Chereads / My strange marriage / Chapter 12 - Sendiri

Chapter 12 - Sendiri

Sepulang dari bandara, ayah dan bunda langsung mengantarkan Laras kembali ke rumah.

"Hati-hati ya, kalau perlu apa-apa jangan sungkan temui Bunda ya Ras," pesan Bunda sebelum pergi.

"Iya Bun, tenang aja, dirumah ada Pak Yadi dan Bu Inah, jadi Laras enggak akan kesepian," ucapnya. Dalam hati dia tertawa sedih, kalau saja Bunda tahu kalau dia dan Todi jarang pulang, pasti lain ceritanya, pikir Laras.

Laras masuk ke dalam. Bu Inah menyambutnya didepan pintu.

"Mbak, mau makan malam?" tanya Bu Inah.

"Enggak Bu, masih kenyang, emm.. ibu mau tidak buatkan aku coklat panas?" pinta Laras dengan sopan.

"Boleh mbak, nanti ibu buatkan," ucap Bu Inah senang. Laras hampir tidak pernah menyuruhnya, kecuali untuk keperluan Todi. Nyonya mudanya ini begitu sopan dan baik hati. Sampai sekarang Bu Inah tidak mengerti kehidupan pernikahan mereka, tidur berdua saja mereka belum pernah, padahal sudah dua bulan lebih menikah.

"Nanti boleh antarkan ke kamar Bu, Laras mau mandi dulu, nanti pintu kamar Laras tidak dikunci ya Bu," pinta Laras lagi sambil tersenyum.

"Baik mbak," jawab Bu Inah lagi.

Laras pergi mandi dan berganti baju. Setelah mandi, segelas susu coklat sudah tersedia di atas meja belajarnya. Malam ini Laras berusaha keras untuk belajar, walaupun sulit sekali. Minggu depan dia ujian.

"Tunggu aku pulang", kalimat yang tadi diucapkan Todi berdengung terus-menerus di telinganya. Kecupan Todi di keningnya pun masih terasa sampai sekarang. Belum lagi pelukan dari Todi, membuat Laras kembali tersipu-sipu malu mengingatnya. Ini ciuman kedua setelah mereka menikah. Ciuman kali ini terasa hangat, berbeda saat mereka baru menikah dulu, terasa dingin. Mengapa Todi begitu lembut akhir-akhir ini, pikirnya lagi.

Laras membolak-balik bukunya dengan tatapan kosong. Dia tidak bisa berkonsentrasi, sudah hampir satu jam tapi tidak satu kata pun yang dibaca dengan benar oleh Laras. Akhirnya dia memutuskan untuk tidur saja. Jam dinding di kamarnya sudah menunjukkan pukul 21.30, lebih baik belajarnya besok saja, pikir Laras. Dia mencoba memejamkan matanya, tapi tetap percuma, wajah Todi malah semakin terbayang-bayang di pelupuk matanya. Ternyata, mencoba tidur pun tidak membantu, pikir Laras. Gadis itu membolak-balik badannya ke kanan dan ke kiri, mencoba membuat dirinya terlelap, tapi dia tetap gagal.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Todi menelpon dirinya. Laras langsung bangun dari tidurnya, memandang ponselnya sebentar, takut dia salah membaca nama Todi di ponselnya, tapi itu benar Todi. Lalu Laras berdehem sebentar dan menjawab teleponnya.

"Ha..halo?" ucap Laras.

"Halo, kamu udah tidur ya? Aku enggak bangunin kamu kan?" ucap Todi.

"Emm.. eh, enggak kok, lagi baca buku kak," jawab Laras, grogi. Suaranya terdengar bergetar sedikit.

"Cuman mau kabari kalau udah sampai di Surabaya, lagi tunggu taksi," ucap Todi.

"Oh.. iya kak, hati-hati ya," balas Laras.

"Oke, jangan belajar terlalu malam ya, selamat tidur," Todi menutup teleponnya.

