Chereads / My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu / Chapter 74 - Kakak Kandung Cathy

Chapter 74 - Kakak Kandung Cathy

Cathy membuka matanya dan memandang ke sekelilingnya dengan bingung. Apa yang terjadi padanya? Cathy mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Dia menghadiri acara reuni SMA, lalu Thalia mengajaknya untuk bicara. Apa yang mereka bicarakan? Apakah mereka memang sempat bicara?

Cathy bergerak untuk berdiri dan menyadari dia telah berganti pakaian. Wajahnya memucat seketika menyadari sesuatu. Dia mendengar suara pria dan merasakan tubuhnya disentuh. Apakah.. apakah mungkin..? Kini penglihatannya kabur akibat berlinang air mata.

Tepat saat dia hendak menangis pintu kamar terbuka dan seorang pria masuk ke dalam. Matanya dipenuhi dengan air mata sehingga tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.

"Kau sudah bangun? Martha, siapkan supnya!"

Suara itu... Tidak salah lagi pemilik suara itu adalah Kinsey Alvianc. Tanpa peringatan Cathy mengambil bantal dan melemparnya ke arah Kinsey. Dengan refleks yang sangat bagus Kinsey menangkap bantal tepat waktu sebelum mengenai tepat ke wajahnya.

Belum puas dengan satu kali, Cathy mengambil bantal lain yang jumlahnya ada empat di ranjangnya dan melemparnya satu per satu secara beruntun. Kinsey bisa merasakan adiknya sedang gelisah dan takut, jadi dia membiarkan lemparan bantal mengenai tubuhnya.

Saat dia melihat adiknya berniat melempar gelas ke arahnya, barulah dia menghindar. Korban berikutnya adalah pot beling disusul dengan kotak antik miliknya. Kemudian satu per satu benda antik yang terpajang di meja kamarnya telah lenyap satu per satu dan hancur berserakan di lantai.

"Aku tidak keberatan kau mau menghancurkan barang-barangku, tapi bisakah kau tenang dulu?"

Selanjutnya Kinsey kehabisan kata-kata saat melihat air mata Cathy mengalir dengan deras dan gadis itu tidak berhenti mencari sesuatu untuk dilemparkan ke arahnya.

"PERGI! AKU TIDAK MAU BERTEMU DENGANMU! DASAR JAHAT! ORANG MESUM! AKU MEMBENCIMU!!" maki Cathy penuh dengan emosi yang meledak sambil terus melemparkan apapun yang bisa diambilnya.

"Catherine! Kau salah paham."

Seolah tidak bisa mendengar apapun Cathy menghampiri vas keramik ukuran besar di lantai dan bersusah payah mengangkatnya untuk dilemparnya. Kinsey tahu, begitu Cathy melempar vas itu, bukannya terlempar ke arahnya, malah vas itu akan jatuh di sekitar kaki Cathy.

"Begitu kau mengangkat vas itu aku akan bergerak ke arahmu!" ancam Kinsey karena takut kaki Cathy akan terluka.

"Kau sudah menodaiku, memangnya apa lagi yang harus kutakutkan?" Cathy masih berusaha mengangkat vas tersebut saat mendengar suara bentakan.

"BAGAIMANA MUNGKIN AKU MENODAI ADIK KANDUNGKU SENDIRI!?"

Gerakan Cathy terhenti dan menatap Kinsey dengan tatapan bingung.

"Apa yang kau bicarakan? Adik kandungmu? Siapa?" isak Cathy.

Kinsey mendesah berat. Dia memang sudah berencana memberitahu hal sebenarnya pada Cathy, tapi bukan seperti ini caranya.

"Aku adalah saudara kembarmu. Begitu kita lahir, aku langsung dibawa ke tempat lain, sementara kau dibawa oleh Rischa. Aku tidak tahu keberadaanmu hingga aku berusia delapan tahun. Sejak itu aku dan ayah selalu berusaha mencarimu." jelas Kinsey secara singkat sambil berharap Cathy segera melepaskan tangannya dari benda berat itu.

