Hari-hari berjalan dengan normal dalam kehidupan keluarga West. Si kembar berangkat ke sekolah, serta Anna masuk kuliah dan Cathy... kembali bekerja. Sayangnya pekerjaan yang ditetapkan oleh pamannya sama sekali tidak diharapkannya.
Hingga detik ini Cathy tidak mengerti mengapa pamannya mengirimnya bekerja di perusahaan Alvianc. Terlebih lagi menjadi asisten pribadi Kinsey Alvianc?!
Kini dia menyesal meminta pamannya untuk mengizinkannya bekerja. Kalau tahu begini lebih baik dia tidak bekerja dan bersantai di rumah seperti biasanya.
Bagaimana tidak? Bekerja sebagai asisten Kinsey tidak ada bedanya saat tidak bekerja. Semenjak dia masuk kerja hari Senin lalu, Kinsey tidak memberikannya satu pekerjaan apapun. Malahan dia membuatnya berkeliling seharian ke luar kota bukan untuk bekerja, tapi untuk berbelanja atau bersantai. Dan sekarang mereka berada di bandara untuk pergi ke luar negeri?! Pekerjaan macam apa ini?
Jika seandainya Steve juga tidak ikut dengan mereka, sudah pasti Cathy akan menolak dengan tegas dan tidak akan ikut ke luar negeri. Sebelum bertemu dengan Vincent, satu-satunya pria yang bisa membuatnya merasa nyaman hanyalah Steve. Pria itu memperlakukannya seperti seorang adik berbeda dengan pria lainnya. Karena itulah Cathy juga menganggapnya seperti seorang kakak.
Minggu lalu mereka memang bertengkar tapi sepulang dari Dreamland, Steve mendekatinya dan mereka berbaikan. Ciri sifat Cathy sangat mudah memaafkan orang yang sudah dianggapnya keluarga, karena itu dia sudah tidak marah lagi pada 'kakak'nya. Hanya saja dia sungguh berharap Steve tidak pernah berteman dengan atasannya yang nyentrik ini.
Di dalam pesawat, mereka telah duduk di kursi yang sudah ditetapkan. Sebenarnya mereka bisa saja memakai pesawat pribadi milik Kinsey, tapi mereka yakin Cathy akan menolak mentah-mentah dan bersikeras untuk tidak ikut. Karena itu mereka bisa menggunakan alasan tiket sudah dibeli dan Cathy tidak akan bisa menolak.
"Kak Steve, bagaimana kakak bisa berteman dengannya?"
"Kami bertemu saat aku menjadi model iklan di perusahaannya. Kami cukup cocok dan sejak itu kami berteman baik."
"Ada rumor yang bilang putra sulung Alvianc grup suka berkelahi dan membuat onar. Dia sering dihukum oleh ayahnya. Apakah itu benar?"
"Darimana kau mendengarnya?"
Cathy mengernyit tidak mau menjawabnya. Dia seringkali mendengar desas-desus seperti ini saat dia bekerja di restoran dulu.
"Untuk menjawab pertanyaanmu, memang benar putra sulung Alvianc suka berkelahi. Tapi itu bukan Kinsey, itu adalah ayah Kinsey sewaktu muda dulu."
Kedua mata Cathy melebar mendengar ini.
"Kinsey tidak pernah mencari masalah atau berkelahi di tempat umum. Catatan kriminalnya bersih. Tenang saja."
Apanya yang harus tenang? Cathy malah menjadi merasa gugup mendengar itu. Kalau dilihat postur tubuh Kinsey, sekali lihat juga pasti tahu pemuda itu juga ahli bertarung.
"Kak Steve, apa kakak yakin aku harus ikut?" tiba-tiba saja dia ingin melarikan diri.
"Dia menginginkanmu ikut, memangnya ada apa? Lagipula kita sudah didalam pesawat."
"Tapi kan.. biar bagaimanapun dia adalah pria, kakak juga pria.. dan aku.."
"Aku tahu apa yang kau khawatirkan. Kita tidak menginap kok. Nanti malam kita pulang."
