(Todi)
Setelah sebulan, Todi saat ini lebih sering tinggal di rumah, kebetulan dia sedang menjalani divisi yang tidak terlalu sibuk. Hari ini Bunda meneleponnya.
"Ya Bun?" sapa Todi.
"Kamu sama Laras kok enggak pernah main ke Bunda?" tanya Bunda.
Todi menghela napas.
"Laras lagi stase sibuk Bun, kasihan, dia bisa jaga malam dua kali seminggu," kilah Todi.
"Ya udah, kamu minggu depan ulang tahun mau dirayain?" tanya Bunda.
"Enggak usahlah Bun, kaya anak kecil aja," ucap Todi kesal. Bunda tertawa mendengarnya.
"Aku mau rayain sama Laras," sambung Todi berbohong.
"Nah, kalau itu Bunda setuju," balas Bunda, suaranya terdengar bahagia.
"Udah ya Bun," ucap Todi sebelum menutup sambungan telepon.
Todi melihat kalender ponselnya, dia bahkan tidak sadar kalau sebentar lagi berulang tahun. Ulang tahunnya di hari Sabtu. Kalau dulu pasti Sarah sudah menyiapkan kejutan untuk ulang tahunnya. Todi cepat menghapus bayangan mantan kekasihnya.
Seminggu berlalu, Todi mulai kesal dengan tingkah istrinya yang semakin jarang di rumah, sialnya Laras tidak pernah absen untuk meminta izin bila akan pergi, jadi Todi tidak bisa marah.
Sabtu pagi, Todi sengaja membeli dua buah tiket menonton film baru, dia ingin mencoba untuk berbaikan dengan Laras, tidak enak rasanya sebulan hampir tidak pernah bertegur sapa. Todi sudah menunggu istrinya di meja makan, hari ini dia tahu Laras tidak ada jadwal jaga. Laras datang beberapa saat kemudian. Wajahnya terlihat bingung saat melihat Todi.
"Pagi," sapa Todi. Laras sempat menatap beberapa saat kearahnya seakan bingung, tapi dia langsung membalas Todi.
"Pagi," balas Laras tanpa senyum.
"Hari ini sarapan apa?" tanya Todi, berusaha mencairkan suasana.
"Mau dimasakin apa?" tanya Laras, belum berani membalas tatapan Todi.
"Aku mau omellete mie yang kamu buat waktu itu," jawab Todi.
"Ya sudah aku buatkan, itu aja Kak?" tanya Laras.
"Aku mau roti bakar yang kaya kemarin," Laras mengangguk, tidak banyak bicara.
Setelah selesai dengan omellete nya, Laras melanjutkan membuat roti bakar. Todi hanya memperhatikan dari belakang. Saat ibu Inah datang, Todi dengan cepat membuat isyarat dengan matanya, meminta wanita itu untuk segera pergi. Untung ibu Inah mengerti dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke dapur.
Dua hidangan sudah tersedia di meja. Laras tidak lupa membuatkan kopi susu kesukaan Todi. Setelah selesai, Laras langsung mengambil tempat duduk berhadapan dengan Todi. Wajahnya masih menunduk ke bawah.
Todi berdehem sebentar sebelum memulai pembicaraan dengan istrinya. Laras sedang menyeruput kopi susunya.
"Hari ini enggak ada jaga?" tanya Todi, berbasa-basi, padahal dia tahu benar istrinya baru jaga malam dua hari yang lalu.
"Aku jaga hari Senin kak," jawab Laras pelan.
"Hmm..kalau hari ini..", belum selesai Todi berbicara, ponsel Laras berbunyi.
"Aku angkat sebentar ya kak," izin Laras.
Laras berbicara sebentar dan menutup ponselnya.
"Maaf kak, sepertinya hari ini aku terpaksa jaga, karena ada ibu teman aku yang harusnya jaga hari ini masuk rumah sakit. Aku hanya..",
Brakk! Todi memukul meja makannya dengan keras. Dia kesal sekali mendengar Laras barusan. Tanpa sadar emosinya memuncak dan lengannya langsung memukul meja didepannya. Piring-piring dan gelas diatas meja ikut bergerak. Dipandangnya istrinya, Laras langsung terdiam, matanya tertunduk, tidak berani menatap Todi.
"Apa kamu memang tidak betah tinggal sama aku sampai harus jaga malam terus? Atau kamu memang sengaja supaya menghindar dari aku?!!" bentak Todi, matanya masih menatap Laras dengan tajam. Dia melihat tubuh Laras yang bergetar, ketakutan. Laras tidak menjawab pertanyaan Todi sama sekali, membuat Todi semakin kesal dan meninggalkan meja makan berlalu menuju kamarnya. Sebelum pergi, Todi sempat melihat mata Laras berkaca-kaca
Sampai di kamar Todi merasa sedikit menyesal. Dia mengingat betapa takutnya Laras tadi, tubuh gadis itu langsung gemetaran, dia bahkan tidak sanggup menatap Todi, belum lagi Laras hampir menangis. Perlakuan kasarnya tadi pasti membuat Laras semakin menjauh darinya. Todi berjalan mondar mandir, memikirkan apa yang harus dia lakukan.
