21 September 2015
Pukul 01:30
Ciuman Johnny membuatku kaget setengah mati. Seharusnya aku mendorongnya menjauh dariku dan meninggalkannya. Namun entah mengapa ada sesuatu yang membuatku bertahan dan menikmati setiap sentuhan bibirnya. Seolah ada energi hangat yang mengalir deras ke seluruh tubuhku, membuatku utuh dan bahagia. He's a stranger. I know that. But I can't just deny this attraction I have for him..
Oh, screw that. Aku akan menikmati setiap momen yang mungkin akan hilang setelah kami berpisah. Kulingkarkan lenganku di leher Johnny dan menariknya untuk lebih memperdalam ciumanku. Merasakan gestur tubuhku yang mulai menikmati ciuman kami, Johnny mengangkatku, dan secara refleks, kulingkarkan kakiku di sekeliling pinggang Johnny.
Dunia seolah berhenti dan hanya ada kami di sana. Permainan ciuman kami semakin panas ketika tanganku mulai meraba dada Johnny dan tangannya sedikit meremas pantatku. But we both know, ini hanya sementara. Ada bahaya di luar sana yang menanti kami.
Dengan enggan kulepas ciuman kami, dan menatap mata Johnny untuk pertama kalinya, "D-do you feel what I feel?".
Oh, perfect, suaraku terdengar sangat berat dan serak. I'm sure he knows that I'm definitely h**ny as f***.
Johnny menyunggingkan senyum yang membuatku semakin lemas dan melting di pelukannya, "Oh, baby, I bet for all I have, that was the best feeling in the world. Tapi kita harus segera pergi dari sini. Aku tidak mau dirimu menjadi bahan tontonan orang-orang dan aku yakin bodyguard Boss ku masih mencari kita.
Sebelum itu semua, aku harus menanyakan kembali padamu. Kamu mau pergi dari sini meninggalkan ku dan mungkin kembali mendapatkan tiket ke Indonesia, atau ikut denganku, menghabiskan waktu sebelum Boss ku menemuimu?"
Kuturunkan kakiku dari pinggang Johnny dan dia juga membantuku berdiri kembali. Kutarik nafas perlahan dan bertanya pada Johnny pertanyaan yang aku yakin sangat retorik, "I really don't have a choice, right?"
Tatapan Johnny melembut dan menjawabku dengan berat hati, "I'm afraid so, Aydin"
Mencoba untuk berfikir kembali kemungkinan yang ada, namun sepertinya otakku tidak dapat diajak kerjasama. Belasan jam kuhabiskan untuk memikirkan pulang kembali ke Indonesia, dan kejadian sengan Johnny ini membuatku sangat lelah.
Kalau benar yang dikatakan Johnny maka memang aku tidak punya pilihan lain. Pergi menunggu kedatangan pesawat lain menuju Indonesia, bisa jadi malah ditangkap oleh bawahan Boss nya Johnny. Bossnya sepertinya petinggi di sini. Aku tidak bisa bermain-main dengannya. Pergi dengan Johnny sekarang dengan kemungkinan aku bisa kabur? Well sepertinya itu pilihan yang terbaik untuk sekarang.
"So, gimana, Aydin? Are you in?"
Belum sempat Aydin menjawab, bodyguard yang sempat ditunjuk oleh Johnny tadi, menghampiri mereka dan menepuk pundak Johnny. Ekspresiku sepertinya tidak dapat disembunyikan, karena dengan gerakan cepat, Johnny membanting bodyguard yang memegangnya ke lantai. Johnny menarik tanganku dan mencegat taksi yang kebetulan berhenti menunggu penumpang.
Johnny masuk terlebih dahulu kemudian dia menarikku hingga tubuhku jatuh di pangkuannya. Kulihat bodyguard yang sempat jatuh tadi mulai berlari mengejar dan menggedor-gedor pintu taksi yang kami naiki.
Johnny setengah berteriak kepada sopir taksi kami, "Unten shite kudasai! Chiba! (*Tolong berangkat saja sekarang! Ke Chiba!)
Sopir kami sempat melotot dan mengucapkan sumpah serapah pada bodyguard Boss nya Johnny yang menggedor pintu taksinya. Namun akhirnya dia menancap gas dan ajaibnya, dia mampu menjauhkan kami dari kejaran mobil bodyguard di belakang kami.
