20 September 2015
Pukul 20:30
Sudah satu jam lebih aku menunggu di ruang tunggu keberangkatan. Bos memberi instruksi untuk mencegah seorang gadis yang fotonya baru dikirim tadi malam. Alasannya, gadis itu bisa memicu perang antar klan jika dibiarkan terbang menuju kampung halamannya di Indonesia.
Gak ada personal reasons, aku gak terlalu mempermasalahkan alasan di setiap perintah yang diberikan Bos. Meskipun Bos hanya memanfaatkanku karena kemampuan yang aku miliki, gak masalah.Apa yang sudah Bos berikan juga tidak sebanding dengan pengorbananku ini.
Biasanya Bos menyuruhku untuk memperdaya target cewek dan membawanya ke markas bersama. Apapun yang terjadi selanjutnya itu bukan urusanku. Yah, bisa dibilang aku ini hanyalah 'nelayan' dari para target.
Well enough with my history. Sekarang, aku lebih disibukkan dengan targetku yang tidak kunjung datang, atau mungkin tidak terlihat di dalam pengawasanku. Aku mencoba mengingat-ingat fitur fisik yang dimiliki gadis itu.
Bertubuh mungil, dengan tinggi 155 cm, berambut coklat tua sebahu, beralis tebal dan tatapan mata yang lembut. Kalo lihat sekilas cewek ini imut banget. Literally my type, but who knows what she got there?
Anyway, kenapa dia lama banget sih? Jangan-jangan aku salah tempat lagi..Kubuka PSP yang selalu aku bawa kemana-mana. Musik pembuka permainan Naruto : Ultimate Ninja Heroes yang memenuhi headset membuat moodku agak membaik.
Kebahagiaan kecil itu berakhir ketika tiba-tiba aku dikagetkan dengan seseorang yang memintaku menjaga barang-barang bawaannya. But, guess what? Orang yang meminta tolong padaku itu adalah targetku. What a small world..Begitu banyak orang di ruang tunggu ini dan dengan mudahnya dia menghampiriku? Orang yang akan menahannya pergi? Kalau saja dia tahu..
Aku mencoba memasang wajah netral dan berakting seperti orang asing yang juga menunggu pesawat seperti dirinya. Jujur dia lebih imut dari foto yang diberikan Boss. Dia juga terlihat gadis yang manis, dan dari gelagatnya sepertinya dia benar-benar ingin pergi ke kamar mandi. It doesn't really matter, sebenarnya, mau berapa lama dia pergi ke kamar mandi, karena pada akhirnya dia tetap akan aku tahan.
Anehnya, dia tidak kunjung kembali. Rasa khawatir mulai menghantuiku. Jangan-jangan dia mengetahui modusku? Aku pun memutuskan untuk mencarinya mulai dari menanyakan pada cleaning service kamar mandi yang dia tuju, toko-toko di sekitar ruang tunggu, hingga akhirnya aku menemukannya sedang duduk menangis di dekat meja informasi.
Ada apa ini? Apa ada masalah? Melihat dia menangis sesenggukan seperti itu membuat kaki ini ingin pergi untuk menenangkannya, namun untungnya logika ku kali ini yang menang. Dia tidak mengenalku, dan jika memang benar perkiraanku dia ketinggalan pesawat, maka besar kemungkinan ku untuk menahannya pergi.
Dengan hati yang bimbang, aku memutuskan untuk kembali ke tempat dudukku yang untungnya masih kosong sejak aku pergi tadi. Sebentar lagi seharusnya dia kembali dan mengambil barang-barang bawaannya.
***
Waktu semakin larut dan dia masih belum juga kembali. Bahkan permainan Naruto ku sudah mencapai level duel terakhir. Tapi kalau lagi main mode gahar seperti ini, ada yang menggangguku sedikit saja, pasti aku hajar. Tak terkecuali targetku sendiri.
Di saat yang tidak tepat dia menemuiku dan meminta maaf karena kiranya dia membuat aku ketinggalan pesawat. Well, she doesn't know kalo Boss sudah menyuap petugas bandara dan memperbolehkan ku masuk. Let's keep it that way..
Respon kaget dan marah ku ternyata membuatnya menangis. First mistake here..Berpikir cepat, aku memutuskan menggunakan cara pendekatan yang lembut. Meyakinkannya bahwa ada cara lain untuk pergi ke Indonesia.
Aku tak menyangka dia menyetujuinya tanpa berfikir panjang terlebih dahulu. What a bad, bad choice girl, tapi itu bisa mempermudah actionku nanti. Setelah berbincang panjang lebar dengan meyakinkannya untuk membeli tiket penerbangan kembali dan hotel lewat hpku, kami akhirnya bisa keluar dari bandara.
Selama menunggu 'taxi' (a.k.a mobil sewaan Boss) datang, aku memberitahu Boss keadaan ini lewat sms. Boss langsung mengirimkan softfile boarding pass palsu lewat email, yang akan kutunjukkan pada targetku.
