Liana melihat peri-peri kecil itu dan dia memasukkan mereka ke tas kecilnya itu.
Dia melihat mereka di tasnya. Dia tersenyum dan merasa bersyukur karena dia tidak sendirian. Dia menghela dan berpikir "Sepertinya aku tanya nanti, ketika mereka bangun, aku akan menanyakan nama mereka".
Liana menunggu Raja Alexander dan Siana.
Dia menunggu, tetapi tidak kunjung datang.
Setengah jam setelah dia ditinggal sendirian, dia melihat sosok Raja Alexander dan Siana.
Dia merasa senang, akhirnya mereka sudah datang. Dia ingin memberitahukan kepada Raja Alexander, kalau dia sudah menguji. Dia ingin mengatakannya tetapi badannya tidak bisa bergerak. Dia berpikir "kenapa aku tidak bisa bergerak, ayo bicara Liana".
Raja Alexander dan Siana sudah sampai di depan Liana. Liana masih tetap diam dan tidak bergerak. Raja Alexander melihat Liana. Dia tersenyum kepada Liana. Dia mengelus kepalanya Liana. Dia berkata kepada Liana "Liana, maafkan ayah meninggalkanmu disini sendirian".
Liana tersenyum sedikit dan dia menatap Raja Alexander dan dia menggelengkan kepalanya dan berkata kepada Raja Alexander.
"Tidak apa-apa, ayah".
"Kalau begitu syukurlah. Selanjutnya kita akan menguji bakatmu Liana"
Liana ingin mengatakan kalau dia sudah menguji tadi, tetapi sebelum dia bisa mengatakan, tangannya dipegang Raja Alexander, dan membuat tangannya menyentuh kristal itu lagi.
Liana akhirnya tidak bisa mengatakan kepada Raja Alexander. Dia merasa kenapa aku tidak bisa mengatakannya, itulah yang dia pikirkan.
Raja Alexander memiliki harapan kepada kedua putrinya itu. Dia menunggu hasil uji bakatnya Liana, tetapi yang dia lihat sedikit mengecewakannya. Bakatnya tidak seperti Siana. Yang di lihat Raja Alexander hanyalah 4 warna di dalam kristal itu, bakatnya seperti Siana tetapi walaupun dia bisa menggunakan sihir, semua bakat unsurnya hanyalah biasa. Raja Alexander merasa kecewa tetapi dia tidak boleh membuat Liana merasa ditinggalkan.
"Liana, tidak apa-apa, walaupun bakatmu biasa, kamu masih bisa masuk ke sekolah sihir"
Raja Alexander tidak tahu kalau Liana merasakan dia merasakan kalau dia mengecewakan ayahnya. Liana ingin memberitahukan hasil uji bakatnya tadi tapi dia tidak bisa mengatakannya karena dia dihentikan sama Siana. Liana bisa melihat Siana menghentikannya untuk berbicara kepada Raja Alexander. Siana berkata kepada Liana dengan sedikit sedih sambil memegang tangan Liana: "Liana, tidak apa-apa, kakak akan selalu bersamamu
Liana bisa melihat Raja Alexander akan pergi. Raja Alexander berkata sesuatu sebelum dia pergi. "Siana, Liana, mulai hari ini kalian akan tidur sendiri". Setelah Raja Alexander berkata itu dia berjalan pergi dari Siana dan Liana.
Siana dan Liana hanya bisa menerima saja.
Mereka sudah keluar dari kuil itu. Liana kelihatan sangat sedih sekali. Dia tidak menyangka akan berpisah dari Siana.
Siana bisa melihat Liana sangat sedih jadi dia menghibur Liana.
"Liana, jangan sedih, walaupun kita tidurnya terpisah. Kita akan tetap selalu bersama."
"Ya"
hanya itu yang bisa Liana jawab. Dia ingin mengatakan hasil uji bakatnya kepada Raja Alexander akhirnya kesempatan dia sudah hilang.
Siana pergi bersama pelayan wanita itu membawanya ke kamar Siana. Liana hanya bisa terdiam disana. Dia sedih sekali, kenapa tak ada kesempatan untuk mengatakannya. Ketika dia memikirkan itu, Air mata Liana menetes. Dia menangis sendirian. Dia melihat didalam tasnya, dia bisa melihat peri-peri kecil itu tertidur. Ketika dia melihat itu, rasa sedih Liana sedikit berkurang ketika dia melihat peri-peri kecil itu.