Johnny membuka hp nya dan mengetikkan sms pada seseorang yang aku yakin adalah bosnya. Tak lama, Johnny mematikan hpnya dan menggenggam tanganku dengan erat. Sopir kami yang sedari tadi diam menunggu keadaan agak rileks, bertanya kemana tujuan detail kami. Johnny akhirnya memberikan alamat full kepada sopir kami, dan dari yang dia sampaikan, aku yakin alamat itu berada di pinggiran kota.
"Johnny, bukankah mahal sekali kalau pergi ke Chiba menggunakan taksi? Kenapa kita tadi tidak naik bus atau kereta saja?"
"Gak cukup waktunya. Lagian, aku juga gak yakin kita bisa kabur dari mereka kalau naik kendaraan umum", jawab Johnny sambil mengecup punggung tanganku.
Meskipun di tengah hectic kejaran bodyguard Boss Johnny, ataupun amarah mamaku yang menunggu kedatanganku di rumah, anehnya aku kembali merasa hangat dan tidak merasa keberatan akan beban-beban itu. Kehadiran Johnny di sampingku, sentuhan tangan atau..bibirnya, membuatku tenang dan tidak takut. Untuk sekejap saja, aku tidak sendiri.
Seolah merasakan emosi ku yang begitu sentimental, Johnny memelukku lebih erat lagi. Ingin tenggelam dalam gelembung yang dibuat oleh Johnny, ku letakkan kepalaku di lehernya dan mencari kehangatan dengan memeluk tubuhnya. Aroma tubuhnya mengingatkanku pada bau bubuk coklat.
Berada di pelukannya membuatku rileks dan seketika kedua kelopak mataku terasa sangat berat. Andai saja aku bisa terus merasakan kehangatan ini sepanjang hidupku..
***
"Wake up baby, I need your help..Di sini gak aman, aku gak ada tenaga buat mengangkat tubuhmu dari sini. I'm so sorry I brought you to this mess.. Ini gak seharusnya terjadi"
Suara serak Johnny di telingaku membangunkanku, dan tanpa membuka mata, tanganku sudah terlebih dahulu menyentuh pipi Johnny untuk menenangkannya, "It's okay..I know..Kamu melakukannya untukku, there's no need to blame yourself, Johnny.."
Kubuka mataku dan memberikan senyum terbaikku pada Johnny yang terlihat berlinang air mata dan kotoran jalan. Johnny masih menelukku dalam pangkuannya, namun aku menyadari bahwa kami berada di pinggir jalan, dan taksi yang kami naiki tadi dalam posisi terbalik di ujung jalan raya yang terlalu sepi meskipun di malam hari.
Instingku pertama kali mengatakan bahwa ada pihak yang menargetku atau Johnny, atau mungkin kami berdua. It doesn't really matter now. Dengan sekuat tenaga, ku julurkan tanganku ke arah langit dan berkonsentrasi untuk membangkitkan sisi lain dalam diriku. Ku tahan seluruh emosi yang membeludak dalam hatiku. Aku harus kuat untuk Johnny. Untuk diriku sendiri.
"Peluk aku lebih erat dan pejamkan matamu, Johnny. Tarik nafas dalam-dalam. This will end, as fast as you take your breath"
Johnny menganggukkan kepalanya dan mengatur posisi dudukku sehingga kedua kakiku melingkari pinggangnya. Wajah Johnny hanya berjarak beberapa cm dari wajahku. Ku balas pelukan Johnny dengan lengan kiriku sambil lengan kananku tetap menjulur ke langit. Seolah mengerti apa yang akan terjadi pada diriku, Johnny membelai punggungku dan kurasakan ada semacam energi yang menguatkanku.
"Aku akan selalu di sisimu untuk menarik kesadaranmu tetap di tubuhmu, Aydin.Jangan khawatir, I believe you can do this"
Lengan kananku mulai terasa panas. Dari bawah kulit lenganku, muncul tattoo berwarna hitam yang menjulur membentuk sulur-sulur. Sebentar lagi, akan selesai. Sebentar lagi..
"ARGHH, ROYANKO, KELUAR LAH!!!"