Laras masih menatap ponselnya. Tidak percaya. Ini pertama kali suaminya menelponnya. Apalagi hanya untuk mengabari dia sudah sampai di Surabaya. Ini benar-benar momen langka bagi Laras. Tanpa sadar Laras tersenyum sendiri. Dia menutup malu wajahnya dengan bantal. Tapi Laras langsung tersadar.

"Apa ini, apa aku kembali suka dengan dia?" tanya Laras sendiri. Dia menggeleng.

"Tidak boleh Laras, Todi tidak tertarik sama kamu, ingat apa yang dia bilang saat baru menikah, dia tidak akan tertarik sama kamu, jangan berharap kalau dia akan cinta Ras," ucap Laras lagi, kembali mengeraskan hati.

_________________________

Satu minggu ini Laras sibuk ujian, mulai dari ujian lisan dan tulisan, bersyukur dia bisa melewatinya, hasil ujiannya akan diumumkan diakhir stase penyakit dalam.

Jumat pagi, Laras sudah bersiap-siap pergi ke rumah sakit. Semenjak Todi di Surabaya, Bunda meminta pak Yadi untuk rutin mengantar jemput Laras. Laras menurut saja. Pukul 8 pagi, semua koass penyakit dalam diminta berkumpul di lantai 5, ruang pertemuan. Akan diadakan yudisium untuk kelulusan pagi ini. Biasanya nanti nilai tertinggi akan diminta untuk maju ke depan dan memberi kesan dan pesannya selama di penyakit dalam. Hari ini acara dipimpin langsung oleh kepala departemen penyakit dalam, dr. Robby Sp.PD. Dokter ini banyak disenangi oleh koasisten maupun residen karena pembawaannya yang ramah.

Setelah acara sambutan serta pesan dari dr. Robby, acara masuk ke pengumuman nilai tertinggi, ternyata Deni yang mendapatkan nilai ujian paling tinggi. Semua orang bertepuk tangan dan dr. Robby pun meminta Deni maju ke depan untuk memberi kesan-kesan selama di penyakit dalam. Laras mengikuti acara dengan senang, walaupun tidak mendapat nilai tertinggi, yang penting dia lulus stase penyakit dalam, gumamnya.

Selesai acara, Laras melihat Andre di koridor rumah sakit. Semenjak pertemuan Andre dan Todi beberapa minggu lalu, pria ini jadi menjaga jarak dengan Laras, padahal sebelumnya tidak begitu.

"Dokter Andre," panggil Laras.

"Hei, udah yudisium?" tanya Andre. Laras mengangguk, mengiyakan.

"Lulus?" tanya Andre lagi.

"Iya, dok, semua anak bimbingan dokter lulus, malah Deni dapat nilai tertinggi dok," cerita Laras dengan riang.

"Nah, gitu dong, bangga gue dengernya," balas Andre sambil menepuk pundak Laras. Tapi dia langsung menarik tangannya.

"Eh, sori," ucapnya langsung.

Laras tertawa geli, Andre pasti tidak enak karena mengenal suami Laras.

"Terimakasih untuk bimbingannya dok," ucap Laras tulus. Andre tersenyum bangga.

"Sama-sama, anyway, salam buat suami kamu ya, siapa namanya? Todi ya?" balas Andre.

"Iya dok, Todi namanya, nanti saya sampaikan, kak Todi nya lagi di Surabaya," jelas Laras.

"Oke, sampai jumpa ya," balas Andre, melambaikan tangan dan meninggalkan Laras. Laras membalas lambaiannya.

Beberapa menit kemudian, ponselnya berbunyi, dari Todi. Laras berhenti sebentar, hatinya selalu berdebar setiap Todi meneleponnya.

"Halo?" sapa Laras.

"Hai, sudah yudisium?" tanya Todi.

"Sudah, " jawab Laras pendek.

"Hasilnya gimana?" tanya Todi lagi.

"Lulus kak, Alhamdulillah," sambungnya.

"Alhamdulillah..selamat ya," ucapnya.

