Chloe belum merasa puas menikmati waktu bersama dengan bayinya yang baru lahir saat Alpha dan Zero masuk ke dalam bersamaan. Tidak bisanya kedua orang itu menghadapnya bersama-sama. Masing-masing memiliki tugasnya sendiri dan biasanya yang paling sering muncul adalah Alpha. Zero selalu bergerak sebagai bayangan dan sangat jarang menunjukkan diri.
Ini yang kedua kalinya Chloe melihat langsung sosok seorang Zero. Yang pertama kali adalah saat Zero memperkenalkan diri sebagai salah satu pengawal bayangan untuk melindunginya. Dan ini adalah kemunculan Zero yang kedua kali. Apakah terjadi sesuatu? Apapun itu, kenyataan bahwa Alpha dan Zero muncul bersama pasti bukanlah hal yang bagus.
"Nona pertama, anda harus keluar dari pulau ini. Tiga puluh menit lagi kelompok mafia Leonard akan tiba di pulau ini... dipimpin oleh Martin." ungkap Alpha dengan terburu-buru.
"Aku tidak mengerti. Bukankah seharusnya Leonard mengurusi Alvianc? Kenapa mereka datang kemari? Dan juga bagaimana mereka bisa menemukan nona Chloe?" tanya Paul.
"Pertempuran antara Paxton dan Alvianc hanyalah sebuah pengalih perhatian. Tujuan utama Leonard memastikan nona pertama tidak pernah kembali ke Eastern Wallace." jelas Zero dengan nada dingin.
"Inilah yang kutakutkan." ucap Chloe dengan sedih sambil menatap bayinya yang masih menangis.
Alpha mendekat dan berjongkok disebelah ranjang kayu Chloe.
"Jika nona berkenan, saya akan membawa anak ini pada ayah kandungnya. Dia lebih aman bersama ayahnya daripada bersama nona."
Air mata Chloe keluar saat menganggukkan kepalanya. "Jika dia bertanya tentangku, katakan padanya.. aku meninggal saat melahirkan." Chloe memutuskan, jika dia bisa selamat dari kepungan pasukan Martin dia tidak akan keluar dari Eastern Wallace atau menunjukkan wajahnya. Dia akan menghilang dari pandangan suaminya. Dengan begitu anaknya tidak perlu tahu siapa ibu kandungnya dan tidak perlu masuk ke dalam keluarganya.
Setelah Alpha pergi dengan membawa bayi laki-laki Chloe, sekali lagi Chloe merasakan sakit pada perutnya.
"Rischa.. sakit.. Aku tidak tahu, tapi... Aaaaaaarrgh!!" sekali lagi Chloe menjerit kesakitan membuat para pria panik tidak tahu harus berbuat apa-apa.
Sang bidan segera mengusir para pria keluar untuk membantu proses kelahiran anak kedua. Karena pendaharan yang dialami Chloe cukup besar, Rischa memanggil seorang bidan lain yang masih baru belajar. Ketiganya bekerja sama untuk segera mengeluarkan bayi kedua.
Berbeda dengan Paul dan Lest yang masih terpaku pada tempatnya dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, Zero telah pergi dan membasahi rumah kayu tempat Chloe melahirkan dengan minyak.
"Apa yang kau lakukan?" Lest merasa tidak suka dengan apa yang akan dilakukan Zero.
"Kita tidak memiliki waktu lagi. Jika nona ingin menyembunyikan anaknya, kita harus menghapus jejak kelahiran mereka. Aku akan membakar rumah ini." jelas Zero dengan datar.
Dengan jantung berdetak dengan cepat karena berlomba dengan waktu, akhirnya tangisan seorang bayi kembali terdengar.
Kali ini Chloe hanya mengecup singkat kening bayi perempuannya sebelum menyerahkannya pada Rischa. Dengan terburu-buru Zero mengusir dua bidan dengan memberi perintah untuk segera membawa pakaian serta air bersih untuk Chloe.
"Rischa, aku ingin kau yang membawa anak ini. Zero akan membawamu ke tempat yang aman, kemudian.. bawa anak ini ke rumahku tahun depan. Saat ini hanya kau yang kupercaya."
Mata Rischa berkaca-kaca mendengar itu kemudian menganggukkan kepalanya.
Tidak lama kemudian api mulai menyebar di depan rumah dan Zero segera melarikan Rischa serta bayi perempuan ke tempat yang tidak bisa ditemui siapapun.
