Chereads / My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu / Chapter 69 - Kinsey Alvianc

Chapter 69 - Kinsey Alvianc

Anna dan si kembar mengobrol dengan santai saat dikenalkan dua teman Steve. Yang satu bernama Kinsey Alvianc dan yang satu lagi bernama Parker Gardnerr. Kinsey Alvianc merupakan orang yang menolong Cathy dengan cara berbohong dua hari yang lalu. Sementara Parker merupakan sahabat baik Steve.

Secara kebetulan ketiga pria itu ada janji dengan teman-teman perempuan mereka bertemu di Dreamland. Namun para perempuan belum datang dan saat menunggu, Steve melihat Cathy serta adik-adiknya sedang mengantri di sebuah wahana.

Kini mereka berjalan ke arah sebuah wahana dan mengantri bersama. Anna serta si kembar mengantri di barisan depan disusul Steve berdampingan dengan Cathy dibelakangnya, kemudian Kinsey serta Parker di belakang keduanya.

"Kakak sudah tidak marah?" tanya Cathy melirik ke arah Steve dengan ragu.

"Kenapa aku harus marah?"

"Kalau begitu kenapa tidak mengangkat telponku atau membalas chatku. Chatku bahkan sama sekali tidak dibaca."

"Ah itu." Steve menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hapeku hilang, aku belum sempat membeli yang baru. Baru dua hari lalu aku membeli hape tapi aku lupa nomormu... jadi.. Kau juga. Kenapa kau tidak datang ke PYH lagi?"

Cathy mengerjap tak percaya dirinya yang disalahkan. "Bukannya kakak bilang aku harus menunggu kabar kakak baru boleh datang?"

"Biasanya juga kau suka datang tanpa memberitahu."

"Bagaimana mungkin aku datang kalau kakak marah padaku?"

"Makanya aku bilang aku tidak marah padamu."

"Uhuk..uhuk.." seseorang dari belakang sengaja memperkeras batuknya menarik perhatian mereka berdua.

Cathy langsung dilanda rasa malu seketika menyadari nada suaranya mulai meninggi. Steve juga merasa salah tingkah karena nadanya ikut meninggi. Ditambah lagi dia memarahi Cathy dihadapan kakak kandungnya.

Sewaktu Kinsey tahu Cathy diberi formula RM dan Steve tidak mencegahnya, Kinsey menghajarnya beberapa kali membuatnya tidak bisa bekerja keesokan harinya. Wajahnya masih ada bekas memar luka yang kini telah disembunyikan dengan make up.

Alasan sebenarnya mengapa Steve tidak menerima telpon atau membalas chat gadis itu bukan karena hapenya menghilang. Tapi karena merasa bersalah gagal melindunginya dari rencana Lest.

Mereka tahu LS ingin segera Cathy mengingat dan memberikan kunci pengaktifan Stealth. LS sama sekali tidak peduli nyawa Cathy terancam bahaya karena pewaris tahta Paxton sebenarnya adalah Kinsey. LS hanya peduli akan keselamatan Kinsey dan melindungi Cathy hanya karena Cathy merupakan satu-satunya harapan mereka untuk mengaktifkan Stealth.

Begitu Stealth aktif, mereka tidak akan peduli lagi pada Cathy. Saat rumor yang mengatakan bahwa Chloe melahirkan anak perempuan menyebar, Kinsey marah-marah. Dia heran kenapa rumor tersebut hanya menyebutkan anak perempuan saja, padahal Chloe melahirkan anak kembar. Rumor yang buruk.

Kinsey ingin sekali membenarkan rumor itu dengan begitu dirinya yang akan dijadikan sasaran Martin. Namun Lest berhasil membujuknya dengan alasan yang masuk akal. Jika Martin tahu bahwa Kinsey adalah penerus tahta Paxton, mereka akan menyandera Cathy untuk mengancamnya. Dan tidak ada yang bisa menjamin Martin tidak akan membunuh Cathy begitu tahu adiknya sama sekali tidak tahu apa-apa mengenai Stealth.

Di antara anggota LS, hanya Kinsey dan Steve yang tulus mengkhawatirkan keselamatan Cathy. Bagi Kinsey dan Steve, Cathy adalah adik perempuan mereka yang berharga. Karena itulah Kinsey sangat marah karena Steve gagal mencegah suruhan Lest memberikan RM pada Cathy.

