Chapter 62 - Amnesia

Tadinya Chloeny merasa pusing yang sangat berat hingga membuatnya pingsan. Namun tubuhnya sudah mulai terbiasa dengan efek racun apapun yang telah dikonsumsinya sehingga tidak membutuhkan lama untuk kembali sadar.

Dia mendengar suara percakapan antara Lest dengan Vincent. Semula dia tidak keberatan Vincent mengetahui rahasianya. Dia juga merasa tertarik pada Vincent untuk menjadi penerus posisi Lest di depannya. Ditambah lagi, dia teringat putrinya.. Rinrin selalu mengikuti Vincent kemanapun seperti ekor yang sudah menempel pada tubuh Vincent.

Entah kenapa dia merasakan kedepannya Vincent pasti akan bertemu dengan putrinya kembali. Tapi... disaat dia mendengar kalimat Lest berikutnya dia mulai sadar. Dia telah menjadi egois. Jika Vincent bergabung ke dalam tim inti LS, masa depan anak itu akan hancur dan tidak bisa hidup dengan damai. Yang paling buruk adalah anak itu bisa mati.

Chloe sama sekali tidak ingin orang yang disayanginya meninggal, apalagi karena keegoisannya. Tidak. Dia tidak boleh membiarkan masa depan Vincent rusak hanya karena dirinya. Dia ingin Vincent hidup normal seperti anak remaja pada umumnya dan mengalami proses kedewasaan dengan damai tanpa adanya kekerasan.

"Aku tidak akan mengizinkannya." sebelum Vincent terperangkap dengan dunianya, Chloe harus mencegahnya. "Aku tidak ingin melibatkan Vincent."

"Bukankah sudah terlambat? Anak ini mengetahui terlalu banyak mengenai rahasia LS. Kalau nona tidak mengizinkannya, dengan terpaksa aku harus membunuh anak ini sebelum dia keluar dari tempat ini."

"Lest! Apa kau menentangku?"

Untuk beberapa saat tidak ada satupun yang bersuara. Baik Chloe maupun Lest saling beradu tatapan dengan mengerikan tanpa ada yang mau mengalah. Lest tidak pernah tidak setia dan selalu memberikan perlindungan terbaik bagi Chloe. Hanya saja sifat dasar pria pilihan ayahnya adalah seorang pemberontak. Meski Chloe tidak ingin Lest bersikap berlebihan, namun jika ada hal yang membahayakan nyawanya sedikitpun Lest akan langsung bertindak tanpa ragu.

Lest bahkan menyalahkan dirinya sendiri karena gagal mengetahui ada mata-mata Leonard yang berhasil menyusup dan memasukkan racun pada makanan Chloe. Semenjak itu Lest tidak pernah meniggalkan sisi Chloe selama tujuh kali dua puluh empat jam. Lest juga menolak menuruti keinginan Chloe untuk melonggarkan pengawasannya.

"Chloe! Aku tidak peduli apakah aku akan dibunuh atau tidak. Aku hanya ingin membantumu. Kalau kau tidak mengizinkanku, aku akan menghubungi Benji sekarang juga dan menyuruhnya pulang."

"Kau.."

Chloe kehabisan kata-kata sementara Lest hanya tersenyum miring. Anak ini boleh juga saat mengancam nona pertama.

Dalam situasi genting seperti sekarang, apapun yang terjadi Benjamin tidak boleh pulang ke negeri ini. Chloe memiliki alasan mengapa dia mengirim Benjie bersekolah di tempat yang jauh darinya. Mereka bertiga tahu betul begitu Benjie kembali, maka baik Leonard maupun Martin, putra sulungnya pasti mudah mengancam Chloe dengan menggunakan Benjie. Karena itu Vincent memanfaatkan kelemahan Chloe yang ini agar wanita itu tidak menentangnya.

Chloe menghela napas menyerah. "Lakukan saja apa yang kau inginkan. Aku tidak peduli lagi."

