Chereads / The Exemplar / Chapter 1 - Prolog

The Exemplar

Sir_Axton
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 13k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Prolog

Tik..tok..Tik tok..Tik..tok..

Suara detik jam dinding kamar bergema di telingaku, saat mendapat telepon dari mama. Aku tidak kaget. Serius aku tidak kaget. Mungkin kecewa lebih tepatnya. Mama memintaku kembali ke Indonesia. Sudah berapa tahun lamanya dia tidak meneleponku dan sekarang dia memintaku dengan nada dingin untuk segera memesan tiket penerbangan paling awal ke Jakarta.

"Aydin?? Kamu denger gak sih?" Suara Mama seolah hanya masuk di telinga kananku dan keluar di telinga kiriku.

Kupaksakan mulut ini untuk menjawab. Bagaimanapun juga dia yang membiayai aku dalam diam. "Iya, ma.Aku denger."

"Ya kalo denger jawab dong! Mama udah capek nyuruh kamu kayak gini. Lambat banget sih jadi anak. Mama gak mau tahu. Pokoknya walaupun kamu ada kemampuan merepotkan itu, mama gak bolehin kamu ke sini tanpa pakai pesawat! Denger kamu, Aydin?"

Tuh kan. Dia lagi-lagi merasa terbebani dengan kemampuan yang aku bawa dari lahir ini. Mungkin kalian bertanya-tanya kemampuan apa sebenarnya yang membuat mamaku marah seperti itu? Jawabannya adalah teleportasi. Lebih tepatnya berpindah tempat satu ke tempat lainnya dalam satu waktu. Mungkin kalian tidak percaya. Tapi ini benar terjadi. Lain kali akan aku ceritakan lebih jelasnya. Tapi saat ini aku harus cepat-cepat menuruti perintah Mamaku.

"Iya ma. Aku habis ini nyiapin dulu semua barang-barangku. Kemungkinan aku naik pesawat jam 10 malem." jawabku dengan lemas.

"Bagus.Kalau udah sampe di Jakarta, kamu bisa calling Pak Nata, nanti dia yang jemput kamu di sana."

"Oke ma, makasih."

Telepon pun ditutup. Sambil menghela nafas panjang kulangkahkan kakiku untuk mengambil beberapa koper dan kardus untuk memasukkan segala barang-barang kebutuhanku. Ketika hendak memasukkan baju terakhir, aku melihat kembali bingkai foto di sebelah tempat tidurku.

Disana terpajang foto aku bersama nenek dan kakek yang sedang tertawa bahagia di ulang tahunku yang ke 14. Dua tahun yang lalu. Mereka adalah orang-orang yang paling aku sayangi. Mengapa mereka Kau panggil dengan cepat, Tuhan? Hidup ini kadang terasa tidak adil.

Tak terasa air mata mengalir deras di pipiku. Sampai kapan aku harus merasakan kesepian dan kepedihan ini? Akankah aku merasakan kebahagiaan yang sering diperbincangkan orang-orang?