Hari demi hari telah aku lalui. Kehadiran Bang Sam di rumah memberikan warna tersendiri. Sikap baik dan perhatiannya terhadapku mampu menggetarkan hati. Dia tak hanya berperan sebagai seorang ayah, tapi juga kakak sekaligus sahabat. Bersamanya adalah saat-saat indah yang menggembirakan. Mengikis sunyi. Menghempas sepi.
Namun semakin aku dekat dengannya, semakin sesak dada ini. Ada perasaan dalam yang harus aku pendam. Mengubur semua keganjilan yang dapat membuatku tersiksa. Dan pada akhirnya aku dihadapan pada sebuah pilihan. Menghilangkan rasa itu atau membiarkan aku tersiksa dalam ketidakjelasan.
''Vivo ... ''
''Ya, Ibu ...''
''Besok, Ibu akan menghadari pernikahan Asus dan Mito di Semarang. Kemungkinan Ibu akan menginap di sana selama dua hari.''
''Hah? Dua hari?''
''Iya ..''
''Apa Bang Sam ... eh, maksud Vivo, apa Ayah juga ikut bersama Ibu?''
''Tidak ... karena Ayahmu masih ada pekerjaan yang tidak boleh ditinggal, jadi Ibu akan pergi sendirian ke sana.''
''Ohhh ...''
''Vivo ... selama Ibu pergi, jaga diri baik-baik ya, jangan nakal ... jangan menyusahkan Ayah Tirimu!''
''Iya Ibu ... Vivo akan patuhi semua nasehat itu.''
''Bagus, jadilah anak yang penurut! Ibu sayang kamu, Vo ...'' Ibu mngecup keningku.
''Vivo juga sayang Ibu.'' Aku memeluk tubuh Ibu sebelum beliau pergi meninggalkan kamarku.
Berita kepergian Ibu ke Semarang sungguh membuatku jadi takut. Aku takut khilaf. Karena dengan kepergian ibu, itu berarti di rumah ini hanya akan ada aku dan Bang Sam. Bukankah itu sangat menakutkan? Ah, tidak ... harusnya aku senang. Dengan begitu aku akan lebih sering berduaan bersama Bang Sam. Bukankah itu yang aku inginkan? Aku jadi memiliki kesempatan untuk mengukir kenangan yang lebih intim. Oh, no! Ini pemikiran yang sangat gila. Bagaimana mungkin ada pikiran konyol semacam ini muncul di benakku. Benar-benar dilematis ...
''Hai, Boy ... mau ikut saya, gak?'' celetuk Bang Sam tiba-tiba nongol di kamarku.
''Kemana, Bang?'' Aku mengkerutkan kening.
''Tempat gym.''
''Mmm ... mau!''
''Come on! Let's go!''
''Oke!'' Aku bangkit dari ranjang tidurku dan bergerak cepat mengikuti langkah Bang Sam. Kemudian kami berdua pergi ke tempat kebugaran, di mana tempat tersebut merupakan tempat freelance bagi Bang Sam untuk memberikan pelatihan terhadap klien-kliennya.
Ini adalah pertama kali aku menginjakan kaki di lantai sebuah pusat kebugaran. Tempatnya cukup luas. Berbagai macam alat bantu fitness tersedia di sini. Mulai dari treadmill hingga cross trainer. Lengkap pokoknya. Dan aku belum tahu nama alat-alat itu. Aroma keringat jantan langsung tercium di area ini. Karena banyak pria-pria macho berbadan atletis berseliweran. Mereka berlatih menggunakan alat-alat itu dengan telanjang dada. Memamerkan dada bidang dan perut kotak-kotaknya. Sungguh, pemandangan yang menggoda iman.
''Itu Adductor,'' bisik Bang Sam saat aku diam-diam memperhatikan seorang laki-laki yang duduk di sebuah alat fitnes yang seperti tempat duduk yang biasa ada di tempat tukang cukur.
''Adductor?'' Aku mengernyit seraya memperhatikan laki-laki itu yang duduk dan meletakan kedua pahanya di belakang bantalan. Saat ia menggerakan paha ke dalam ia menarik napas dan saat menggerakan paha ke luar, ia menghembuskan napas.
''Iya, alat fitnes yang fungsinya untuk melatih otot paha bagian dalam untuk menghilangkan lemak di area paha. Jadi pahamu bisa lebih kencang dan keras.'' Bang Sam mencengkram pahaku dan menekannya, ''tidak lembek seperti pahamu, Vo!'' imbuhnya sembari menabok daging pahaku. PLAAAKKK!!! Lumayan sakitnya.