Sejak saat itu, Vincent menerima pelatihan khusus dari Lest. Latihan yang diterimanya sangat berat untuk seusia Vincent, namun Lest tidak memberikan keringanan sedikitpun mengingat waktu mereka yang semakin menipis. Ilmu bela diri, memanah atau menembak target benda mati dan bergerak, semuanya diajarkan pada Vincent yang masih berusia tiga belas tahun.

Selain ilmu bela diri, Lest juga mengajarinya mengenai sistem program komputer, bagaimana cara membaca gerakan seseorang dalam bertindak. Tidak hanya itu, Lest juga mengajarinya bagaimana cara menutupi ambisinya dan berekspresi seperti orang yang lemah.

Tiap kali pulang sekolah, Vincent akan lanjut berlatih di ruang rahasia Eastern Wallace dan pulang larut malam dengan tubuh penuh mermar dan luka. Ajaibnya tidak ada satupun keluarga Vincent yang merasa curiga karena dengan ahli Vincent menutupi luka tubuhnya dengan pakaian dan memasang ekspresi normal.

Setelah empat bulan dididik, topeng ekspresi buatan Vincent semakin ahli dan kini tubuhnya tidak terasa sakit. Meskipun dia fokus pada pelatihannya, dia masih berprestasi di sekolahnya. Ini juga merupakan didikan Lest. Tidak boleh membuat perubahan drastis dan membuat orang terdekatnya menjadi curiga.

Tepat satu tahun semenjak Vincent menerima pelatihan kerasnya, Vincent sudah siap menjadi anggota tim inti. Lest telah berhasil mengembangnya menjadi seorang pemuda yang cerdik, dingin, dan kuat disaat bersamaan dia juga bisa menjadi sosok lembek, lemah dan tidak akan ada yang menganggapnya sebagai saingan.

Sayangnya.. suatu hari itu Vincent bertengkar hebat dengan Chloe. Dia tidak ingat penyebab pertengkaran mereka, dia juga tidak ingat apa yang mereka perdebatkan sehingga keduanya berpisah dengan perasaan tidak enak. Vincent terlebih tidak ingat apa saja yang terjadi setelah dia pergi meninggalkan Eastern Wallace dengan emosi yang meluap-luap.

Yang dia ketahui dia terbangun di rumah sakit dengan kondisi tubuh yang sangat memprihatinkan. Dia sama sekali tidak ingat apa yang telah terjadi padanya.

Apa yang terjadi? Kenapa dia mendapatkan luka parah? Rambutnya dipotong menjadi sangat pendek dengan perban yang membalut sekitar kepalanya. Dia merasakan tubuhnya sangat kaku seolah tidak bergerak dalam jangka waktu yang lama. Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Yang dia ingat hanyalah dia sedang bertengkar dengan Chloe suatu malam dan... dia tidak ingat apapun selain pertengkarannya.

Vienna serta Vanessa menangis bahagia melihat Vincent membuka matanya, bahkan ayahnya yang jarang sekali menitikkan air mata juga terlihat berkaca-kaca.

Barulah dia mengerti ternyata dia telah koma selama delapan bulan. Hal ini membuatnya semakin penasaran apa yang terjadi padanya? Sebelum itu, dia merasa harus bertemu dengan Chloe terlebih dahulu untuk berbaikan. Tapi.. dia malah mendapat kabar wanita itu telah tiada dan telah dimakamkan.

Kabar ini seolah membunuhnya seketika membuatnya menolak makanan apapun. Begitu sesuap nasi masuk ke dalam mulutnya, dia langsung muntah dan mengeluarkan semua isi perutnya berupa cairan.

Dia mendapat kabar Chloe meninggal dalam kecelakaan. Kenapa Chloe meninggalkan Eastern Wallace? Bukankah wanita itu sendiri bilang selama dia berada di rumahnya, dia masih bisa bertahan hidup? Apakah mungkin karena pertengkaran mereka, Chloe memutuskan untuk keluar rumah untuk mengejarnya?

