalam waktu beberapa menit dia berhasil menyusul Vincent yang kini telah duduk di sebuah bangku di pinggir jalan. Paul turun dari mobilnya dan merasa heran sepeda yang dinaiki Vincent tadi sudah berubah bentuk.
Roda depannya tidak terlihat bundar sedangkan roda belakang terlepas dari posisinya. Apakah Vincent mengalami kecelakaan?
Paul mendekatinya dan melihat beberapa luka lecet pada wajah dan tangan Vincent. Sepertinya Vincent memang mengalami kecelakaan tunggal. Untung saja anak muda labil ini hanya mengendarai sepeda biasa, kalau dia mengendarai sepeda motor, entah apa yang akan terjadi pada Vincent?
Paul duduk di sebelahnya tanpa bersuara. Karena dia tidak tahu penyebab pertengkaran Vincent dengan Chloe, Paul hanya bisa diam menunggu.
"Kenapa kau mengikutiku?" akhirnya suara datar Vincent terdengar.
"Nona pertama mengkhawatirkanmu."
Vincent mendengus mendengar jawabannya.
"Maksudmu dia khawatir aku akan pergi memberitahu Benjie?"
Benjamin? Apa hubungannya dengan adik laki nona pertamanya?
"Tidak. Tadi nona pertama bilang dia khawatir kau akan bertindak gegabah."
"Dengan memberitahu Benjie."
Paul mendesah pasrah atas kekerasan kepala anak remaja disebelahnya.
"Sebenarnya apa yang kalian debatkan? Tidak biasanya kau menentang nona pertama seperti ini."
"Benjie... bukan anak kandung Davone Paxton. Dan karena alasan ini Chloe memisahkan Benjie dari ibu kandungnya, membuat ibuku mengkhawatirkan kakaknya.. tidak hanya itu, apa kau tahu saat ini ibunya sakit parah karena kekurangan gizi? Bagaimana mungkin Chloe bisa setega itu?!"
"Nona pertama memiliki alasannya sendiri..."
"Dengan membuat orang lain menderita sepanjang umur hidupnya?! Jika aku tahu kalau dia sekejam ini, aku tidak akan pernah melindunginya dari orang itu!"
"Apa kau menyesal mengikuti pelatihan untuk melindungi nona pertama?" Paul sendiri juga tidak tahu mengapa dia menanyakannya.
"Benar." jawab Vincent dengan dingin. "Aku sangat menyesal. Aku harap dia akan mendapatkan ganjarannya." kemudian Vincent bangkit berdiri meninggalkan sepedanya dan berjalan ke suatu tempat.
Paul hanya mendesah dan memutuskan untuk kembali ke Eastern Wallace. Setelah ini dia akan memberitahu Lest untuk mencoret nama Vincent sebagai kandidat utama penerus ketua tim L.
Sayangnya begitu dia sampai di Eastern Wallace, Paul tidak menemukan Chloe dimanapun. Setelah mencari tahu, rupanya Chloe pergi meninggalkan rumah tanpa pengawal. Paul segera menghubungi Lest dan Marcel untuk mencari keberadaan Chloe.
Malam itu seluruh anak buah pasukan khusus milik Marcel dan Lest dikerahkan untuk mencari Chloe. Seandainya jika mereka bisa menggunakan bantuan Stealth, mereka bisa menemukan nona pertama dalam hitungan menit bahkan detik. Sayangnya Stealth telah mati dan hingga sekarang setelah mencari selama empat jam mereka tidak berhasil menemukannya.
Lalu muncul sebuah kabar utama mengatakan pewaris tahta Paxton ditemukan tak bernyawa di sebuah kamar hotel murahan dengan berlumuran darah.
Anehnya salah satu anggota tim S tidak sengaja mengindentifikasi darah yang berceceran di lantai.. yang ternyata merupakan darah milik Vincent.
Mengetahui hal ini Marcel menyuruh anak buahnya untuk mencari Vincent karena merasa curiga Vincentlah yang telah membunuh istrinya. Sayangnya.. mereka justru menemukannya di rumah sakit dalam keadaan sekarat.
Marcel ingin segera menuntut penjelasan pada Vincent tidak peduli apakah identitasnya sebagai suami Chloe terbongkar atau tidak. Untungnya Lest dan Paul berhasil mencegahnya agar masalah yang mereka hadapi tidak semakin rumit.
Pada akhirnya Paul yang menghampiri keluarga Regnz yang sedang menunggu di depan ruang operasi dengan wajah dipenuhi dengan kesedihan. Saat itulah dia menyadari keluarga Regnz menuduh Chloe atas apa yang terjadi pada anak bungsu mereka. Mereka ingin menuntut Chloe ke pengadilan karena membiarkan anak dibawah umur dilatih kekerasan dan berhadapan dengan kelompok mafia berbahaya. Kedua pihak saling menuduh tanpa ada hasil.