"Saudara kembar? Kita sama sekali tidak mirip. Apa kau berusaha menipuku?"

Itu sebabnya dia berharap dia bisa menceritakannya di saat suasana hati mereka sedang tenang. Tentu saja pengakuannya tidak akan mudah dipercaya apalagi mereka baru bertemu beberapa kali, dan hubungan mereka tampak kurang bersahabat.

Kinsey masih mencari jawaban tepat yang bisa meyakinkan adiknya bahwa mereka memang saudara kembar. Mata Kinsey menangkap sesuatu pada leher adiknya. Kemudian dia tersenyum lebar. Dia menemukan sebuah bukti untuk meyakinkan adiknya.

"Liontin yang kau pakai itu, apa kau ingat siapa yang memberikannya padamu?"

"..." tanpa sadar Cathy memegangi lehernya dan merasakan rantai yang melingkar lehernya sepanjang hidupnya.

Cathy tidak ingat siapa yang memberikan kalung yang dipakainya, yang pasti dia tidak pernah melepasnya ataupun membuangnya. Selama ini dia selalu berpakaian tebal dan tertutup hingga kalungnya tersembunyi dengan sempurna didalam pakaiannya. Sekarang dia memakai baju rumah berbahan sutra dan lehernya terekspos hingga bahunya.

"Apa hubungannya dengan liontinku?"

"Bagaimana kalau aku bilang aku memiliki pasangannya? Bukankah liontinmu seperti sebuah bentuk yang terpatah-patah? Aku memiliki pasangannya." kemudian Kinsey menarik keluar rantai yang juga melingkar lehernya, lalu melepasnya dan menunjukkannya pada Cathy.

Kinsey sengaja tidak berjalan ke arahnya dan hanya mengulurkan tangannya yang membawa kalung miliknya. Dia tidak ingin adiknya merasa takut lagi saat melihat dia berjalan ke arahnya. Karena itu dia membiarkan adiknya yang mendekatinya.

Cathy mengusap air matanya dan menenangkan dirinya untuk melihat kalung itu dengan jelas. Bentuk patahan liontin Kinsey berbeda dengan bentuk liontin miliknya. Tapi dia merasa kedua liontin mereka bisa disatukan menjadi suatu bentuk yang utuh.

Cathy mencoba mempercayai ucapan pemuda itu kemudian menarik keluar liontinnya. Lalu berjalan mengambil kalung dari tangan Kinsey dengan waspada.

Setelah kedua liontin berada dalam tangannya, Cathy mencoba menyatukan keduanya. Matanya hampir tidak mempercayainya. Keduanya menyatu dengan sempurna membentuk persegi dengan gambar hati serta huruf di dalamnya.

Saat terpisah liontin miliknya berbentuk persegi panjang dengan patahan di sebelah kanan. Di depannya terdapat lengkungan ke kiri serta satu garis vertikal dengan garis miring diujung atas kanan garis tersebut. Sementara di belakangnya terdapat garis lengkungan yang mirip hanya mengarah ke kanan dan ada garis lengkungan ke atas pada bagian bawah.

Liontin milik Kinsey juga terdapat lengkungan yang sama hanya saja garis hurufnya berbeda. Kini jika disatukan, dia bisa melihat ada sebuah gambar hati dan di tengahnya terdapat huruf M disisi depan sementara di belakangnya terdapat huruf C.

"Disini ada huruf M dan C, apa artinya?" akhirnya Cathy tidak lagi merasa takut dan lebih merasa penasaran dengan identitasnya. Selama ini dia merasa dia bukanlah anak kandung kedua orangtuanya. Kini seseorang mengakui sebagai saudara kembarnya dengan bukti liontinnya.

"Aku tidak pernah tahu ada huruf di tengahnya. Apa aku boleh melihatnya?" Kinsey menerimanya dan melihatnya dengan seksama. Kemudian dia tersenyum mengerti artinya. "Sepertinya ini huruf insinyal nama kedua orang tua kita." ucapnya.

"Nama?"

"Nama ayah kita adalah Marcel Alvianc, dan nama ibu kita adalah Chloeny Paxton."