"Kalian kenapa? Kalian bertengkar?" tanya Lizzy yang ikut merasakan suasana tidak enak dibelakangnya.

"Tidak apa-apa." jawab Cathy sambil mengaitkan tangannya ke lengan Anna.

Anna merasa kakak sulungnya sedang tidak memiliki suasana hati yang bagus. Kemudian Anna mengajak Cathy berpisah dari mereka dengan alasan pergi ke toilet.

Begitu mereka keluar dari barisan antrian, Anna membuka suara.

"Kenapa kakak bertengkar dengan kak Steve?"

"Kami tidak bertengkar."

"Suasana disini memang sangat ramai, tapi kami bisa mendengar kalimat terakhir kalian. Kenapa kak Steve marah pada kakak?"

Cathy mendesah pelan kemudian menceritakan secara singkat kejadian Minggu lalu pada Anna.

"Lalu setelah pulang dari rumah sakit, aku berusaha menghubunginya tapi kak Steve tidak mengangkatnya. Jadi aku berpikir dia marah padaku. Bagaimana bisa aku tahu kalau hapenya menghilang? Kenapa pula dia menyalahkanku? Sikapnya seperti anak kecil saja." omel Cathy.

Anna nyaris melongo mendengarkan segala keluhan kakaknya. Ini pertama kalinya kakak sulungnya mengeluarkan isi hatinya. Biasanya Cathy hanya memendamnya sendiri dan tidak membuat adik-adiknya khawatir. Anna merasa beberapa hari terakhir ini kakaknya telah banyak berubah. Tentu saja perubahan yang ke arah baik, dan Anna sangat menyukai Cathy yang sekarang.

Apakah mungkin berkat Vincent? Kalau iya, Anna akan sangat berterimakasih pada pemuda itu.

Namun Anna merasa ada yang mengganjal dengan cerita kakaknya. Kenapa Steve melarang kakaknya untuk pergi ke Green Park? Seolah-olah Steve sudah tahu akan ada sesuatu buruk yang terjadi. Kenyataannya kakaknya tiba-tiba jatuh pingsan dan nyaris mengalami gagal jantung di rumah sakit.

"Apakah mungkin kak Steve tahu kalau kakak akan pingsan disana?"

"Mana mungkin? Memangnya dia cenayang yang bisa melihat masa depan? Sudahlah, lupakan saja. Aku tidak mau acara keluarga kita rusak gara-gara salah paham dengannya."

Tidak mau memikirkan lebih lanjut, Anna menyetujuinya. Kemudian keduanya kembali ke antrian tadi dan kini mereka berkenalan dengan tiga wanita yang baru saja datang.

"Sepertinya kami mengganggu acara kencan kalian. Apa sebaiknya kami pergi?" sindir Cathy pada Steve membuat salah satu wanita yang mendengarnya tertawa.

"Tidak perlu pergi. Kami datang kesini untuk mengklaim hadiah kami." ucap salah satu yang bernama Giselle.

"Itu benar. Steve kalah taruhan dan dia harus menraktir kami ke Dreamland untuk bersenang-senang." lanjut Claire, temannya.

"Siapa yang menyangka kalau dia membawa pasukannya. Dua teman pria dan empat adik perempuan." sambung wanita terakhir bernama Aileen. "Bagaimana kalau kalian bergabung dengan kami dan meninggalkan mereka? Lagipula mereka bukanlah orang yang bisa diajak mengobrol dengan mudah." bisiknya ke arah Cathy.

"Aku setuju denganmu." jawab Cathy.

"Cathy, aku tidak tahu apa yang dikatakannya, tapi bisa kuyakinkan dia tidak mengatakan yang sebenarnya." jelas Steve dengan terburu-buru.

"Hmph!" dengus Cathy kemudian bergabung dengan adik-adiknya tanpa menghiraukan para pria.

Steve merasa suram melihat kini Cathy malah marah padanya. Dia lebih muram lagi saat merasa sebuah tepukan di pundaknya dan suara dingin berbisik padanya.

"Kerja bagus. Sekarang kau membuatnya membenci kita."

Ugh! Steve meratapi dirinya sendiri. Apalagi seharian itu Cathy sama sekali tidak menanggapinya dan menjadi lebih akrab dengan ketiga teman wanitanya.

Malam harinya mereka masih belum mau pulang dan melihat sebuah parade sebagai pertunjukan Dreamland yang terakhir. Semakin malam semakin banyak pengunjung berdatangan. Karena terlalu ramai, grup besar Cathy tercerai berai untuk melihat pertunjukkan lebih dekat.