"Ehem, jadi ini hotelnya deket ya sama bandara?", targetku mengagetkan perhatianku yang masih terlalu fokus pada pembicaraan dengan Boss
"I-iya..aku udah sering ke situ sih, kalo ketinggalan pesawat. Ohya kalo ngomong sama aku, gak usah formal. Santai aja. Lagian kita sepertinya sepantaran, kan?", jawabku sambil memasukkan hp ke dalam saku
"Emang kamu kelahiran tahun berapa?"
"1995. Beda 4 tahun, dikit lah ya.."
Targetku tertawa sinis sambil mengibaskan rambutnya ke samping, "Hahaha, iya, dikit banget. Gak kerasa bedanya"
"Wah, ceritanya sarkas nih? Iya-iya aku udah tua.."
"Apaan, becanda lhoo..", ekspresinya berubah menjadi malu
"Aku juga becanda, hahaha"
It's good to be laughing like this, really. Dia anaknya enak diajak bercanda. But it's reality. I gotta wake up and end up this short fantasy. However, aku gak bisa seterusnya bilang dia targetku kan? Namanya siapa tadi ya...
Tiba-tiba targetku berkata sambil menatap kendaraan berlalu lalang di depan kami, "Namaku Aydin. Ingat ya.."
What the hell. Dia bisa baca pikiranku?? Kok bisa?!
Sepertinya wajahku mengatakan segalanya saat Aydin melanjutkan, "Hahaha, aku bukan pembaca pikiran. Tapi aku pintar membaca ekspresi orang. Dari tadi kamu menatapku dengan penuh tanda tanya. Aku yakin kamu lupa dengan namaku, hahaha"
"Huft, kamu benar..aku memang susah banget inget nama orang.."
"I know..mendiang kakek dan nenekku juga begitu..Oh Gosh I missed them so much.."
Ekspresi Aydin yang berubah seketika, membuatku paham akan kode bahwa dia merindukan sosok mereka yang kemungkinan sudah meninggal. Tanpa berkata-kata aku mengusap punggung Aydin dan ingin menunjukkan gestur bahwa aku ikut prihatin.
At least, itu yang bisa aku lakukan, sebelum aku menyerahkannya pada Boss. Damn, untuk pertama kalinya aku merasa kesal dengan pekerjaanku ini. She's a nice girl. Dia gak berhak ditahan seperti ini. Aku jadi penasaran, apa yang membuat Boss tertarik dan rela mempertaruhkan pekerjaannya untuk menahan gadis ini pergi?
"Jangan mengasihaniku, I'm okay..", suara Aydin yang hampir tidak terdengar, dan sentuhan jarinya di pipiku membuat lamunanku buyar.
Kugenggam jemari Aydin sambil menatapnya, "I'm not pitying you, and sometimes it's okay not to be okay.."
Ekspresi Aydin melembut dan di sudut matanya, air mata menetes pelan. Tak tahan melihat ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya yang seolah meneriakkan bahwa dirinya capek akan beban hidup ini, aku membulatkan tekad untuk sekali saja melanggar sumpahku dengan Boss. Aku selalu menjadi bawahan yang paling patuh dan tidak pernah berbuat apapun yang membuat Boss rugi atau kecewa.
But this time, setidaknya dengan sedikit waktu saja, sebelum dirinya kubawa ke Boss, aku ingin menghilangkan kekhawatiran di wajahnya. Aku ingin membangkitkan senyumnya kembali, seperti foto candid yang diberikan Boss. Meskipun ini salah, meskipun aku tahu ini tidak profesional dan aku juga gak tahu dirinya seperti apa, aku tetap ingin membantunya..
Sebelum aku berubah pikiran, ku tarik lengan Aydin untuk pergi dari situ. Perjanjiannya, Boss akan menemui Aydin dalam waktu 48 jam, di Hotel Gold Imperial. Selama waktu ini sebenarnya Aydin harus menunggu di hotel. Tapi ini bisa jadi kesempatanku untuk menghabiskan waktu bersamanya.
"Hei, kita mau kemana?? Katanya mau naik taksi yang udah kamu pesen??", Aydin sedikit memberontak dan berusaha melepaskan genggaman tanganku
"Udah diem aja. Percaya sama omonganku. Kalo kamu mau seneng ikut aku aja", jawabku dengan tidak sabar dan menariknya menuju jalur kereta api.
Aydin menarik tangannya dengan lebih keras dan akhirnya berhasil melepaskan dari genggamanku. Dia menatapku dengan penuh kebencian sekarang. It seems that I'm the bad guy now, huh? Well..gak salah sih sebenarnya..
"What the hell are you saying? This is insane, seharusnya aku tidak mempercayaimu begitu saja!", Aydin menyambar kopernya yang aku pegang dan pergi melarikan diri.
Larinya ternyata cukup kencang juga. But, bless the crowd, secepat apapun dia berlari, aku bisa menyusulnya dengan mudah. Kutarik Aydin dalam pelukanku dan kuputar badannya untuk menghadap ke arah mobil 'taksi' yang sedari tadi kulihat sudah berhenti di tempat kami berdiri tadi.