Sial, bodoh sekali aku! Kalau saja dia bisa menahan emosinya, pasti kejadiannya tidak begini, Todi mengumpat dirinya sendiri dalam hati.
Todi tiba-tiba mendengar suara mesin mobil dihidupkan. Itu pasti Laras. Dia bersegera menuruni tangga berusaha mencegah Laras pergi. Tapi terlambat, saat Todi sampai dihalaman depan, mobil Laras sudah berlalu pergi.
Sebuah pesan masuk ke ponsel Todi.
"Selamat ulang tahun, semoga kamu selalu berbahagia". Pesan itu dari Sarah. Todi tertegun sebentar, wanita ini masih mau memberikannya ucapan selamat ulang tahun. Tak sadar Todi tersenyum sendiri. Sebuah ide muncul di kepala Todi. Dia menghubungi Sarah.
"Halo," sahut Sarah, langsung mengangkat ponselnya dideringan pertama.
"Sar..makasih.." balas Todi.
Wanita itu tertawa pelan.
"Sama-sama," jawabnya.
"Dimana?" tanya Todi.
"Nih sebentar lagi lepas jaga," jawabnya.
"Mau sarapan bareng? Udah sarapan?" tanya Todi.
"Maksud kamu apa? Tod, kamu udah jadi suami orang," jawab Sarah, terdengar tidak suka.
"Anggap saja hadiah ulang tahun buat aku, boleh?" pinta Todi.
"Oke, aku mau sarapan di tempat biasa ya, kita langsung ketemu disana aja, sekitar jam 10 ya, aku mau tidur sebentar" perintah Sarah.
Hati Todi langsung senang mendengarnya.
"Oke," balasnya cepat.
"Tapi Tod, ingat, hanya sebagai teman, aku enggak mau nanti ada yang salah sangka," sambung Sarah sebelum menutup ponselnya.
Todi bergegas mandi dan bersiap-siap. Dia tahu perbuatannya ini salah, tapi terserah, dia masih kesal dengan Laras. Todi sudah tidak perduli lagi.
Tepat pukul sepuluh, Todi sudah duduk di meja sebuah tempat makan yang sudah tidak terlalu ramai. Tempat makan ini khusus untuk sarapan ala barat. Menyediakan berbagai macam sandwich. Sarah paling senang makan disini. Mantan pacar Todi itu memang berbeda, dia sudah lama tinggal di Amerika serikat, baru setelah bercerai Sarah kembali ke Indonesia. Selera makanan mereka sebenarnya sangat berbeda. Todi menyapukan pandangannya ke arah parkiran, belum tampak ada tanda-tanda kedatangan Sarah. Todi memutuskan untuk memesan makanan duluan. Dia sudah hapal makanan favorit Sarah. Sekitar 15 menit kemudian Sarah datang.
"Sori, telat, aku ketiduran," ucap Sarah sambil duduk. Sarah melihat makanan yang sudah tersaji di atas meja.
"Aku pesen duluan, pas banget kan?" balas Todi, tersenyum. Sarah menghela napas.
"Ini bukan lagi jadi makanan favorit aku sejak kita putus, sudah ganti, tapi sudah keburu dipesan.. aku makan," balasnya. Todi tidak berkata-kata. Dia merasa pantas menerima perlakuan Sarah barusan.
Tidak banyak yang mereka bicarakan, hanya basa-basi yang dibuat Todi untuk mencairkan suasana.
"Ada apa?" tanya Sarah, setelah selesai makan. Menatap Todi dengan serius.
"Apanya?" balas Todi bingung.
"Ada masalah apa? Tumben sekali telpon aku," tanya Sarah lagi.
"Memangnya salah?" balas Todi lagi, dia malas ditanya seperti ini.
"Jelas salah, salah banget. Kamu tahu kan kita sudah ga mungkin kaya begini, kamu suami orang, kamu yang tinggalin aku,". Sarah berbicara dengan nada marah.
"Maaf, aku tahu, " jawab Todi pelan.
"Ya sudah, ini yang terakhir kali," jawab Sarah, dia mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan beranjak pergi.
"Sarah, aku boleh minta tolong satu lagi," Todi menahan lengan Sarah. Wanita itu melepaskannya.
"Apa lagi?" tanya Sarah.
"Ini, ambil. Anggap saja aku traktir kamu, dan satu lagi, boleh aku ajak kamu nonton hari ini? Sekali ini saja, aku janji ini yang terakhir, anggaplah ini permohonan ulang tahunku, aku mohon Sar," pinta Todi lagi, kali ini wajahnya terlihat memelas, membuat Sarah tidak tega. Todi mengembalikan uang Sarah ketangannya.