Pada dasarnya Cathy tidak suka dengan keramaian jadi dia berusaha berjalan menjauh untuk keluar dari kerumunan yang menyesakkan.

Sayangnya tubuhnya tidak setinggi Anna ataupun sebesar Steve, tubuhnya sering ditabrak kesana kemari membuatnya nyaris tak bisa bergerak. Namun dia tidak menyerah dan mencoba bergerak menerobos kerumunan hingga dia merasakan seseorang mendorong tubuhnya dengan keras.

Bukk! Dia terjatuh dan meringis kesakitan saat seseorang menginjak tangannya tanpa sengaja. Tidak hanya itu, dia merasa kesulitan untuk berdiri karena tiap kali dia berusaha berdiri seseorang menyenggolnya dan terjatuh lagi. Tidak lama kemudian seseorang tersandung kakinya dan memakinya. Bahkan ada yang menginjak kakinya membuatnya menggigit bibirnya menahan rasa sakit. Cathy sama sekali tidak berdaya dan tidak tahu harus bagaimana untuk keluar dari situasinya.

Tiba-tiba saja tubuhnya terangkat dan matanya terkejut saat melihat wajah yang menggendongnya.

"Apa yang kau lakukan? Turunkan aku!"

Cathy berusaha meronta agar dia diturunkan tapi orang ini malah tidak menurutinya dan membawanya menjauhi dari kerumunan. Hatinya bergetar ketakutan saat melihat mereka berjalan menuju ke tempat yang lebih sepi.. semakin jauh dari parade yang sedang berlangsung.

"Turunkan aku.. aku akan berteriak kalau kau tidak menurunkanku." tuntut Cathy sambil mengayunkan kedua kakinya yang melayang berharap keseimbangan orang ini lengah.

Sayangnya, kedua tangan orang ini masih kokoh dan tidak bergeming dari posisinya. Hati Cathy menjerit tak bersuara saat melihat beberapa orang berbaju hitam berdiri disana seolah menunggu kedatangan mereka.

Apa.. apa yang ingin dilakukan orang ini? Apa yang diinginkan Kinsey Alvianc darinya? Tanpa disadarinya air mata Cathy keluar begitu saja.

Tidak lama kemudian Kinsey mendudukkannya di sebuah bangku. Cathy bisa saja melarikan diri dan segera mencari Steve serta adik-adiknya kalau saja pria berbaju hitam tadi tidak berdiri mengelilingi mereka. Dia tidak bisa kabur. Dia ragu apakah dia bisa melarikan diri tanpa tertangkap oleh pria berbaju hitam ini atau tidak.

Cathy masih memikirkan cara untuk lepas dari Kinsey agar dia bisa menghubungi Steve saat dia merasakan nyeri pada tangannya.

Tanpa diduganya Kinsey telah berjongkok membersihkan luka bekas pijakan salah pengunjung dan mengoleskannya dengan minyak obat pada jarinya.

Tidak hanya itu Kinsey juga membetulkan sepatunya yang sempat miring akibat banyak orang yang menyandung atau menginjak kakinya.

Setelah itu Kinsey memberinya tisu bersih untuk menghapus air matanya.

"Apakah masih sakit?"

Cathy kehabisan kata-kata mendengar nada lembut dan penuh kasih pada suara pria itu. Dia teringat, cara bicara dan juga nada orang ini sangat mirip dengan Vincent saat berbicara dengannya. Sama-sama lembut dan penuh perhatian. Hanya saja, keduanya menatapnya dengan pandangan yang berbeda.

Vincent mencintainya dan dia tahu itu. Karena itu Vincent selalu menatapnya dengan penuh cinta yang hanya untuk dirinya. Sedangkan pemuda satu ini menatapnya seolah dia adalah keluarganya. Kinsey menatapnya seperti Steve memandangnya seperti... seorang kakak.

Kenapa? Kenapa dia merasa Kinsey memperlakukannya seperti seorang adik padahal mereka tidak pernah bertemu sebelumnya? Cathy juga tidak menemukan alasan kenapa Kinsey mau menganggapnya sebagai adiknya?

Namun dia tidak punya waktu untuk memikirkan jawabannya. Saat ini pria berbaju hitam disekitarnya menjadi masalahnya. Dia merasa terheran-heran. Tadi dia merasa ketakutan setengah mati, sekarang kenapa dia merasa terlindungi?