Dalam sekejap, cahaya berwarna ungu dan biru seperti Aurora Borealis menghiasi langit malam itu. Namun meskipun cahaya itu terlihat sangat indah, terdapat lubang hitam yang mulai mendominasi cahaya itu. Dari dalamnya keluar sosok wanita bertubuh sangat tinggi, dengan gaun hitam yang berkibar terkena angin malam. Sosok wanita itu bertubuh tengkorak dan perlahan dia melayang mendekatiku
Sosok itu berbisik padaku, "Setelah sekian lama, ada apa Yang Mulia memanggilku?"
Tetap dalam posisiku memeluk Johnny, kuberanikan diri untuk menatap sosok salah satu penjagaku yang sudah berapa tahun lamanya tidak kutemui, "Royanko..Sebelumnya aku ingin meminta maaf karena tidak pernah mengunjungimu. Namun saat ini aku butuh bantuan mu. Aku bahkan tidak tahu dimana ini sebenarnya. Tapi bisakah kamu membawa kami pergi dari sini?"
Royanko belum menjawab permintaanku dan menatap Johnny yang semakin mempererat pelukannya yang sebenarnya mulai terasa menyakitkan ke dadaku.
"Apakah dia melukaimu, Yang Mulia?", tanya Royanko sambil mengeluarkan senjata berbentuk arit dari balik gaunnya.
"NO!! DIA MENYELAMATKANKU! JANGAN SALAH PAHAM!"
Royanko menganggukkan kepalanya dan melayang mundur menjauhiku dan Johnny. Sebelum Royanko melakukan tindakan yang tidak aku inginkan seperti menghilang atau menyerang Johnny, aku kembali berkata,
"Royanko. Please. Kamu tahu aku gak akan benar-benar merepotkanmu kalau ini tidak urgent. Aku tidak akan bisa selamat tanpa Johnny. He's my saviour. Please accept him"
Tiba-tiba kurasakan tangan Johnny bergerak pelan untuk mengambil sesuatu dari saku celananya. Johnny kemudian menunjukkan kalung dengan liontin matahari berwarna hitam pada Royanko,
"Kamu tahu arti simbol liontin ini kan? Aku bukan orang yang harus kamu lawan. Aku juga yakin dari cara mereka menargetku dan Aydin, mereka berasal dari Klan Badai Api. Salahku ceroboh dan akhirnya membahayakan semuanya. Selamatkan saja Aydin, aku akan mengurus semua ini. We don't have much time, sebentar lagi klan ku pasti mengetahui hal ini dan mereka pasti akan mengejar Aydin"
Johnny kemudian melepaskan pelukan dan menatapku dengan mata masih berkaca-kaca namun seolah ingin menguatkanku,
"Aydin, sepertinya kita harus berpisah di sini. Maaf, aku sudah membawamu ke dalam masalah baru. Aku yakin kamu akan aman bersama Royanko. Sepertinya aku juga paham mengapa Boss ku menginginkan mu. Jadi, sekarang adalah kesempatan yang aku berikan kepadamu untuk kabur. Be safe"
Aku menolak perintah Johnny dan tetap menggenggam tangannya, "Gak, kamu harus ikut aku! You know what happened between us. You feel what I feel, right? I can't just let you go. Please, Johnny"
Dari belakangku, Royanko memeluk pundakku dan berusaha menarikku pergi dari Johnny. Ternyata Royanko sudah mengubah penampilannya menjadi manusia. Johnny menganggukkan kepala pada Royanko sebagai konfirmasi untuk membawaku pergi.
"Kita bahkan gak pernah tahu kapan kita akan bertemu lagi! I don't want to lose you! Please Johnny..Aku gak ingin lagi, kehilangan orang yang aku sayang"
Johnny berjalan mendekatiku dan memelukku sekali lagi. Bibirnya menyapu seluruh wajahku dan terakhir dia berhenti di bibirku. Ciuman kali ini berbeda dari sebelumnya. Ada rasa takut, khawatir, desperate, dan sayang. Aku memang baru berapa jam bertemu dengan Johnny. Namun aku tahu bahwa rasa hangat dalam diriku dan bagaimana kami bisa semakin kuat dengan bersama. Aku tidak ingin melepaskannya.
Johnny yang pertama kali melepas ciuman kami dan menempelkan dahinya ke dahiku, "Promise me, Aydin. Tunggu lah sampai aku kembali ke sisimu kembali. Percayalah, aku pasti akan kembali. Do you trust me?"