"Tapi aku mengantuk," tolaknya lagi, mencari alasan.
"Filmnya jam 3 siang, tidur dulu, nanti aku tunggu di bioskop tempat kita biasa menonton," pinta Todi lagi.
"Oke, tapi aku tidak janji, kalau aku ketiduran aku enggak datang ya," jawab Sarah sambil berlalu pergi.
Setelah sarapan bersama Sarah, Todi pergi ke bioskop, dia menghabiskan waktu untuk menonton film lain yang belum dia tonton selama sebulan ini, sambil menunggu kedatangan Sarah.
Saat ini sudah pkl 14.55, para penonton sudah memenuhi teater bioskop, tapi Todi belum juga melihat ada sosok Sarah disana. Lima menit menunggu, dia masih belum melihat Sarah. Akhirnya Todi memutuskan untuk mengirim pesan kepada Sarah.
"Tempat duduknya no.B9, aku titip di penjaga pintu bioskop ya, semoga kamu datang," tulis Todi. Dia masuk kedalam teater bioskop, sebelumnya Todi lebih dulu menitipkan tiket untuk Sarah, dia tidak berharap lagi Sarah untuk datang.
Film sudah mulai sekitar 15 menit, tiba-tiba seseorang masuk dan duduk disamping Todi. Todi mengamati sosok itu didalam kegelapan, itu Sarah. Todi tersenyum senang.
Setelah film selesai. Mereka berjalan beriringan menuju keluar bioskop.
"Sudah ya, aku pamit, " ucap Sarah.
"Iya, terimakasih" balas Todi.
"Anyway, happy birthday," ucap Sarah, tersenyum. Dia mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tas tangannya.
"Kado?" Mata Todi membulat, tidak percaya.
"Iya, kado terakhir dari aku," jelas Sarah.
"Makasih Sar," ucap Todi lagi, menerima kado itu. Sarah mengangguk dan berbalik pergi.
"Sar, kita masih bisa berteman kan?" tanya Todi, menahan lengan Sarah. Sarah berhenti. Todi mengulurkan tangannya.
"Aku masih boleh berteman?" ulang Todi. Sarah tersenyum. Dia mengangguk.
"Oke, aku pergi," Sarah membalas uluran tangan Todi, mereka bersalaman dan saling tersenyum.
Setelah Sarah pergi, Todi berjalan-jalan sebentar di mal dan akhirnya memilih pulang ke kosannya, dia malas hanya sendirian di rumah. Sampai di kos Todi memilih untuk tidur sepanjang sore.
Todi baru pulang ketika waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam, dia melihat lampu dapur rumahnya masih menyala. Todi menuju dapur berniat untuk mematikannya. Dia cukup terkejut saat melihat Laras ada disana dengan kue ulang tahun dihadapannya, bertuliskan namanya.
"Selamat ulang tahun," ucap Laras pelan. Wajahnya sedih.
"Kamu, tidak jadi jaga malam?" tanya Todi bingung. Laras menggeleng.
"Hanya sampai jam 1, ada yang bisa menggantikan aku, maaf, aku lupa hari ulang tahun Kakak. Aku telepon Bunda, katanya kakak suka sekali dengan tiramisu cake, jadi setelah jaga aku belikan, sekalian beli kado, aku sudah kirim SMS sore tadi untuk mengabarkan kalau aku batal jaga malam. Aku tadinya mau menelpon..tapi tadi aku lihat kakak menonton bersama Sarah, jadi aku tidak berani menelpon, takut mengganggu kalian," jelas Sarah, wajahnya bertambah murung saat mengatakan kalimatnya.
"Aa..aku..sebenarnya.." Todi terbata-bata.
Laras tersenyum kecil, tapi tidak bisa menyembunyikan wajah kecewa dan sedihnya.
"Ayo tiup lilinnya, sebentar lagi sudah ganti hari," potongnya sambil menyalakan lilin ulang tahun dan meminta Todi untuk meniupnya. Todi menurut saja, dia bingung harus bersikap apa.
Laras menyerahkan sebuah bungkusan berukuran sedang.
"Aku enggak tahu Kakak suka atau tidak, semoga suka," ucapnya.
"Makasih," balas Todi.
"Ya sudah, aku kembali ke kamar ya kak, lumayan cape juga ya jaga setengah hari." pamit Laras. Todi menahannya.
"Tunggu, kapan hari ulang tahun kamu, aku janji akan membalasnya," ucap Todi, merasa bodoh, karena dia bahkan lupa hari ulang tahun istrinya sendiri.
Laras tertawa, sedikit ada nada mengejek dari tawanya.
"Tahun depan, aku baru ulang tahun tiga minggu lalu," balasnya sambil melepaskan genggaman Todi dan berlalu masuk ke kamar.
Todi termenung mendengar kalimat Laras, betapa egoisnya dia, menyesali dirinya sendiri.