Kenyataannya adalah Vincent menolak untuk menerima kenyataannya. Dia tidak ingin mempercayai ucapan keluarganya yang mengatakan Chloeny telah tiada. Dia mencari cara untuk membuktikan bahwa Chloe masih hidup di suatu tempat. Dia berharap, Lest ataupun anggota LS lainnya berhasil menyelamatkan Chloe dan menyembunyikannya di tempat yang lebih aman.

Karena itu Vincent mencoba menghubungi Lest, tapi pria itu tidak pernah mengangkatnya ataupun menemuinya. Hingga puluhan kali dia mencobanya tanpa ada hasil, dia mendatangi Eastern Wallace dan menuju ke pintu rahasia LS. Sayangnya dia tidak bisa menemukan pintunya. Pintu itu sudah tidak ada disana.

Dia hanya menemukan sebuah pesan. Pesan terakhir dari pembimbingnya. Lest menyuruhnya untuk berpura-pura tidak pernah mengenal ataupun mengetahui tentang LS. Dengan begitu Vincent bisa terlepas dari jeratan LS.

Memang Vincent terlepas dari ikatannya dengan organisasi berbahaya tersebut, tapi sesuatu lain yang membuatnya terikat hingga menyesakkan hatinya. Perasaan bersalah dan kehilangan. Semenjak itu dia tidak pernah berhenti menyalahkan dirinya atas kematian wanita yang sangat disayanginya.

Tiap malam dia akan bermimpi buruk dengan sosok Chloe berbaring tak berdaya dengan berlumuran darah. Tubuhnya tidak bisa menerima makanan dan tidurnya tidak pernah nyenyak. Dia menghabiskan bertahun-tahun seperti zombi yang tidak memiliki tujuan hidup.

Nilai pelajarannya berantakan dan dia nyaris tidak naik kelas. Dia bahkan tidak ada berkemauan untuk berkuliah. Kalau saja bukan karena keluarga dan Benjie serta Felicia yang terus menemaninya dan memberinya semangat hidup, dia mungkin tidak akan bisa lepas dari masa kelamnya.

Dengan susah payah dia berusaha mengikuti kuliah dengan baik. Dengan susah payah dia memusatkan pikirannya pada pelajarannya. Hingga suatu hari seorang teman mengenalkannya dengan kamera analog.

Semenjak itu dia merasa hatinya telah terikat dengan kameranya. Dia sangat menyukai kameranya dan tiap-tiap gambar yang diambilnya. Keluarganya bisa melihat dirinya kembali hidup dan membiarkannya melanjutkan hobi kesukaannya.

Vincent masih melihat mimpi-mimpi buruknya dan rasa bersalahnya masih ada menghantuinya kala itu, namun dia memutuskan untuk belajar menerimanya. Karenanya dia mulai bisa mengikuti pelajaran serta kegiatan kampusnya. Dia bahkan lulus menjadi salah satu wisudawan berprestasi dengan nilai tertinggi.

Tidak hanya itu, dia juga mulai merintis usahanya sendiri dan membentuk timnya. Dia menerapkan cara merekruit orang seperti apa yang diajarkan Lest padanya. Dia tidak ingin melakukan kesalahan yang sama tanpa persiapan. Karena itulah dia mendirikan Flex group untuk melindungi keluarganya dari siapapun yang berusaha menyakiti Regnz.

Dia tahu, untuk saat ini timnya tidak sebanding dengan Martin Paxton yang menggunakan cara licik dan keji. Tapi setidaknya.. selama musuhnya bukan pria tua licik itu, dia masih bisa melindungi keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Saat dia berusia dua puluh enam tahun dimana Abigail lahir ke dunia ini, Vincent baru bisa melepaskan kurungan perasaan bersalahnya. Melihat bayi mungil nan polos di tangannya membuatnya ingin menjadi seorang paman yang baik dan penyayang. Dia tidak ingin masa lalunya menghalanginya untuk membahagiakan orang-orang tercintanya.

Sejak Abi datang kedalam keluarga Regnz, Vincent tidak lagi mengalami mimpi buruk. Vincent menganggap kelahiran keponakanlah yang mengusir segala mimpi buruknya. Keluarganya juga menyadari perubahannya, karena itu mereka sangat menyayangi Abigail dan bersyukur Abi hadir ke tengah-tengah mereka semua.