Tanpa berfikir panjang, aku menganggukkan kepalaku beberapa kali dan memeluk Johnny dengan erat. Sebelum Royanko menarikku pergi, kuberikan setengah energiku pada Johnny. Kutempelkan tanganku pada tengkuk Johnny sambil membisikkan mantera pemberian energi. Setelah mantera itu selesai aku rapalkan, tiba-tiba, angin kencang mengelilingi tubuh kami, namun angin itu sama sekali tidak melukai kami. Justru angin itu seperti memiliki jiwa dan ingin menyapa kami.
Angin itu kemudian bergerak menuju Johnny sepenuhnya, dan kurasakan tubuh Johnny semakin membesar. Dari balik kulitnya tumbuh bulu-bulu panjang berwarna hitam seperti bulu burung gagak. Tidak hanya bulu, sekarang seluruh tubuh Johnny berubah menjadi bentuk burung secara utuh. Tubuh Johnny dalam bentuk burung itu sangat besar dan tinggi, namun meskipun begitu Johnny tetap menahan tubuhku dengan sayapnya agar tidak jatuh.
Dari balik punggungnya, muncul petir berwarna biru yang menyala-nyala. Astaga, Johnny adalah shifter thunder bird. How I did not notice that? Perlahan ku belai paruh Johnny, dan matanya terpejam seolah ingin menikmati belaianku. Sensasi hangat yang sempat kami rasakan tadi sekarang justru semakin kuat. Jangan-jangan Johnny adalah mate ku?
Tiba-tiba ada suara yang masuk ke dalam pikiranku. Suara itu seperti suara Johnny, namun bagaimana bisa dia menembus pertahananku?
(Aydin, apakah kamu mendengarku? Baby, I think we both know that we are mate. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya dengan siapapun. I feel alive! Damn, baby, I don't think 'thank you' would describe how grateful I am that you gave me part of your energy, part of your soul..Thank you so much, my baby..)
(Johnny? Kamu bisa telepati denganku? Bagaimana bisa?? I can't believe kamu berhasil menembus pertahananku. Belum pernah ada yang bisa melakukan telepati denganku, bahkan keluarga ku sendiri. Oh my god, Johnny, aku benar-benar tidak ingin berpisah denganmu. Please come with me..)
Air mataku akhirnya tak dapat terbendungkan lagi. Kutenggelamkan kepalaku di antara bulu-bulu dada Johnny. Aku tidak ingin pergi.
"Yang Mulia, kita harus pergi sekarang. Aku bisa merasakan ada rombongan Klan Badai Api datang ke sini. Tuan Johnny akan baik-baik saja. You have my word"
Suara dan sentuhan Royanko di pundakku membuatku menggerutu. Namun sekuat apapun keinginanku tetap di samping Johnny, aku tahu Johnny tetap tidak ingin membahayakanku lebih jauh lagi. Apalagi dia tahu bahwa aku matenya. Tapi bagaimana aku bisa yakin bahwa mate ku akan kembali ke sisiku dengan selamat?
(My baby, listen. I'll come back for you. Ambil kalung yang aku tunjukkan ke Royanko tadi. Simpan itu baik-baik. Kalung itu akan menjadi jaminan aku akan kembali padamu dan kita akan bersama lagi. Do you trust me?)
(I do. I think I'm fallin for you, Johnny. Please come back)
Dengan enggan kulepaskan pelukan dari Johnny dan sesaat setelah tubuhku lepas dari sentuhan Johnny, sekujur tubuhku terasa lemas. Jika tidak ada Royanko yang menahanku agar tidak jatuh, mungkin aku bisa jatuh pingsan. Energi yang aku berikan pada Johnny ternyata lebih banyak dari yang aku kira. It doesn't matter. Lebih baik aku tahu dia selamat.
Dengan sisa-sisa kesadaranku, kulihat sayap Johnny yang begitu panjang dan lebar menggapai wajahku. Matanya berkaca-kaca dan hatiku tidak kuat melihatnya. Namun setelah itu gelap. Aku tahu Royanko sudah berteleportasi dan membawaku pergi ke tempat yang aman. Semoga semesta mau memberikan kesempatan kedua pada kami.
(To be continued..)