Mendengar ini kening Cathy mengernyit. Berarti mereka hanya ke negeri seberang? Kenapa pula mereka tidak mau memberitahu nama negeri yang mereka tuju? Karena tidak bisa menemukan alasan untuk menghindar lagi, Cathy menyerah. Lagipula dia mempercayai 'kakak'nya. Jika Steve bilang dia akan baik-baik saja, maka dia percaya Kinsey tidak akan melukainya.
Selama penerbangan suasana hati Cathy tidak membaik dan dia sama sekali tidak tersenyum. Sesekali matanya menerawang ke luar jendela sambil bertanya-tanya kabar kekasihnya. Sudah satu minggu sejak terakhir mereka bertemu dan hingga sekarang dia belum mendapat kabar apapun dari pria itu.
Apakah ini normal? Sebelum mereka menjalin hubungan, keduanya sering berkomunikasi entah melalui chat atau video call. Sekarang, setelah resmi berhubungan mereka malah jarang berkomunikasi. Apakah ini memang sudah biasa dilakukan oleh pasangan umumnya?
Cathy sama sekali tidak tahu, lagipula dia belum pernah menjalani hal seperti ini. Dia bahkan belum pernah jatuh cinta sebelumnya. Dia juga tidak mungkin menceritakan hal ini pada adik-adiknya yang masih bersekolah.
Cathy melirik ke arah Steve yang duduk disebelahnya membuatnya tersenyum sendiri. Apa sebaiknya dia mengungkapkan dilemanya pada Steve? Bukankah ini pertama kalinya dia mengeluhkan sesuatu pada 'kakak'nya? Sebelumnya tidak peduli sesulit apapun masalah yang dia hadapi, dia tidak pernah berkeluh kesah ataupun meminta bantuan.
Kali ini dia sangat ingin menceritakan dilemanya dan ingin mendapatkan jawaban dari sang kakak.
"Kak Steve, apa kakak pernah jatuh cinta sebelumnya?"
Steve menoleh ke arahnya dengan bingung.
"Hmm?? Itu.. aku harus menjawabnya bagaimana ya?"
Kinsey mendengus sarkas mendengarnya.
"Dia memiliki lima kekasih dalam setahun. Dia suka sekali gonta-ganti wanita seperti berganti pakaian. Dasar model berwajah dua."
"Hei! Setidaknya aku sudah bertobat sejak dua tahun lalu."
"Ah, yang itu. Bukankah kau bertobat karena.. hmff.." tangan Steve sudah menutup mulut Kinsey hingga ucapan apapun yang ingin dikeluarkan Kinsey tersimpan dengan erat.
Kinsey merasa kesal dan segera menyingkirkan tangan yang mendekap mulutnya. Kemudian keduanya saling berdebat tidak jelas sebelum akhirnya Kinsey memutuskan memejamkan matanya.
Cathy melihat adegan di sebelah dan merasa terpana melihat perdebatan itu. Mereka berdua bertingkah seperti saudara. Apakah hubungan mereka memang sedekat itu? Bagaimana hubungan antara Kinsey dan Vincent?
Waktu itu Vincent tidak memberitahunya secara detail mengenai Kinsey karena dia juga tidak bertanya; dan tiap kali dia menanyakan Vincent pada Kinsey, atasannya itu malah menyinggung pembahasan lainnya.
"Cathy, jangan hiraukan dia. Soal pertanyaanmu tadi.. aku mudah sekali jatuh cinta tapi ya... kurasa itu bukan cinta, hanya kertertarikan normal saja. Memangnya ada apa?"
"Ah.. itu.." tiba-tiba Cathy menjadi canggung untuk memberitahunya mengenai hubungannya dengan Vincent. "Tidak apa-apa." Akhirnya Cathy memilih untuk menyimpannya sendiri.
Sejam kemudian mereka tiba di sebuah pulau dengan pantai yang indah.
Kedua mata Cathy membelalak lebar saat melihat belasan wanita berpakaian minim yang menunjukkan sebagian besar kulit tubuh mereka...mengerumuni Kinsey dan Steve. Bukankah mereka datang kesini untuk bekerja? Atau apakah ini memang salah satu cara untuk melobi seorang klien?