Semenjak itu hubungan baik antara Paxton dan Regnz terputus dan timbul perang dingin diantara mereka selama bertahun-tahun.
Baru beberapa tahun terakhir ini keluarga Regnz menerima undangan dan datang ke acara peringatan kematian nona pertama Paxton.
"Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada Vincent malam itu dan kenapa darahnya ditemukan di area tubuh nona pertama, jadi kami hanya menduga... Vincent telah dibutakan dengan kemarahan dan kebencian sehingga..."
"TIDAK MUNGKIN! Vincent tidak mungkin melakukannya!" bentak Cathy kini dengan berlinang air mata. Dia sudah tidak tahan mendengarnya.
Vincent yang membunuh ibunya? Vincent yang melukai ibunya? Tapi kenapa ibunya harus menelantarkan ibu kandung Benjamin sehingga membuat Vincent marah?
Di dalam ingatannya, ibu angkatnya berhati lembut dan baik padanya. Di dalam ingatannya, Vincent memperlakukannya dengan penuh perhatian dan tatapan cinta yang selalu menghiasi kedua matanya.
Kenyataan bahwa dia memiliki ibu kandung yang tega merusak kehidupan seseorang dan juga pria yang dikiranya mencintainya telah membunuh ibunya.. membuat dadanya terasa sesak. Dia tidak bisa menerimanya.. Cathy tidak mau menerima kenyataan ini.
Dia ingin menjadi Catherine West biasa. Meski ayahnya... ayah angkatnya membencinya.. dia lebih baik tinggal bersama pria itu daripada harus dihadapkan kenyataan mengerikan ini.
Cathy menangis dengan keras dan menolak penghiburan apapun yang diberikan kakaknya maupun Paul. Dia memegangi kepalanya karena tiba-tiba terasa pusing, Cathy juga merasa semakin sulit bernapas dan akhirnya... dia jatuh pingsan.
-
Cathy terbangun dalam keadaan kepala masih agak sedikit pusing. Semula dia merasa bingung dengan suasana asing disekitarnya. Kemudian dia teringat dia telah diceritakan secara menyeluruh mulai dari asal mula kedua orangtuanya bertemu lalu menikah; bagaimana dia berpisah dengan saudara kembarnya hingga kenyataan bahwa Vincent dicurigai telah membunuh ibu kandungnya.
Sampai detik ini Cathy berharap dia sedang bermimpi. Dia berharap dia hanya berhalusinasi. Tapi saat dia mengingat surat yang ditemukannya di ruangan V beberapa bulan yang lalu membuat hatinya hancur.
Vincent telah meminta maaf padanya, dia telah memohonkan pengampunan darinya... Pria itu mengucapkannya seolah-olah memang dirinyalah yang membunuh ibunya.
Dia tidak pernah bertemu dengan ibu kandungnya, tapi entah kenapa saat mendengar ibu kandungnya dibunuh oleh pria yang dicintainya membuat jantungnya seperti ditusuk oleh benda tajam. Sangat menyakitkan, sangat menyesakkan, sangat membunuh jiwanya.
Sekali lagi air matanya mengalir dengan deras dan dia menangis dengan terisak-isak.
Cathy mendengar ketukan pada pintu kamarnya dan suara kakaknya yang memanggilnya. Cathy berbalik memunggungi pintu dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Dia tidak ingin bertemu dengan siapapun atau melihat wajah siapapun... termasuk saudara kembarnya.
"Aku tidak tahu apakah ini bisa membantu.. tapi aku akan meletakkan surat ibu disini. Kau bisa membacanya kalau kau mau. Tidak akan ada yang mengganggumu.. Kami akan menunggumu di luar."
Setelah itu pintu kembali tertutup dan Cathy melanjutkan tangisannya yang bahkan terdengar menyakitkan di telinganya.
Di luar, Kinsey menyandarkan punggungnya di pintu kamar adiknya. Dia mendengar tangisan adiknya dengan sedih. Kinsey bukanlah tipe orang sensitif ataupun mudah terbawa suasana. Namun kali ini entah kenapa dia ikut merasa sedih saat mendengar tangisan adiknya. Seolah-olah dia bisa merasakan apa yang dirasakan Cathy.
Inilah sebabnya dia ingin menunda selama mungkin untuk mencegah Cathy mengetahui kebenaran masa lalu. Walaupun Kinsey tidak menyukai Vincent, tapi dia tahu adiknya mencintai pria itu bahkan sangat merindukannya. Kebenaran ini hanya akan menjadi pukulan berat bagi Cathy dan Kinsey sama sekali tidak ingin adiknya menderita seperti ini.