Melihat Cathy tidak bereaksi dan hanya menatapnya dengan bingung, Kinsey bangkit berdiri. Kemudian membisikkan sesuatu pada salah satu pria berbaju hitam sebelum pria tersebut pergi.

Orang suruhan Kinsey mengejar seseorang yang akhirnya berhasil ditangkapnya. Yang tidak diketahui orang suruhan tersebut, orang yang ditangkapnya memiliki komplotan dan berhasil melarikan diri untuk melaporkan kejadian tadi pada seorang wanita di kediaman keluarga Paxton.

"Apa?! Kalian gagal membuatnya luka parah? Kenapa kalian tidak becus huh?"

"Seorang dari Alvianc group melindunginya. Kami tidak bisa berbuat apa-apa."

"Kenapa Alvianc melindunginya? Sama sekali tidak masuk akal. Bilang saja kalian tidak becus, jangan cari alasan."

"Clarissa, tenanglah."

Clarissa segera menoleh ke arah pemilik suara di belakangnya.

"Paman Martin.. bagaimana aku bisa tenang? Gara-gara perempuan itu aku dihukum dengan tidak adil oleh paman. Aku ingin membalasnya berkali lipat. Bukankah paman juga sudah memberi izin? Selama aku tidak membunuhnya, aku boleh melakukan apapun padanya?"

"Benar. Aku memang mengizinkanmu, dan aku sangat berharap kau berhasil menyakitinya hingga membuatnya menderita. Dengan begitu saat waktunya tiba nanti, aku bisa memaksanya memberitahukan lokasi serta kunci pengaktifan ruang kendali Stealth."

"Karena itulah aku sedang berusaha membuatnya menderita. Aku ingin dia berharap dia tidak pernah dilahirkan ke dunia ini. Aku ingin membuatnya merasa tidak pernah ingin masuk ke dalam Paxton. Dengan begitu dia akan memberitahu kita apa yang paman inginkan tanpa harus kita minta."

Baik Martin maupun Clarissa tertawa dengan licik mendengar rencana keji dari Clarissa.

"Aku benar-benar menyesal tidak mempercayaimu waktu itu. Kalau seandainya aku mempercayaimu dan segera mencarinya, maka kita bisa mendapatkan apa yang kumau lebih cepat."

"Tenang saja. Aku sudah memiliki banyak cara di benakku untuk menghancurkan hidupnya. Aku hanya memerlukan umpan."

"Aku percaya padamu. Sayangnya... kau tidak bisa melawan Alvianc group."

Kening Clarissa mengernyit tidak suka dengan kalimat pamannya. "Kenapa? Kenapa Alvianc membantu Catherine? Apakah mungkin mereka tahu kalau Catherine adalah penerus tahta Paxton?"

"Kalau mereka tahu, mereka tidak akan mau menjadikannya sebagai menantunya."

"APA?!"

"Benar. Tampaknya putra tunggal Marcel Alvianc menjalin hubungan khusus dengan Catherine. Aku pernah bertemu dengan putranya, dia bilang Catherine adalah calon menantu Alvianc group."

"Dasar perempuan. Kenapa keberuntungannya besar sekali? Bukan hanya menjadi penerus tahta Paxton, tapi dia dipilih oleh penerus Alvianc group. Kalau begitu bukankah kita bisa memberitahu mereka kalau Catherine adalah putri haram Chloeny?" Clarissa tidak sabar ingin merusak kebahagiaan wanita yang sudah mempermalukannya di Pina.

"Tidak semudah itu. Mereka tidak akan mudah percaya, selain itu... jika identitas anak ini tersebar, ada kemungkinan Alpha dan Zero akan muncul kembali. Aku sama sekali tidak menginginkannya."

"Alpha? Zero? Siapa mereka?"

"Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan. Aku akan mengurus sisanya."

Kemudian Martin keluar dan memberi sebuah perintah pada salah satu bawahannya. Mereka harus membunuh orang suruhan Clarissa yang telah tertangkap oleh pengawal Alvianc. Dia tidak ingin orang tersebut membocorkan identitas Clarissa.

Yang tidak diketahui Martin adalah, orang suruhannya tidak akan pernah bisa menemukan orang tersebut karena telah dibawa ke markas utama tim S untuk diinterogasi. Dan saat mereka menemukan jawaban, mereka akan bertindak pura-pura tidak tahu.