Jelas sekali Steve menyambut mereka dengan senyuman lebarnya sementara Kinsey tampak tidak nyaman dan berusaha keluar dari kerumunan itu. Sementara Steve sibuk berfoto ria dengan para perempuan, Cathy memutuskan duduk di kursi yang dilindungi sebuah payung tenda.
Cathy agak merasa tidak nyaman saat diikuti oleh Kinsey dan pria itu duduk di sebelahnya.
"Anda tidak bergabung dengan kak Steve?"
"Jangan samakan aku dengannya. Aku tidak suka dikerumuni orang asing. Lagipula, apakah kau harus bersikap formal padaku disaat liburan begini?"
Cathy mendelik ke arah atasannya tidak percaya kalimat terakhir pria itu. LIBURAN?!!
"Apa sekarang kita sedang berlibur? Bukannya kita datang kesini karena urusan pekerjaan?"
"Aku sedang malas bekerja. Liburan seperti ini jauh lebih menyenangkan. Bukankah begitu?"
Entah apa yang merasuki tubuh Cathy sehingga dia menyentakkan kursinya dan bangkit berdiri. Dia sudah tidak bisa lagi menahan dirinya untuk tidak memberontak pada atasannya yang satu ini.
"Jika anda tidak berniat bekerja, jangan menjerumuskan saya. Saya dengan tulus dan ingin bekerja penuh tanggung jawab. Tapi anda sama sekali tidak memberikan pekerjaan yang benar dan hanya menyeret saya kesana-kemari tanpa tujuan apapun. Lebih baik anda memecat saya, atau saya yang akan mengundurkan diri!"
Cathy langsung pergi berjalan menjauhinya menolak ingin berada di dekat atasannya lebih lama lagi.
Kinsey membiarkannya pergi tapi tidak tanpa pengawal. Setelah melirik ke seseorang yang berpakaian santai, orang tersebut mengangguk singkat dan mengikuti Cathy diam-diam.
Cathy yang tidak tahu sedang diawasi naik ke tebing dekat laut dan duduk di salah satu bebatuan besar tersebut. Dia memandang ke arah lautan bewarna kelabu di matanya.
'Jika kau tidak bisa menikmati keindahan melalui penglihatan, aku akan membuatmu menikmati keindahan melalui inderamu yang lain. Pendengaran, penciuman, dan juga...Sentuhan.'
Cathy memejamkan matanya dan mendengarkan suara ombak serta burung pantai yang sedang terbang. Dia menghirup aroma khas lautan di udara. Dia juga merasakan benda keras pada tangannya seolah dia sedang duduk di planet asing.
Dia bisa mendengar, mencium dan merasakan... tapi itu semua tidak bisa dibandingkan saat dia bersama orang itu. Aroma lemon yang diciumnya, tangan besar yang selalu menggandeng tangannya atau mengusap kepalanya dan juga mendengar suaranya yang seringkali jahil namun menggoda; dia lebih merindukan itu semua.
"Vincent, aku sangat merindukanmu." gumam Cathy dengan sedih.
-
Hari Seninnya Cathy dengan sengaja tidak masuk kerja dengan kata lain dia membolos bekerja. Sepertinya Ini pertama kalinya dia membolos bekerja.
Hari berikutnya dia juga berencana tidak masuk kerja. Tidak ada gunanya bekerja di bawah pimpinan seorang Kinsey. Pria itu hanya membawanya berkeliling tanpa benar-benar memberinya tugas. Dia merasa seperti makan gaji buta dan dia sama sekali tidak menyukainya. Dia tidak peduli apakah dia dipecat atau dia yang mengundurkan diri, intinya Cathy sudah tidak mau bekerja sebagai asisten Kinsey.
Walau dia memutuskan untuk membolos kerja, Cathy juga tidak bisa berdiam diri dan menganggur. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar rumah hanya untuk jalan-jalan sekitar rumahnya.