Chloe yang pingsan tidak sadarkan diri karena terlalu lelah pasca melahirkan dan kehilangan banyak darah berhasil dilarikan dengan menggunakan helikopter medik khusus tanpa sepengetahuan siapapun.
Rumah kayu terbakar habis tanpa meninggalkan jejak membuat semua penduduk merasa ngeri dan kasihan pada ibu dan bayi perempuan yang baru lahir. Bidan kedua yang masih muda sangat mengagumi Chloe semenjak Chloe tinggal ditengah mereka. Karenanya dia sangat bersedih dan menangis semalaman karena mengira Chloe meninggal bersama bayi perempuannya di dalam rumah yang dilahap api.
Semenjak Marc melamar Chloe, keduanya sudah membangun rumah sendiri agak jauh dari daerah pemukiman para penduduk. Karena itu akan membutuhkan waktu untuk berjalan dari rumah Chloe dengan rumah warga lainnya. Siapa yang menyangka, begitu dua bidan kembali dengan pakaian bersih dan air hangat, rumah itu telah dilahap api hingga bersih.
Dia mengira tidak hanya kehilangan Chloe, tapi Rischa juga telah tiada bersama mereka. Bidan termuda ini sama sekali tidak menyangka akan melihat anak perempuan Chloe di suatu kota secara tak sengaja dua puluh lima tahun kemudian. Sementara bidan pertama yang mengetahui bahwa Chloe melahirkan anak kembar telah meninggal beberapa tahun kemudian karena usia. Dia menyimpan kenyataan bahwa Chloe melahirkan anak kembar atas permintaan Zero. Karena itu dia tidak pernah memberitahu siapapun bahwa Chloe sebenarnya juga melahirkan seorang bayi lelaki.
-
Sesuai permintaan Chloe, Zero membawa Rischa ke Eastern Wallace setahun kemudian. Rischa baru mengetahui identitas Chloe yang sebenarnya begitu tiba di Eastern Wallace. Rischa bersahabat dengan Chloe selama Chloe tinggal di pulau kampung halamannya. Huhungan mereka sangat dekat seperti saudara. Karena itu Rischa mau melakukan apapun untuk Chloe.
Bahkan saat dia harus berpura-pura bekerja sebagai perawat Chloe, dia juga tidak keberatan. Setahun kemudian saat Rinrin sudah bisa berjalan dan berbicara dengan lancar, Rischa dan Chloe memiliki kekuatiran yang sama.
"Nona, anak ini semakin hari semakin mirip dengan anda." ucap Rischa.
"Kau benar. Dia tidak akan aman berada disisiku." jawab Chloe membiarkan tangannya dibuat main oleh Rinrin kecil.
Rinrin sudah mulai bosan bermain dengan jemarinya kemudian menoleh ke arah Rischa dengan tangan terangkat ingin digendong.
"Mama, mau gendong."
Hanya saja Rischa tidak bergerak dan membiarkan Chloe yang menggendongnya. Namun Rinrin kecil masih menginginkan Rischa dan mulai merengek.
"Sst.. Rinrin biarkan aku memelukmu sebentar ya. Setelah ini aku akan melepasmu pergi." ucap Chloe sambil mencium wajah Rinrin dengan lembut. Kemudian dia memberikan putrinya pada Rischa. "Biarkan dia bermain dengan anak-anak. Aku akan memikirkan cara untuk mengeluarkan kalian tanpa menimbulkan kecurigaan keluargaku."
"Aku akan membuat kesalahan dan nona bisa memecatku."
"Aku tidak bisa melakukannya. Itu sama saja kau akan pergi dengan tidak hormat."
"Aku sama sekali tidak keberatan." jawab Rischa dengan tulus. "Kalau begitu aku akan membawanya ke taman." kemudian Rischa keluar dari kamar Chloe disusul Zero masuk ke dalam kamarnya melalu pintu rahasia yang tersembunyi di belakang salah satu lemari pakaiannya.
"Kau datang tepat waktu. Aku punya permintaan." ucap Chloe. "Dalam waktu empat puluh delapan jam aku akan menon-aktifkan Stealth, setelah itu kalian berdua boleh pergi. Kalian tidak harus melindungiku lagi. Biarlah LS yang akan melindungiku."
"Kau tau aku tidak bisa melakukannya."
Chloe menoleh ke arah orang yang bertopeng merah dengan bingung. Tadinya dia mengira Zero yang muncul karena Alpha sudah sangat jarang muncul dihadapannya. Hanya saja mengapa suara Alpha lain daripada biasanya.