Aku meringis.
''Ayo kita ke sana!'' Bang Sam menuntunku ke sebuah tempat. Aku menurut saja.
''Lihat itu!'' Bang Sam menunjuk sebuah alat fitnes yang sedang digunakan oleh seorang laki-laki, ''itu namanya Leg Curl,'' lanjutnya.
Bentuknya seperti ranjang berukuran pas badan satu orang. Saat menggunakannya kita bisa telungkup memeluk bantalan atau berpegangan pada tongkat pegangan yang tersedia. Sementara ujung kaki kita gerakan naik turun.
''Itu fungsinya untuk melatih apa, Bang?''
''Untuk melatih otot paha bagian belakang.''
''Oh, gitu.''
''Masih banyak sih alat-alatnya, seperti Chest incline yang berfungsi untuk melatih otot dada.''
''Kalau yang itu apa namanya, Bang?'' tanyaku sambil menunjuk ke arah seorang wanita yang sedang menggunakan sebuah alat fitnes yang bentuknya seperti huruf L. Kanan dan kiri bagian tangan ada sandaran untuk berpegangan.
''Itu Pectural Machine, fungsinya untuk mengencangkan dada bagian luar. Cocok buat cewek-cewek yang ingin memiliki bentuk dada yang kencang dan montok. Hehehe ...''
Aku hanya tersenyum simpul.
''Oke, sekarang kita ke ruang ganti dulu, Vo ...''
Bang Sam merangkul bahuku dan membawaku masuk ke sebuah ruangan. Dan tiba di tempat ini aku jadi tercengang, seperti ditampar badai catrina. Membuat mulutku menganga tak terkira. Banyak sekali laki-laki berwajah ganteng berpostur tinggi besar yang sedang shirtless bahkan ada beberapa dari mereka yang hanya mengenakan sempak. __Alamak, bikin aku konak!

Bang Sam masuk ke sebuah bilik, mungkin dia akan berganti pakaian. Sementara aku hanya menunggunya di luar. Masih memperhatikan tubuh-tubuh seksi sang laki-laki yang membuat jantungku berdetak lebih kencang. Apalagi melihat tonjolan di area selangkangan mereka, benar-benar membuatku jadi mati kutu. Aku seperti berada di taman bidadari man version, yang dikelilingi dengan mahluk rupawan yang mengobral alat kejantanan. Aku jadi sesak napas melihatnya. Ingin rasanya menjamahnya dan meremasnya.
''Vo ... bengong aja!'' cetus Bang Sam tiba-tiba muncul di hadapanku. Suaranya yang berat mampu membangunkan aku dari lamunan.
''Lihatin apa, sih?'' tanya Bang Sam heran.
''Ah, gak kok, Bang ... hehehe ...'' sergahku gugup.
''Ya udah, kalau gitu saya menemui klien-klienku dulu ya, Vo ...''
''Ya, Bang ... silakan!''
Bang Sam bergerak menuju ruang fitness. Dia menemui beberapa kliennya untuk melatih dan mengontrol mereka. Saat Bang Sam sibuk memberikan pelatihan, aku sibuk memperhatikan suasana di sekitar tempat ganti pakaian. Di sini banyak pemandangan yang menarik. Diam-diam aku melirik. Menyaksikan pesona pria-pria cantik. Menguping obrolan mereka yang menggelitik. Dan mengintip benda-benda keramat yang tanpa sengaja nyelip. Menampakan sedikit kepala plontosnya dari balik cancut ketat dan tipis. Asiiikkk!
Aku menyelinap ke dalam bilik toilet. Saat aku mendengar tawa cekikikan yang mencurigakan dari bilik sebelah. Aku merasa di bilik toilet tersebut ada dua orang pria. Sedang apakah mereka berdua di dalam sana? Aku jadi penasaran. Jangan-jangan mereka pasangan gay. Jangan-jangan mereka lagi mesum. Jangan-jangan mereka lagi indehoy.
Jiwa detektifku pun mendadak muncul. Tanpa segan aku menyelidiki. Memeriksa dengan seksama dari balik celah lubang. Namun sayang lubang ini terlalu kecil. Aku tidak bisa melihat dengan jelas kegiatan apa yang mereka lakukan. Akhirnya aku memiliki inisiatif. Aku naik ke atas closet duduk dan berdiri pelan-pelan. SSSTTTT.... aku akan mengintip dari atas! Kira-kira mereka lagi apa, ya? Kepo nih!