Namun sesekali Vincent merasa penasaran apa yang terjadi pada dirinya hingga dia koma selama berbulan-bulan. Hingga saat ini dia tidak menemukan jawaban karena keluarganya selalu menghindar tiap kali dia menyinggungnya.

"Aku tahu kau akan datang kemari."

Vincent yang kini berada di dalam kamar Chloe berbalik menoleh ke arah pemilik suara tersebut. Lest berdiri disana dengan kedua tangannya menyilang didepan dadanya sambil memasang ekspresi penuh kemenangan.

Vincent mendecak dalam hati, apakah dia sudah masuk ke dalam perangkap pria itu? Vincent mendesah sadar bahwa dirinya yang rela masuk kedalam jebakannya... lagi. Persis seperti apa yang dilakukan pria itu saat menawarkannya untuk bergabung ke LS.

Vincent teringat tujuannya datang kemari. Dia ingin memastikan bahwa Catherine bukanlah putri kandung Chloe, tapi kini dia berharap Cathy memang adalah putri Chloe. Karena jika dia memang adalah anak perempuan Chloe yang disembunyikan, Vincent tidak akan ragu lagi.

Dia tidak ingin gagal lagi dan mengulangi kesalahan yang sama. Dia akan menebus kesalahan masa lalunya dengan memastikan keselamatan Cathy. Lagipula Catherine bukanlah hanya sekedar putri Chloeny, tapi Cathy adalah seseorang yang telah mencuri hatinya. Bagaimana mungkin dia akan tinggal diam jika gadis itu dalam bahaya?

"Baiklah, kau menang. Sekarang katakan padaku.. apakah Catherine West adalah anak perempuan Chloeny?"

"Benar."

Vincent mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat dan tiba-tiba saja napasnya terasa sesak saat bertanya hal berikutnya.

"Apakah kematian Chloeny ada hubungannya denganku?" Vincent memang tidak tahu kejadian sebenarnya, tapi dia tetap merasa dirinyalah penyebab kematian wanita itu. Kalau seandainya dia tidak bertengkar dengan Chloe malam itu... mungkin wanita itu masih bisa hidup.

"Aku yakin nona sama sekali tidak menyalahkanmu,"

Vincent menelan ludah mendengarnya. Lest mengatakannya dengan datar tanpa ekspresi apapun. Mungkin Chloe memang tidak menyalahkannya, tapi bagaimana dengan Lest?

"Kau pasti menyalahkanku." tebak Vincent membuat Lest mendengus.

"Benar. Tapi aku melihatmu menderita selama beberapa tahun. Kau terlihat tidak berbeda dengan orang mati, jadi kebencianku padamu berubah menjadi kasihan. Lagipula kau sudah membayarnya."

"Apa maksudmu?" kini Vincent tidak mengerti kalimat terakhir Lest. "Apakah mungkin... ini ada hubungannya denganku yang tidak sadarkan diri selama delapan bulan?" Vincent semakin yakin saat melihat Lest tersenyum tipis menanggapinya. "Apa yang terjadi? Setidaknya kau berhutang penjelasan padaku."

Lest terdiam merasa tidak yakin apakah dia harus memberitahukan kebenarannya atau tidak.

Disaat bersamaan Benjamin baru saja menerima hasil pemeriksaan DNA antara Chloe dengan Catherine yang ternyata hasilnya adalah 99,99% sama.

Benjamin menjambak rambutnya dengan kedua tangannya putus asa. Semula dia ingin mengembalikan seluruh warisan ayahnya pada Catherine sebagai putri Daniel Paxton. Tapi kalau ternyata dia adalah putri Chloeny Paxton... maka ceritanya sudah sangat berbeda.

Catherine memang adalah penerus tahta Paxton yang sebenar-benarnya.. disaat bersamaan... kehidupan gadis muda itu tidak akan ada lagi kedamaian.