Namun cepat atau lambat Cathy pasti akan mengetahuinya, karena itu Kinsey hanya berharap agar waktu segera berlalu dan Cathy segera pulih dari kesedihannya.
Entah berapa lama Cathy menangis hingga dia tertidur. Saat Cathy bangun sudah ada nampan berisi makanan di meja sebelah ranjangnya. Cathy sama sekali tidak merasa lapar dan tidak memiliki nafsu makan. Karena itu dia lebih memilih membaca surat ibunya yang tersimpan di sebuah peti kecil.
Didalam kotak peti tersebut terdapat beberapa amplop dengan huruf R serta angka yang berurutan. Apakah mungkin dia harus membacanya secara berurutan?
Akhirnya dia mengambil amplop dengan tulisan R1 dan mulai membacanya.
-
(R1)
Selamat ulang tahun malaikat kecilku. Hari ini kau genap berusia satu tahun dan aku menantikan kedatanganmu ke tempat ini dua bulan lagi. Aku sudah tidak sabar bertemu denganmu. Aku sering membayangkan seperti apa wajahmu, seperti apa suaramu, apakah kau memiliki rambut yang sama denganku ataukah dengan ayahmu.
Waktu pertama kali kau datang ke dunia ini aku tidak sempat melihat wajahmu, sekarang aku bertanya-tanya.. apakah wajahmu mirip denganku atau mirip ayahmu?
Aku akan mengetahuinya saat kau datang kemari.
Tertanda ibu yang selalu memikirkanmu,
-
(R2)
Selamat ulang tahun yang kedua Rinrin. Setelah menunggu lebih dari satu tahun akhirnya aku mengetahui namamu. Aku adalah ibu yang buruk ya? Karena bukan aku yang memberimu nama, apakah kau akan menyalahkanku?
Baiklah. Tidak apa-apa kau menyalahkanku, tidak apa-apa kalau kau membenciku saat dewasa nanti. Karena itu biarkan aku egois sekali ini dan memisahkanmu dari Rischa tiap malam. Aku tahu kau sudah menganggap Rischa sebagai ibumu, tapi aku merampasmu darinya agar aku bisa tidur bersamamu tiap malam.
Kau menangis dan tidak bisa tidur hingga akhirnya kau jatuh sakit. Waktu itu aku tidak tahan melihatmu sakit, karena itu dengan terpaksa aku harus melepasmu dan membiarkanmu tidur bersama Rischa kembali.
Aku tahu ini salahku, aku tahu aku tidak boleh egois.. tapi apakah aku boleh menemuimu di mimpimu? Setidaknya aku ingin mendengarmu memanggilku 'ibu' walau hanya sekali.
Tertanda ibu yang selalu mencintaimu,
C
-
(R3)
Selamat ulang tahun ke tiga putri kecilku. Aku tidak tahu ternyata aku sangat merindukanmu. Ini bulan ketiga semenjak kau pergi dari tempat ini. Aku yakin kau bersama dengan keluarga baru. Mungkin kau bertanya-tanya mengapa aku memisahkanmu dengan Rischa, aku akan memberitahumu alasannya setelah kau dewasa nanti.
Maaf, aku tidak bisa merayakan ulang tahunmu dan maaf karena aku menjauhkanmu dari ayah kandungmu. Aku melakukannya karena terpaksa. Aku harap kau bisa mengerti pemikiranku, kalaupun tidak; aku tetap akan mencintaimu.
-
(R4)
Selamat ulang tahun ke empat,
Coba tebak apa yang baru saja kulakukan? Aku menyelinap dari para pengawal pribadiku untuk menemuimu. Tentu saja Zero selalu mengikutiku tapi itu berbeda jika aku harus diikuti oleh Paul atau Lest.
Kau bertanya siapa itu Zero? Suatu saat nanti saat kau tumbuh besar, Zero akan menemuimu. Hanya saja, mungkin Zero yang kau temui akan berbeda orang dengan Zero yang kukenal.
Ayah yang mengangkatmu jadi putrinya adalah adik kandungku, Daniel Paxton. Dia adalah adik yang paling kusayangi tapi sepertinya dia tidak terlalu menyayangiku karena aku tidak mendukungnya menentang pernikahan kedua ayah kami.
Awalnya aku khawatir kalau Daniel tidak menyayangimu. Tapi ternyata kekhawatiranku sia-sia. Kau tampak bahagia saat Daniel menggendongmu di pundaknya. Kalian berdua tertawa lebar membuatku iri. Aku juga ingin tertawa bersamamu.
Karena itu aku akan mencari cara dimana kau tetap aman berada disisiku dan bersama dengan ayah kandungmu, kita semua bisa hidup bahagia.
Maukah kau menungguku?