"Kau bukan Alpha yang kukenal? Atau apakah Alpha sudah berganti generasi?"
Kemudian orang itu melepas topengnya membuat Chloe melangkah mundur tidak percaya apa yang dilihatnya. Jantungnya berdetak dengan kencang dan tanpa sadar langkahnya berjalan mundur saat melihat 'Alpha' bergerak maju mendekatinya.
Chloe jelas merasa kebingungan disaat bersamaan dia merasa takut. Kenapa orang itu bisa disini? Kenapa orang itu menyamar sebagai Alpha? Kenapa orang itu bisa masuk ke kamarnya melalui pintu rahasia yang diketahui anggota LS ataupun Alpha dan Zero?
Begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk dipikirannya, tapi otaknya membeku seketika saat merasakan tubuhnya telah didekap 'Alpha' dengan erat.
"Apa kau tahu seberapa besar hatiku hancur saat aku kembali dan menemukan rumah kita terbakar habis? Apa kau tahu aku hampir bunuh diri saat aku menerima putra kita dengan kabar bahwa kau telah tiada? Apa kau tahu seberapa besar penyesalanku saat aku mengetahui bahwa istri yang kucintai adalah anak kesayangan Davone Paxton?! Seharusnya waktu itu aku membawamu secara paksa meski kau akan membenciku. Kau sungguh wanita yang kejam. Kau tahu itu?"
Chloe sudah tidak tahan lagi dan akhirnya perasaannya membuncah keluar dan dia menangis dengan keras.
Setelah puas menangis, Marc dan Chloe berbaring di ranjang saling berhadapan. Pandangan mereka tidak saling lepas antara satu sama lain seolah mereka tidak akan pernah puas melihat wajah pasangannya.
"Bagaimana kau bisa disini?"
"Menurutmu? Tentu saja aku menjemputmu."
"Yang ingin kutanyakan, bagaimana kau bisa tahu kalau aku adalah... putri Davone Paxton?"
"Fotomu sudah dipajang dimana-mana. Pertunangan antara Chloeny Paxton dengan Elliot Wells. Jika seandainya ayahmu tidak mengumumkan pertunangan kalian, tentu saja aku tidak akan tahu kalau kau masih hidup."
Chloe mengernyitkan keningnya. Padahal dia sudah sangat berhati-hati agar fotonya tidak tersebar. Dia sama sekali tidak menyangka ayahnya tetap bersikeras untuk menikahkannya dengan putra seorang pejabat pemerintah.
"Jadi, Chloe.. apa yang sedang kau lakukan dengan pertunangan ini selagi suamimu masih hidup?"
Chloe menelan ludah mendengar nada dingin suaminya.
"Itu hanya berita. Kami tidak benar-benar bertunangan. Aku tidak akan menikah dengannya."
"Baguslah kalau begitu. Karena kalau tidak dia akan berakhir di peti mati."
Jika seandainya yang mengatakannya adalah Marc si nelayan biasa, maka Chloe tidak akan menganggapnya serius. Tapi yang mengatakannya adalah Marcel Alvianc, seseorang yang selalu berkelahi dan tidak pernah takut pada kematian. Semua kalimat seorang Marcel Alvianc pasti akan terjadi sesuai dengan ucapannya.
"Kenapa kau datang dengan topeng ini?" tanya Chloe berusaha mengubah topik mereka.
"Aku meminjamnya. Dia juga yang mengantarku kemari untuk menemuimu. Begitu aku tahu kau masih hidup, aku memaksanya bicara dan membiarkanku untuk bertemu denganmu." jelas Marc melihat Chloe mengernyit dengan bingung. "Sebenarnya semenjak dia memberikan Kinsey padaku, dia menjadi ayah keduanya. Jadi saat ini dia membantuku untuk mengawasi Kinsey."
Mendengar ini kedua mata Chloe membelalak lebar. Selama ini dia terheran-heran karena jarang melihat Alpha, melainkan Zero yang sering muncul tiap kali dia membutuhkannya. Rupanya selama ini Alpha berada disisi suaminya. Tunggu.. Kinsey?
"Kinsey?"
"Hm. Aku menamai putra kita Kinsey seperti nama ayah angkatnya." Marc mengulas senyum.
"Ayah angkat?"
"Alpha yang kau kirim untuk mengantar Kinsey padaku, nama sebenarnya adalah Kinsey Paxton, dia cucu dari Savannah Paxton. Karena dia telah membuka topengnya dan aku melihat wajahnya, posisi Alpha akan digantikan orang lain."