"Jadi, Daniel bukan papaku sebenarnya?"

"Daniel adalah adik Chloeny, jadi dia adalah pamanmu." Kinsey menyerahkan kembali kalung yang sudah menyatu ke tangan Cathy. "Apa kau ingin melihat foto orang tua kita? Aku menyimpannya disini."

Cathy menganggukkan kepalanya. Kinsey menuntun Cathy kembali ke ranjang menjauhi pecahan apapun yang sudah tersebar di daerah pintu kamar. Kemudian dia mengambil foto di laci sebelah ranjang dan memberikannya pada Cathy.

Cathy terkejut melihat ada seorang wanita yang memiliki wajah persis seperti dirinya. Sedangkan pria disebelah wanita itu sangat mirip dengan Kinsey namun tidak benar-benar sama. Wajahnyalah yang sama persis dengan sang wanita bagai pinang dibelah dua.

"Apa mereka masih hidup?"

"Ayah masih hidup, tapi.. ibu sudah tidak ada."

Entah kenapa Cathy mendengar nada penuh kebencian saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Jika kau memang adalah kakak kembarku, bagaimana kita bisa berpisah? Kenapa aku tidak bersama denganmu dan ayah? Kenapa aku dirawat oleh adik ibu?"

Kinsey mengambil napas panjang. "Ceritanya sangat panjang dan cukup rumit. Aku akan membawamu ke tempatku. Disana ada seseorang yang bisa menjawab semua pertanyaanmu dengan detail. Tapi aku ingin memperingatkanmu. Kau tidak akan menyukai kebenaran yang akan kau dengar. Aku ingin kau memikirkannya baik-baik sebelum ingin menemukan jawabannya. Tidak perlu terburu-buru. Kita masih memiliki banyak waktu."

Cathy merasa terheran kenapa orang ini tidak mau segera memberitahunya? Kenapa dia tidak akan menyukai kebenarannya? Memangnya ada yang lebih buruk lagi selain mendapatkan kabar bahwa ternyata dia adalah anak dari keluarga Paxton? Baginya, dirinya yang merupakan anak keluarga Paxton sungguh kenyataan yang menakutkan.

Cathy sudah sering mendengar rumor mengenai keluarga Paxton. Selain penerus tahta yang dia pikir adalah pamannya, anggota Paxton lainnya sangat kejam tidak berbeda dengan kelompok mafia yang suka memeras orang lemah. Kini dia mengetahui bahwa dirinya adalah salah satu anak dari keluarga Paxton yang menakutkan itu. Dia tidak bisa membayangkan kebenaran seperti apa yang lebih buruk dibandingkan identitas orang tuanya.

Cathy ingin bertanya sesuatu dan melirik ke arah Kinsey yang kini menatap sedih ke arah sesuatu. Cathy mengikuti arah pandangannya dan melihat berbagai pecahan barang-barang yang tadi dilemparnya.

Cathy menelan ludah dengan gugup. Tadinya dia dilanda serangan panik dan takut sehingga tidak berpikir ulang saat memutuskan untuk melempar barang yang mudah pecah. Sekarang kalau diingat kembali, sepertinya dia telah menghancurkan barang-barang antik yang pasti harganya sangat mahal.

"Maaf, aku.. aku akan menggantinya. Aku..."

"Apa kau terluka?" Kinsey menoleh ke arahnya tidak peduli lagi dengan barang-barang yang sudah hancur berkeping-keping.

"Tidak."

"Selama kau tidak terluka, tidak masalah. Aku akan memanggil orang untuk membersihkannya. Jangan beranjak dari tempat ini." setelah itu, Kinsey melangkah keluar tidak memperdulikan beberapa pecahan keramik yang menancap di kakinya membuat Cathy meringis.

Tidak lama kemudian ada dua orang masuk untuk menyapu dan memastikan tidak ada pecahan beling di lantai, disusul seorang wanita paruh baya masuk dengan membawa mangkuk sup hangat.

Begitu mencium aroma harum sup tersebut, perutnya berbunyi meminta untuk diberikan makanan. Karenanya, Cathy menerimanya dengan senang hati.