"Hushh, jangan berontak dulu. Ini salahku. Aku memang bukan orang yang baik. Tapi coba liat ke arah mobil taksi item itu. Mobil itu adalah mobil yang seharusnya kita naiki. Mereka akan membawa kita ke sebuah hotel, sebelum kamu menemui Boss ku", bisikku di telinga Aydin dan menutup mulutnya.
Ketika kurasakan tubuhnya tidak terlalu memberontak, aku melanjutkan, "Ini semua pilihanmu sekarang. Kamu mau pergi dariku, melaporkan ini semua pada polisi namun kamu tetap tidak dipercaya karena Bossku memiliki banyak koneksi, atau kamu mau pergi denganku selama beberapa jam, menghabiskan waktu berdua, sebelum aku mengantarmu pada Boss.
Pada akhirnya kamu gak bisa lari, karena kalau kamu tetap pergi ke Indonesia, akan ada perang antar klan. Bossku tidak menginginkan itu. Kamu juga sudah ada di dalam genggaman kami. Tidak mungkin bagimu untuk kabur dari kami"
Mendengar itu semua, sepertinya Aydin menangis, karena tanganku mulai terasa basah. Bukan keringatku tentunya. Saat kulihat sekitar, orang-orang mulai mempertanyakan posisi kami yang terlihat aneh, mereka sepertinya mulai berspekulasi bahwa aku melakukan hal kriminal pada Aydin.
Pelan-pelan kulepaskan genggaman tanganku dari Aydin dan menunggunya untuk bereaksi. Aydin menatapku dengan nanar. Dia seolah tidak punya tenaga lagi untuk melawan.
" I'm pretty sure you knew that I'm totally into you, Johnny, dan aku mungkin terlalu naif bisa mempercayaimu-orang asing, begitu saja. But I've had a very f*** rough day. I just need a couple hours to rest.
And you're here telling me, kalo kamu udah rencana menangkapku? For what? Kamu tahu kemampuanku dan kamu mau memanfaatkannya? Menjadikanku budak??", Aydin memarahiku sambil berjalan kesana kemari.
"Look, I'm sorry that I lied to you. Cuman di sini aku hanyalah kaki tangan Boss ku yang memberi perintah. Beliau menyuruhku untuk segera membawamu ke hotel dan menunggu waktu untuk bertemu dengannya. Kalo kamu lari atau pergi sekarang, orang suruhan Boss ku pasti akan menangkapmu.
Tapi melihat kesedihanmu tadi, membuatku ingin bisa memberimu kenangan indah sebelum kamu menemui Boss ku. Maybe...maybe lho, ya, kalo nanti kamu bersikap baik dan aku bertindak ceroboh, aku bisa membebaskanmu..", ujarku sambil menatap Aydin yang masih tidak percaya akan kata-kataku.
"How can I trust you?"
"Don't, just don't. But know for sure kalo aku gak berbohong soal ingin membahagikanmu meskipun cuma sebentar. Tell me 'Yes' and I'll take you somewhere right now. Kamu gak punya waktu banyak. Bodyguard Boss ku udah turun tangan dan mencari kita", jawabku sambil menunjuk ke arah belakang punggung Aydin.
Dia terdiam. Memejamkan mata dan mengatur nafasnya. That's right, take your time, baby..Tapi jangan lama-lama. Aku gak bisa meluangkan waktu banyak-banyak. Kalo sampe bodyguard itu menemukan kami, yang tersisa hanya nama saja. Benar memang, meskipun belum menyadari keberadaan kami, namun sekarang bodyguard itu mulai mendekati lokasi kami berdiri.
Dengan cepat, aku melepas beanie ku dan memasangnya pada kepala Aydin hingga hampir menutupi matanya, melepas hoodieku dan memasangnya juga pada pinggang Aydin. Terakhir, aku mengikat rambutku setengah kunciran kuda, serta memakai kacamata hitam model John Lennon.
Sebelum sempat protes, aku memutar tubuh Aydin dan menutupi arah pandangan bodyguard dengan tubuhku. Dia menatapku dengan penuh tanda tanya dan amarah yang memuncak. Now it's all or nothing..
"Maafkan aku, tapi ini untuk kebaikanmu juga"
Dalam sekejap, aku membuka kunciran rambut Aydin dan menariknya dalam pelukanku. Bibirku menyapu pelan bibir Aydin dan mulai menciumnya dengan selembut mungkin. Awalnya Aydin yang kaget berusaha melepaskan pelukan dan ciumanku. Namun akhirnya pelan-pelan dia berhenti memberontak dan aku yakin dia mulai mengikuti permainan bibirku.
This isn't good..Tapi aku menikmati setiap detiknya..Oh boy, am I going to regret it?
***
So, terimakasih bagi para pembaca yang sudah meluangkan waktu untuk berkunjung dan membaca story ku. Author akan berusaha semaksimal mungkin untuk melanjutkan dan menghibur kalian lewat dua story Author : "The Exemplar" & "The Flame to Flare". Nantikan update selanjutnya ya! See you, and stay healthy semuanya!!😁🤗💜🙏🏻>