Cathy membuka pintu gerbang rumahnya namun dicegat Owen salah satu supir terbaru pamannya.
"Nona Catherine, anda mau kemana? Biar saya siapkan mobil untuk mengantar anda."
"Tidak perlu, aku hanya ingin jalan-jalan di sekitar sini kok. Tidak perlu naik mobil."
"Tapi Tuan Benjamin bilang harus memastikan anda keluar dengan menggunakan mobil."
"Aku tahu. Tapi kan tetap tidak perlu mobil, hanya jalan mengelilingi rumah ini saja. Aku sendiri yang akan bilang pada pamanku. Aku benar-benar ingin jalan kaki."
"Kalau begitu izinkan saya menemani anda."
Cathy mengerjap beberapa kali mendengar ucapan supirnya. Kenapa pula supirnya merasa dia ingin ditemani?
"Lupakan saja. Bawa mobilnya kemari."
Owen tersenyum lebar dan segera menuju ke garasi untuk mengambil mobil khusus untuknya.
Aneh sekali kenapa beberapa hari belakangan dia tidak bisa menyendiri selain di rumah? Sewaktu dia bekerja di Alvianc juga sama. Jika dia ingin makan di luar pasti ada saja yang menemaninya. Entah itu Kinsey atau koleganya. Yang pasti dia tidak pernah sendirian, padahal dia ingin menikmati waktu sendiri. Cathy merasa kesal dengan situasinya.
Karena pada akhirnya Cathy diharuskan naik mobil, dia memutuskan mengunjungi galeri. Siapa tahu mungkin dia bisa bertemu dengan Vincent disana. Senyumannya melebar sambil berharap dia bisa bertemu dengan Vincent.
Sayangnya, seperti yang diduganya Vincent tidak ada disana. Meski begitu Cathy tetap mengulas senyum saat Frank menyambutnya dengan hangat.
"Huh? Vincent sama sekali tidak menghubungimu?"
Untuk pertama kalinya Cathy menceritakan pada seseorang mengenai dilemanya sepanjang minggu ini. Dia merasa sangat lega telah meluapkan isi hatinya. Rupanya untuk mengatakan isi hatinya harus dikatakan pada orang yang tepat. Adik-adiknya masih harus fokus pada sekolah, Kitty berada di tempat yang jauh, dan kak Steve sama sekali tidak mengenal Vincent. Satu-satunya yang bisa menjadi tempat curahan hatinya hanyalah Frank, sahabat Vincent.
"Aku tahu dia sibuk, aku bisa mengerti itu. Tapi aku berharap setidaknya dia memberiku kabar sesekali. Apa aku egois?"
"Tidak, tidak. Itu sangat normal. Kau mau keatas? Vincent bilang padaku kau boleh menghancurkan ruangannya kalau kau sedang marah."
"Huh?" sedetik kemudian Cathy tertawa disusul dengan tawa Frank.
Ajaib sekali.. hanya mendengar pesan pria itu, rasa kegundahan dan kesepiannya menghilang begitu saja.
Setelah mengantar Cathy ke ruangan V, Frank melamun di tempatnya. Minggu lalu Felicia menangis dan memaki Benjie hingga mabuk berat. Sekarang Vincent menghilang setelah memberi puluhan pesan kepada timnya.
Salah satu pesan dari Vincent adalah untuk tidak menyelidiki lebih dalam lagi mengenai Catherine dan berjaga-jaga untuk menunggu perintah selanjutnya. Setelah itu dia menghilang tanpa jejak dan sulit dihubungi. Dia sama sekali tidak menyangka kalau sahabatnya juga tidak menghubungi Cathy.
Apakah Vincent akan melakukan hal yang sama seperti Benjamin? Dia sama sekali tidak mengerti jalan pemikiran kedua orang itu. Keduanya sering berdebat, saling menggoda satu sama lain, bahkan cara berpikir mereka juga sangat bertentangan. Tapi kenapa sekarang mereka sama-sama menyakiti wanita yang mereka cintai?
Frank berharap setidaknya untuk kali ini, Vincent tidak melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Benjamin pada Felicia.