Erick keluar ruangan dengan wajah bahagia. Senyum tidak lepas dari wajahnya. Dia benar-benar lega sekali, ada jawaban dari doa-doanya kepada Tuhan untuk masalah dia dan Luna. Terlebih lagi dia tidak perlu menjual motornya. Sekali lagi lelaki itu menatap nominal uang yang tercetak di buku rekening, jumlah yang sangat besar, batinnya. Bertambah senang saat melihat nama pemilik buku tabungan itu, tercetak namanya disana. Dia menatap ATM yang sudah diberikan Bunda tadi, banyak yang sudah Erick pikirkan untuk dibeli.
"Kak, itu Bang Erick kenapa senyum-senyum sendiri?" tanya Laras sambil menyenggol lengan Todi. Mereka baru selesai kontrol kehamilan dan ingin bertemu dengan Bunda, niatnya untuk membujuk Bunda, sebelumnya Bunda terkesan merajuk karena tidak diajak belanja membeli barang-barang keperluan Utun.
"Iya, sampai enggak dengar dan lihat kita coba Ras" balas Todi. Dia memanggil Erick beberapa kali, tapi pria itu lebih sibuk menatap buku tabungannya.