"Dan orang itu adalah kau?"
"Tentu saja bukan. Aku tidak memiliki persyaratan mutlak untuk menjadi seorang Alpha."
"Memangnya apa syaratnya?"
"Tidak boleh ada yang tahu wajahku. Sementara kau sudah tahu wajahku, bagaimana bisa aku menjadi Alpha? Tapi mungkin aku akan mempertimbangkan untuk bergabung dengan LS. Paul mengundangku untuk bergabung dengan timnya."
Chloe mendesah mendengarnya sebelum menenggelamkan kepalanya di dada suaminya.
"Aku tidak ingin melibatkanmu atau siapapun ke dalam masalah keluargaku. Apalagi bergabung ke dalam LS. Apa kau lupa kalau perusahaan kita sedang genjatan senjata memperebutkan kendali militer?"
"Aku memutuskan untuk melepaskannya. Kurasa penawaran Paul cukup bagus. Alvianc group akan menyerah genjatan senjata kita dan aku bisa mengendalikan militer melalui LS. Aku akan mengambil alih tim S yang memegang kendali penuh di bidang bisnis dan kemiliteran. Kemudian..."
Sekali lagi Chloe hanya mendengar semua rencana yang telah dipikirkan suaminya tanpa membantah. Rencana suaminya sangat rapi sehingga kemungkinan Leonard untuk menyakitinya sangat kecil.
Meski begitu, dia tidak memberitahu suaminya mengenai Rinrin. Biar bagaimanapun dia tidak ingin Rinrin hidup sebagai anggota Paxton maupun Alvianc. Dia ingin Rinrin hidup sebagai anak normal dengan keluarga biasa.
Karenanya keesokan harinya sebelum memecat Rischa sesuai dengan rencana semula, dia memanggil Zero. Dia memberi misi terakhir padanya.
"Aku ingin kau melindungi kedua anak kembarku serta Daniel... tanpa kecuali."
Zero mengangguk singkat sambil menyaksikan Chloe berjalan ke arah jendela melihat sesuatu. Zero sengaja tidak pergi terlebih dahulu karena merasa nona pertamanya masih belum selesai bicara.
Chloe melihat dua anak laki-laki bermain bersama Rinrin. Tampaknya putrinya sangat menyukai kedua anak laki tersebut.
"Dua lagi. Aku harap kalian juga melindungi Benjie dan Vincent. Tidak peduli apakah mereka akan melukaiku atau mengkhianatiku, kalian harus melindunginya dari Leonard dan keturunannya."
Seharusnya Chloe hanya melindungi orang yang memiliki hubungan darah dengannya. Benjamin bukanlah adik kandungnya sedangkan Vincent hanyalah orang luar. Selama keduanya tidak mengetahui rahasia Stealth ataupun membuat Leonard marah, mereka akan baik-baik saja.
Tapi entah kenapa, dia merasa Benjamin akan terjebak dalam masalah perebutan tahta Paxton dan Vincent adalah kunci harapannya untuk melindungi Rinrin. Biasanya instingnya selalu tepat dan kali inipun dia tidak berani menghiraukan perasaan hatinya.
Walau begitu dia berharap.. semua tidak akan terjadi sesuai dengan instingnya. Kalau bisa dia berharap saat Benjie tahu bahwa dia bukan anak kandung ayahnya, dia bisa melepaskan nama Paxton dengan mudah. Dan dia juga berharap Vincent tidak akan pernah bertemu lagi dengan putrinya setelah ini.
"Hari ini aku akan memecat Rischa. Aku ingin kau membawa mereka ke tempat Daniel. Aku tidak tahu apakah dia mau menerima putriku atau tidak, tapi Rinrin akan lebih aman bersamanya."
"Baik." jawab Zero singkat. "Nona, setelah anda mematikan Stealth, kami tidak bisa melacak keberadaan Daniel ataupun nona kedua. Tapi kami akan menempatkan seseorang untuk menjaga mereka."
Chloe mengangguk setuju. Dia tahu.. begitu Stealth mati, tidak hanya LS yang kehilangan setengah kekuatannya; tapi Alpha dan Zero tidak akan bisa mendengar suaranya saat dia membutuhkan pertolongan.
Meski begitu.. dia harus mematikan Stealth dan menghilangkan jejak keberadaannya dari dunia ini. Dia tidak ingin orang-orang dicintainya terluka karena memperebutkan Stealth.