"Makasih kak," balas Laras. Otaknya masih belum bisa menerima kalau suaminya menelponnya, walau tidak setiap hari, ini tetap momen sangat langka bagi Laras.

"Ya udah, aku udahan dulu ya," pamit Todi.

"Ya Kak," balas Laras. Setelah itu tersenyum sendiri.

"Hei!" sebuah tepukan mengagetkannya.

Laras tersentak, lalu berbalik ke belakang. Ada Ameera dan Rika disana.

"Dasar lu pada yaaa, ngagetin aja," hardik Laras, kesal.

"Hahahahahaa. Lulus kagak lu?" tanya Rika.

"Lulus lah," jawab Laras. Lalu mereka tertawa bertiga.

"Ras, lu ada spacing kan seminggu?" tanya Ameera.

"Ada, kenapa?" tanya Laras bingung.

"Yuk kita glamping yuk," ajak Ameera lagi.

"Iya, daerah Maribaya Ras, super kece," promosi Ameera sambil mengacungkan dua jempolnya.

"Emang udah pernah kesana?" tanya Laras, penasaran.

"Ya belum, hahahaa," jawabnya tertawa terbahak-bahak. Membuat Rika dan Laras ikut terbahak.

"Yuk Ras, ajak kak Todi," Rika ikut merayu.

"Kak Todi di Surabaya, lagi stase luar," jelas Laras.

"Ya udah, lebih enak kan? Kita berlima aja," jelas Rika lagi.

"Gue..gue minta izin dulu ya?" ucap Laras, biar bagaimanapun dia sudah jadi istri orang, pikirnya.

"Ka, temen kita nih udah istri orang, gimana sih???" lirik Ameera.

"Iya, suka lupa," ucap Rika, tersipu malu.

"Nanti gue kabari ya, kapan sih mau berangkat?" tanya Laras.

"Besok, yaaa?" tanya Rika lagi.

"Nanti gue kabari ya," balas Laras.

"Oke.." jawab mereka berdua.

Setelah pulang Laras memberanikan untuk menelpon Todi.

"Halo?" sapa Todi.

"Halo Kak," sapa Laras.

"Ada apa?" tanyanya.

"Lagi sibuk? Aku ganggu ga?" tanya Laras ragu-ragu.

"Enggak apa, baru beres operasi aja," jawabnya.

"Ohh,, emm..kak, kalau aku izin ikutan glamping besok sama teman-teman boleh?" izin Laras.

"Glamping?" tanya Todi, dia tidak tahu apa itu glamping.

"Kemping kak..singkatannya glamorous camping, " jelas Laras.

"Oh,, mau kemping daerah mana? hati-hati banyak binatang kalau di hutan-hutan itu," tanya Todi, sepertinya dia masih bingung maksud glamping itu. Nada suaranya terdengar khawatir.

"Di daerah Maribaya kak, kamarnya seperti kamar hotel, bukan tidur di tenda seperti kemping Pramuka, cuman sebentar aja, sehari, minggu siang aku udah di rumah," jelas Laras sedikit geli. Ternyata suaminya tidak mengerti. Dia senang mendengar suaminya yang khawatir.

"Ooh..aku pikir, ya sudah, boleh, nanti kabari kalau sudah pulang ya, kabari juga ayah Bunda, barangkali mereka cari kamu," Todi berusaha mengingatkan.

"Iya kak, terimakasih ya," ucap Laras.

"Ras, aku tulis laporan operasi dulu ya, biar cepet pulang," pamit Todi.

"Emm.. iya kak, jangan lupa makan ya," pesannya sebelum mematikan ponselnya.

Laras menatap ponselnya, wajahnya tersenyum lebar sekali, hatinya berbunga-bunga. Ini percakapan terlama dengan Todi, membuat Laras tidak terlalu merasa sendiri.

Laras membuka grup chat nya,

"Guys, suami izinin pergi, besok jam berapa?" tulisnya.

Seketika teman-temannya langsung membalas chatnya dengan gembira karena besok mereka bisa liburan bersama.