Siangnya Kinsey menemani Cathy mengobrol dan menjawab apapun yang ditanyakan Cathy mengenai ayah mereka. Cathy baru mengetahui bahwa Kinsey belum pernah bertemu dengan ibu mereka sementara dirinya sempat menghabiskan satu tahun tinggal bersama ibunya.

Kinsey juga memberitahunya bahwa nama sebenarnya Steve Mango adalah Stevanord Paxton, yang berarti merupakan kakak sepupu mereka.

Tidak heran jika selama ini Steve memperlakukannya seperti seorang adik dan dia merasa nyaman disisi pria itu.

Awalnya dia juga merasa heran karena Kinsey juga memperlakukannya seperti adik. Sayangnya dia lebih percaya bahwa Kinsey memiliki niat jahat padanya, karenanya dia tidak pernah memikirkan kemungkinan bahwa Kinsey memang adalah kakaknya.

Sekarang entah kenapa dia merasa dirinya sedang bermimpi. Dia mengira dia adalah anak sulung dan seringkali merasa iri pada teman yang memiliki seorang kakak. Dia tidak pernah dimanja ataupun bersikap manja.

Kini dia mengingat sikap Steve yang terkadang terlalu berlebihan saat memberinya perhatian. Dan juga saat dia bekerja sebagai asisten Kinsey... dia sama sekali tidak diberi tugas apapun. Malahan Kinsey sering memberinya hadiah atau membelikannya pakaian berkualitas.

Orang lain pasti bisa melihat Kinsey sedang memanjakannya dan selalu berusaha menyenangkan hatinya. Hanya Cathy yang tidak bisa melihatnya karena dia sudah terlanjur tidak suka dengan atasannya.

Kini setelah mengetahui bahwa Kinsey adalah kakaknya, Cathy sama sekali tidak tahu harus bersikap seperti apa. Meski mereka adalah saudara kembar, mereka baru bertemu selama beberapa hari. Akan membutuhkan waktu untuk membiasakan diri bersama dengan kakaknya.

"Kau tidak perlu merasa canggung. Aku ingin kau membiasakan diri terhadapku. Lagipula, semenjak aku tahu kau adalah adikku, aku sudah memikirkan banyak hal untuk memanjakanmu." ucap Kinsey dengan senyuman bangga yang sangat jarang diperlihatkan.

"Sejak kapan kau tahu aku adalah adikmu?"

"Sebulan yang lalu."

"Kenapa tidak mengatakannya dari awal?"

"Percaya atau tidak, rasanya cukup menyenangkan melihat sikap sinismu itu. Jadi aku sengaja tidak memberitahumu."

Kening Cathy mengernyit mendengarnya. "Sikapmu seolah-olah sudah mengenalku sejak lama." omel Cathy.

"Aku memang sudah mengenalmu. Aku sudah tahu aku punya adik kembar saat berusia delapan tahun. Kau tidak akan bisa membayangkan seberapa keras usaha ayah untuk mencarimu. Hingga akhirnya dia menyerah dan menutup diri. Kami berpikir kau juga mati bersama ibu."

Cathy mengerjap tidak menyangka bahwa kakaknya mengetahui dia mempunyai seorang adik kembar sementara dia sama sekali tidak tahu kalau dia punya kakak kembar seumur hidupnya.

"Dan juga ibu meninggalkan surat untuk kita berdua. Dari suratnya aku tahu kalau aku punya adik kembar. Aku tidak pernah membuka ataupun membaca suratmu. Aku akan memberikannya padamu saat kita sampai di tempatku."

"Memangnya tempat apa yang dimaksudkan?"

"Sebuah pulau terpencil. Kau tidak akan bisa menemukannya dipeta. Bisa dibilang pulau rahasia yang hanya diketahui keluarga Alvianc."

Untuk pertama kalinya Cathy tersenyum membuat Kinsey merasa lega. Dia merasa dinding apapun diantara mereka kini runtuh secara perlahan.

Cathy juga menanyakan kejadian tadi malam. Dia merasa ada tiga orang yang berusaha menodainya. Namun ternyata dia hanyalah mimpi buruk. Itulah yang dikatakan kakaknya. Kemarin Cathy tiba-tiba pingsan dan kebetulan Kinsey ada disana dan segera membawanya pulang. Karena Cathy mau membiasakan diri menerima kenyataan bahwa dia memiliki seorang kakak yang menyayanginya, dia mempercayai ucapan kakaknya.

Karena itulah Cathy tidak mengalami trauma apapun dan hanya menganggap apa yang dirasakannya hanyalah halusinasi dari mimpi buruknya.

Cathy mulai merasa bisa memandang Kinsey sebagai kakaknya, hanya saja dia masih belum terbiasa memanggil nama pria itu ataupun dengan sebutan 'kakak'.

"Uhm.. soal surat ibu, kapan aku bisa melihatnya?"

Kinsey menghela napas berat sebelum menjawab, "Aku tidak membaca suratmu, jadi aku tidak tahu isi suratnya. Tapi jika kecurigaanku benar, ibu akan menjelaskan beberapa hal yang seharusnya menjadi rahasia penting. Aku bisa saja memberitahu rahasianya sekarang, tapi aku lebih suka kau tidak mengetahuinya."

"Seperti yang kubilang sebelumnya, kau tidak akan menyukai kebenaran yang akan kau dengar. Tapi, jika kau memutuskan untuk mengetahuinya aku tidak akan mencegahmu. Hanya saja, begitu kau sudah mengetahuinya.. kau tidak akan bisa kembali. Hidupmu tidak tenang dan juga.. mungkin kau tidak akan bisa seceria seperti biasanya saat bersama ketiga adikmu... atau saat bersama orang itu." Cathy sama sekali tidak tahu siapa yang dimaksud kakaknya.

"Karena itu aku ingin kau memikirkannya baik-baik. Begitu kau sudah siap, aku akan membawamu ke pulauku. Bagaimana?" bujuk Kinsey berharap dia bisa menunda adiknya mengetahui kebenarannya.

Cathy sama sekali tidak mengerti rahasia seperti apa yang bisa mengubah kehidupannya sekarang. Namun dia teringat kejadian aneh yang sudah terjadi disekitarnya, Sepertinya dia memang tidak akan menyukai kebenaran yang akan didengarnya. Jadi dia hanya menurut dan memilih untuk tidak membaca isi surat ibunya, walaupun sebenarnya dia sangat penasaran.

"Catherine,"

"Ya?"

Kinsey tersenyum lebar. Biasanya kalau dia memanggil nama adiknya, Cathy hanya melengos atau menjawab dengan terpaksa. Tapi sekarang Cathy membalas panggilannya dengan nada sopan dan lembut.

"Aku tahu semuanya memanggilmu dengan Cathy, apa aku juga boleh memanggilmu dengan nama panggilan?"

Cathy mengedipkan mata beberapa kali tidak menduga pertanyaan itu.

"Uhm.. aku rasa tidak apa-apa. Kau tidak perlu meminta izin."

"Aku mengerti, kalau begitu mulai sekarang aku akan memanggilmu Rinrin."

Sekali lagi Cathy mengerjap tidak mengerti.

"Rinrin?" bukankah tadi kakaknya meminta izin untuk memanggilnya Cathy, kenapa sekarang berubah menjadi Rinrin?

"Mama selalu menyebutmu dengan nama Rinrin. Jadi sudah terngiang-ngiang di kepalaku bahwa aku akan memanggilmu dengan Rinrin."

Hati Cathy terasa hangat saat mendengar penjelasan sang kakak. Inikah rasanya bila ada seorang ibu dan kakak yang menyayanginya?

Saat itu pula dinding pertahanannya terhadap Kinsey hancur berkeping-keping. Rasanya ingin sekali memanggil saudara kembarnya dengan nama atau panggilan 'kakak', tapi dia masih merasa canggung. Namun diam-diam di dalam hatinya dia sudah memanggil Kinsey dengan sebutan 'kakak'.